Missing you 9...
Author : Rina Chan
Cast :
-
Cho Kyuhyun
-
Kim Shin Yeong
-
Lee Donghae
Genre
: hurt/comfort, romance, merried life, chapter
Ost
: SHINee – An Encore
=========
Aku
pikir semua rencanaku akan berjalan dengan baik karena ku pikir selama satu
bulan yang lalu semuanya berlalu dengan canda tawanya, meski semua candaan itu
terlihat tidak alami dan terkesan dipaksakan.
Tanpa
terasa sudah satu bulan berlalu, menginjak bulan kedua dari waktu yang
diberikan oleh Jin, semua kejadian itu terjadi.
Donghae
bahkan memukuliku hingga aku tak sadarkan diri ketika menceritakan apa yang
terjadi saat itu.
Hari
itu, hari dimana akhir pekan tiba dan aku masih harus memeriksa beberapa file
yang baru saja diantarkan karena sebelum jam makan siang aku harus mengantarkan
istriku untuk mengecek luka-luka ditubuhnya.
Langit
mendung menggantung dengan sangat apik diatas sana ketika aku melangkah keluar.
Hujan perlahan turun dengan derasnya ketika mobil yang ku tumpangi memasuki
jalan raya yang mulai dipenuhi oleh mobil-mobil pribadi.
Mobil
berhenti dengan perlahan dan aku mendesah pelan karena mengetahui bahwa saat
ini aku terjebak macet. Mataku melihat jam yang melingkar ditangan kananku dan
memutuskan untuk memberi tahunya bahwa mungkin aku akan terlambat, setelah itu
ku putuskan untuk memberi tahu Donghae untuk berjaga-jaga mengantarnya karena
aku terjebak macet yang sepertinya lama.
“Apa
yang terjadi? Tidak biasanya jalan ini terkena macet?”
“Sepertinya
terjadi kecelakaan beruntun tuan.” Jawab Albert tanpa mengalihkan pandangannya.
Ku
hempaskan tubuhku dikursi dan segera mengirim pesan pada Donghae untuk
mengantarkannya.
Mengalihkan
pandanganku keluar jendela bukanlah pilihan yang tepat, karena saat itu aku
melihat dia.
“Kim
Jeong Yeon...” gumamku tanpa mengalihkan pandangan pada seorang wanita yang
memegang payung berwarna biru polkadot. Warna favorite dirinya.
Tanpa
pikir panjang aku keluar dan menerobos hujan yang sangat deras ketika ku lihat
dia berjalan dengan cukup cepat menghindari para pejalan kaki hingga akhirnya
dia menghilang dan meninggalkanku sendirian dalam ruang hampa yang terasa
kembali.
**
Bugh!
Donghae
menghembuskan nafasnya yang kini sudah kembali normal.
“Kau
mengecewakannya! Tidakkah kau belajar dari kejadian minggu lalu?!” bentaknya
sambil mencengkram kerah bajuku.
“Tidakkah
kau sadar bahwa Jeong Yeon sudah tiada! Bahkan kau sendiri melihatnya meninggal
dihadapanmu. Apa kau pikir aku percaya? Kau gila!”
Aku
memilih diam dan tidak menjawab perkataannya. Hari ini aku kembali diberi
pukulan olehnya karena dua hari yang lalu aku tidak memakan makanan yang dibuat
istriku.
Satu
hal yang pasti aku membuat binar matanya semakin redup. Aku membuatnya kecewa,
lagi.
“Seminggu.
Kesempatanmu bersamanya tersisa satu minggu lima hari. Berhentilah bersikap
konyol jika kau memang mencintainya.”
“Aku..”
“Kyu,
kau dan aku mengalami luka yang sama. Sama-sama kehilangan orang yang kita
sayangi. Kau menyayangi Jeong Yeon sebagai sosok wanita dan aku menyayanginya
sebagai sosok seorang adik.”
Donghae
menoleh dan memandang kearahku yang masih duduk disofa ruangannya. “Jin
sahabatku. Kau juga sahabatku. Aku sudah menganggap Shin Yeong sebagai adikku.
Jika kau melukainya maka kami tak segan-segan menghancurkanmu dan memblacklist
namamu dari daftar hidupku.”
&&&
Pukul 24.30
Kyuhyun
baru saja sampai dirumahnya yang sudah ditinggalkannya selama dua hari. Dia
memutuskan menempati apartement-nya kembali untuk memantapkan hatinya.
Mencoba
saran Donghae untuk menutup buku kenangan bersama Jeong Yeon yang memang
seharusnya sudah ditutup lima tahun yang lalu.
Biru
polkadot, warna itu sekarang sedang menjadi trend di negara barat jadi mungkin
saja yang kau lihat adalah salah satu dari trend tersebut.
Kyuhyun
mendesah pelan ketika mengingat perkataan dirinya yang melihat seorang wanita
yang memakai payung dengan motif tersebut.
“Mmmhh...”
Shin
Yeong menggumam pelan dan membalik posisinya hingga ia kini menghadap Kyuhyun
yang sedang berdiri di sisi ranjang.
Sedikit
menunduk Kyuhyun mencium kening istrinya cukup lama dan beranjak ke kamar mandi
untuk membersihkan diri sebelum berbaring disebelah istrinya yang sudah lebih
dulu terlelap.
**
Matahari
pagi mulai mengintip dari celah-celah gorden yang tidak tertutup rapat. Sedikit
menyinari sepasang kekasih yang masih belum menyadari bahwa matahari kini sudah
cukup tinggi dan aktivitas diluar sana sudah berjalan setengah hari.
Wanita
itu menggeliat pelan. Sedikit menggumam karena cahaya matahari yang langsung
menusuk matanya ketika ia membuka mata. Menggerutu pelan sambil menyadarkan
dirinya dan menoleh kebelakang dimana suaminya masih terlelap.
Shin
Yeong tersenyum dan meletakkan tangan Kyuhyun yang memeluknya posesif ke atas
tubuh pria itu.
Perlahan
ia turun dan berjalan menuju kamar mandi. Matanya membulat sempurna ketika
melihat jam berapa sekarang dari ponselnya.
“Oppa...”
ucapnya sambil mengguncang bahu suaminya.
Kyuhyun
menggumam pelan dan memutar tubuhnya membelakangi Shin Yeong.
“Yak!
Kau mengacuhkanku?!” seru Shin Yeong kali ini disertai pukulan bertubi dibahu dan
lengan suaminya.
“Baiklah..
baiklah, aku bangun!” Kyuhyun bangkit dan mengacak rambut tebalnya yang
acak-acakan dengan mata yang masih terpejam. Tangan kirinya menggapai sisi
kirinya dan menarik boneka panda kesayangan istrnya untuk dipeluk.
“Nggh..”
Shin Yeong memutar bola matanya malas melihat tingkah suaminya yang seperti
anak kecil. “Jangan memeluk Po jika kau belum mandi!” serunya berjalan menuju sisi kamar untuk
meletakkan Po disofa tunggal favorite-nya.
“Jika
kau tidak segera mandi maka aku tidak akan segera pergi dari sisimu!”
Blam!
Ancaman
Shin Yeong sukses membuat Kyuhyun membuka matanya hingga membuat pria itu
nyaris terjungkal karena buru-buru turun dari kasur dan berjalan ke kamar
mandi.
**
==Shin
Yeong==
Saat
ini aku sedang memandangi surat ceraiku. Pandanganku datar dan tidak
menampakkan ekspresi apapun.
‘Hei,
jangan acuhkan kakakmu!’
Aku
kembali menatap layar persegi dihadapanku. Tersenyum lebar meski terasa hambar.
Saat
ini aku sedang ber-skype ria dengan kakakku. Setiap malam, aku selalu melakukan
video call dengannya. Lebih tepatnya dia yang selalu melakukan itu padaku meski
aku menolak.
Aku
hanya ingin memastikan bahwa adikku baik-baik saja.
Tanpa
sadar aku memutar bola mata ketika teringat kembali akan alasannya melakukan
video call setiap malam.
‘Kau
mengacuhkan aku lagi!’ serunya kali ini dengan mulut menggembung dan kedua
tangan terlipat.
“Bffttt...
bhahahaha...”
Tawaku
meledak melihat ekspresi yang baru saja diperlihatkan olehnya. Bahkan kedua
sudut mataku basah karenanya.
‘Aku
merindukan tawa itu.’
“Aku
juga merindukannya. Sangat.”
‘Kau
tertekan?’
Aku
hanya diam tanpa berniat menjawabnya. Mataku kembali melihat ke sisi kiriku
dimana surat tersebut masih terbuka disana.
‘Baiklah
jika kau tidak cerita. Laporan dari Donghae sudah cukup menjelaskan seberapa
brengseknya dia untukmu.’
“Oppa!”
Dia
mengangkat sebelah alisnya. ‘Tidurlah. Ku harap kau segera menandatangani surat
itu.’
“Aku
tidak janji.”
‘Aku
memaksa.’ Titahnya bersamaan dengan berakhirnya sambungan.
Aku
menghela nafas panjang dan dalam. Mengingat cerita Donghae tentang Kyuhyun
selama dua bulan ini.
Bahkan
dia tidak mengetahui warna favorite-ku, apa makanan kesukaanku, dan hal-hal
kecil lainnya.
Mataku
terpejam bersamaan bersamaan dengan air mata yang meleleh. Rasa sakit itu tidak
akan pernah hilang meski dia mencoba.
&&&
Shin
Yeong membuka matanya kembali dan tersenyum sambil mengusap batu nisan yang
berdiri kokoh dihadapannya. Perlahan kedua matanya berembun dan siap menuangkan
cairan panasnya ketika jari lentiknya menulusuri ukiran nama di batu nisan
tersebut.
“Eonnie,
aku tau kau memintanya untuk menjagaku dan aku berusaha menjadi istri yang baik
dengan menjaganya juga, tapi...” jeda sejenak untuk menghapus satu tetes air
mata yang mengalir turun. “Dia tetap mencintaimu. Sekuat apapun aku mencoba
untuk menggantikanmu dihatinya, maka semakin dalam pula luka yang ku buat.”
Angin
berhembus dengan lembut menggoyangkan rambut coklat panjangnya hingga membuat
wanita itu menyelipkan rambut-rambut nakal itu ke telinga.
“Semua
sudah berakhir dan aku harap kau tidak marah karena aku memilih jalan ini.
Tidak apa-apa, aku tidak sendiri. Ada dia disini.” Shin Yeong mengusap perut
ratanya yang kini sudah terisi oleh janin yang baru. Air matanya semakin
menetes berjatuhan membasuhi sweater putihnya.
“Yeong,
kau masih lama?” suara bass itu menyadarkan dirinya bahwa ia tidak sendiri.
Shin Yeong menggeleng dan mengusap air matanya cepat.
Shin
Yeong berdiri dan merapikan roknya yang sedikit kusut karena berlutut.
“Selamat
tinggal, Kim Jeong Yeon...” Shin Yeong melambaikan tangannya seiring dengan
langkahnya yang mulai menjauhi makam tersebut.
Donghae
menatap punggung Shin Yeong lalu menoleh ke makam Jeong Yeon dengan tersenyum.
“Kau
lihat? Cinta tidak bisa dipaksakan. Dia berhak memilih dan pilihannya tetap
jatuh padamu meski kau memaksa dia untuk mecintai sepupumu.”
**
Kyuhyun
jatuh berlutut. Matanya menatap nanar keatas ranjang dimana berbagai hadiah
yang pernah ia berikan pada istrinya kini tertata rapi disana dengan Po yang
berada ditengah-tengah.
Matanya
berembun ketika melihat tab yang diberikannya menampilkan berbagai macam
tulisan yang sama berulang-ulang.
‘Aku
mencintaimu, Cho Kyuhyun! ^_^’
“Kau
bahkan meninggalkanku,” gumamnya lirih dengan suara serak. Dia menopangkan
kedua tangannya dilantai. Membiarkan air matanya jatuh membasahi lantai.
THE
END
Apakah
kita bersedia mengorbankan cinta demi kepentingan yang lebih besar, atau tetap
dengan ego untuk kebahagiaan sendiri? Jika hal itu terjadi, maka hati yang
terluka tidak semudah itu untuk sembuh. Kita tidak pernah sadar betapa
berharganya seseorang sebelum tiba saatnya perpisahan.
-KSY-
0 komentar