it's my new world

follow your heart

Latest Posts

Missing you 8...

By 16.40 , , , , ,

 


Author : Rina Chan
Cast : 
-         Cho Kyuhyun
-         Kim Shin Yeong
-         Lee Donghae
-         Kim Taehyung (V)
-         Lee Mikki
-         Kim Seok Jin

Genre : hurt/comfort, romance, merried life, chapter

Ost : SHINee – An Encore

=========

Gedung-gedung pencakar langit sudah mulai dipadati oleh para karyawan.

Beberapa jalan protokol yang didominasi oleh kendaran pribadi bahkan mulai terlihat lengang dan lancar karena sudah tidak sepadat sebelumnya.

Mikki turun dari taksi yang membawanya ketika sudah sampai disalah satu kantor polisi pusat. Tangannya yang terkepal kini mulai basah oleh keringat karena rasa rindu yang akhirnya tersalurkan kini terbayar lunas.

Setelah dipersilahkan untuk masuk dan duduk dikursi yang sudah disediakan, Mikki duduk dengan tenang meski ia tak bisa memungkiri bahwa sekujur tubuhnya bergetar gugup.

Pintu besi tersebut terbuka, membuat wanita cantik itu berdiri dan langsung menubrukkan tubuhnya pada kekasihnya yang terlihat lebih kurus dari sebelumnya.

“Duduklah, kita mengobrol.” Mikki melepaskan pelukannya dan duduk dihadapan kekasihnya yang tersenyum padanya meski ia tahu mata coklat tersebut tertutupi oleh rasa bersalah.

“Maaf.” Taehyung memutuskan untuk membuka percakapan karena waktu akan terbuang percuma jika mereka hanya diam dan saling memandang satu sama lain. “Bagaimana keadaan bos mu?”

“Dia baik, bahkan dia menitipkan salam padamu dan pada kakakmu.”

Taehyung tersenyum tipis dan mengalihkan pandangannya. “Aku akan pergi.” Ucapnya sambil memejamkan mata karena tak sanggup melihat wajah sedih kekasihnya. “Kemana?” tanya Mikki pelan nyaris berbisik.

“Jerman. Aku ingin membuat kakakku sembuh dengan menjalani terapi oleh psikater disana.”

“Apa itu akan lama? Kenapa tidak disini saja? Bukankah kau masih dalam masa tahanan?”

Taehyung tersenyum dan mengusap kepala Mikki yang baru saja berhenti melontarkan beberapa pertanyaan.

“Selama menemani terapi aku dan kakakku tetap berada dalam penjara disana. Penjara yang sedikit berbeda. Aku memilih Jerman karena fasilitas medis negara tersebut sudah tidak diragukan lagi. Tentu saja lama.” Taehyung terdiam sejenak untuk memandang wajah kekasihnya. “Mungkin aku tidak akan kembali.”

“Waktu bertemu tinggal lima menit lagi!” suara polisi mengingatkan.

Taehyung berdiri dan memeluk Mikki yang masih terduduk. Membenamkan wajah kekasihnya dan mengecupi puncak kepala wanita yang sudah menjadi kekasihnya selama dua tahun.

“Ingatlah selalu aku selalu menyayangimu. Jaga dirimu baik-baik. Sampaikan pada bosmu aku menyesal. Aku mencintaimu Lee Mikki,” Taehyung berbalik dan kembali mengikuti polisi yang membawanya keruangan tersebut.

**

Jari-jari panjang Jin tidak berhenti mengetuk meja. pikirannya melayang pada permintaan Donghae ketika mereka berbicara di koridor rumah sakit.

-Flashback-

Donghae menarik lengan Jin kasar hingga membuat tubuh Jin menabrak tembok yang berada dibelakangnya.

“Sial! Apa yang sedang kau lakukan!” seru Jin kesal

“Kau sudah berjanji padaku untuk tidak memisahkan mereka!”

Jin berdecak kemudian menyisir rambutnya. “Apa itu merugikanmu? Ini urusanku. Dia adikku dan aku harus membuatnya bahagia. Kesabaranku sudah habis karena lelaki itu tidak pernah melihat adikku!” Jin menekankan suaranya pada kalimat terakhir sambil menunjuk ruangan Shin Yeong yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

“Dia menyesal.”

“Menyesal? Sayangnya semua sudah terlambat!” Jin mendesis pelan menahan emosi karena Donghae terang-terangan membela Kyuhyun. “Kau tidak tau bagaimana frustasinya dia ketika adikmu menghilang” ucap Donghae.

“Aku melakukan ini demi Jeong Yeon. Sejak kecil aku dan Kyuhyun berteman dengannya dia hanya bisa terbuka padaku. Dia selalu menceritakan berbagai mimpi menyeramkannya. Dia bahkan beberapa kali memimpikan adikmu.”

Jin melipat kedua tangannya didepan dada menunggu kalimat selanjutnya. “Dia bahkan tidak terlibat sama sekali. Jeong Yeon selalu mencari keberadaan adikmu dengan tubuhnya yang lemah. Rasa penyesalannya membuat penyakit yang menyerang tubuhnya semakin parah. Bukankah dia pernah datang menemuimu?”

“Menemuiku?” Jin terdiam mengingat sesuatu. “Ya, dia pernah menemuiku.”

Donghae tersenyum tipis. “Tapi kau mengusirnya.”

“Kau tau?”

“Tentu saja! Melihatnya yang didorong kasar oleh satpam kantormu membuatku langsung mendekatinya dan membawanya ke apartementku.”

“Lalu apa yang kau inginkan?” Jin bertanya merasa mulai lelah akan pembicaraan yang mengungkit masa lalunya.

“Dua bulan. Biarkan mereka bersama selama dua bulan. Jika gagal, maka aku yang akan mengantarkan adikmu langsung ke London.”

“Well, kau memang sahabat yang baik!” Jin menepuk pundak Donghae. Sahabat yang sudah bersamanya selama kuliah hingga kini. “Titip adikku.”

“Kau akan pergi?” Jin hanya tersenyum dan memeluk Donghae sebelum akhirnya berbalik dan melambai padanya.

Tok.. tok.. tok...

Suara ketukan pintu menyadarkan Jin dari lamunannya.

“Sir, anda sudah ditunggu diruang meeting.” Angel sekertaris Jin mengingatkan. Kemudian membuka pintu atasannya lebih lebar ketika melihat Jin keluar

&&&

==Kyuhyun==

Sejujurnya aku senang ketika Donghae mengatakan aku diberi kesempatan selama dua bulan untuk membuat istriku menolak ajakan kakaknya. Hanya saja aku pesimis bahwa waktu yang diberikan tidak berjalan dengan baik mengingat kondisi istriku.

Satu hal yang aku ketahui tentangnya adalah dia berubah. Dia memang tersenyum dan selalu menampakkan sikap layaknya tidak terjadi apapun. Tapi aku menyadari satu hal bahwa tidak ada cahaya dimatanya. Cahaya yang akan semakin bersinar ketika dia tersenyum. Sekarang cahaya itu redup. Karena diriku.

“Oppa...” sebuah kepala menyembul dari balik pintu ruang kerjaku. Senyumku mengembang ketika melihat wajahnya yang cemberut seperti anak kecil.

“Kemarilah,” tanganku terulur memintanya untuk masuk dan langsung duduk dipangkuanku. Kedua tanganku langsung melingkar dipinggangnya yang ramping dan  menempelkan pipiku dirambutnya yang tebal.

“Oppa..” rajuknya sambil memainkan jarinya didadaku yang tertutupi oleh sweater abu-abu.

“Hmm”

“Temani aku tidur.”

Pelukanku sedikit ku longgarkan dan mataku mencari-cari sesuatu yang bisa memberitahuku waktu.

Pukul 23.30

Ahh pantas saja dia memintaku menemaninya tidur. Dahiku berkerut mengingat sesuatu. “Bukankah seharusnya kau sudah tidur?” tanyaku sambil memegang kedua bahunya. Dia mengangguk pelan. “Aku mencoba tidur sejak tadi dan akhirnya aku memutuskan untuk kesini, memintamu untuk tidur juga.”

Aku mengangguk kemudian langsung berdiri hingga membuatnya memekik dan langsung merangkul leherku erat.

**

“Pagi..” sapanya ketika aku turun dan merangkul pingangnya, memberikan ciuman didahinya.

“Aku mencintaimu.”

Jeda sejenak karena dia tidak langsung membalas ucapanku. “Aku juga!” jawabnya sambil membenarkan dasiku.

Sudah ku duga tidak akan berhasil. Meski aku mengucapkannya setiap hari cahaya matanya tidak akan kembali. Dadaku terasa sangat sesak ketika dia membalas pengakuanku namun tidak ada raut bahagia disana.

“Yeong, aku akan pulang larut malam ini. Jangan menungguku.”

“Kenapa?” alisnya bertaut tidak suka.

“Aku tidak ingin kau lelah.”

Dia mengangguk paham dan kembali melanjutkan sarapannya.

**

Donghae menoleh kearah pintu ruangannya yang dibuka oleh seseorang. Sebelah alisnya terangkat ketika melihat sahabat sejak kecilnya duduk dan menyenderkan punggungnya pada sofa yang ada diruangan tersebut.

“Kau tidak bekerja?” tanyanya setelah berdiri disofa yang diduduki sahabatnya.

Kyuhyun membuka matanya menatap langit-langit kantor Donghae. “Kau tidak dirumah sakit?”

“Jin sudah kembali ke London. Tentu saja aku harus kembali menempati posisiku. Lagipula sudah ada Minri disana.”

“Dokter wanita, heh?” goda Kyuhyun mendengar sebuah nama wanita yang menggantikan posisi Donghae. Pasalnya, Donghae tidak pernah memberikan posisinya pada dokter wanita.

“Bukankah kau yang menginginkan dokter perempuan jika istrimu check up.”

Kyuhyun tersenyum dan mengangguk. “Pikiranku tidak bisa fokus.” Donghae mengangguk dan kembali ke mejanya setelah Kyuhyun menjawab pertanyaannya.

&&&

==Shin Yeong==

Entah hanya perasaanku saja atau bukan, namun aku bisa merasakan bahwa saat ini Mikki yang ada dihadapanku bukanlah Mikki yang biasanya.

Sejak tadi aku mengawasi dari balik meja kasir dan melihat pekerjaannya selalu saja kacau.

“Lee Mikki!” seruku membuat gerakan membersihkan mejanya berhenti. “Ikut ke ruanganku sekarang.”

Mikki menundukkan pandangannya dan memilih diam dengan kedua tangan bertaut.

“Jika kau merindukannya kenapa kau tidak menyusulnya?”

Dia mendongak dan menatapku tak percaya. Tentu saja aku merasakan bagaimana perasaannya saat ini. Semalam dia baru saja melepas kepergian Taehyung, meski dia hanya melihat dari jarak sekian meter saja.

“Aku akan dibunuh oleh kakakku jika melakukannya.” Dia kembali menunduk

“Kau bahkan tidak terlihat memiliki kakak.”

“Itu karena aku tidak tinggal bersama dengannya. Aku lebih memilih tinggal di apartement karena ingin mandiri.”

Aku hanya ber-oh ria mendengar penjelasannya. Selanjutnya yang ku lakukan hanya diam dan sesekali meliriknya. Mencari keputusan yang tepat supaya dia bisa bekerja dengan baik.

Tanganku yang sejak tadi memegang ponsel segera mencari nama Donghae dan mengetikkan pesan untuknya.

Pip!

Mataku membulat dan segera berjalan ke arah Mikki ketika membaca balasan Donghae. Mikki yang melihat ekspresiku hanya bisa mendesah pasrah.

“Dia mengijinkanmu.” Mikki mengerjap tidak mengerti. Ku tarik lengannya hingga ia berdiri dan mendorongnya keluar cafe dimana Mike sudah ada disana dan menunggu.

“Bawa dia!” Mike memberi hormat layaknya prajurit kepada sang komandan dan segera membawa Mikki pergi.

Aku melambai ketika mobil itu sudah pergi dan membawa Mikki.

**

Shin Yeong mengernyit ketika melihat sebuah boneka panda setinggi satu meter sedang duduk menghadap pintu rumah ketika ia membuka pintu. Kepalanya menjelejahi seluruh halaman rumahnya dan tidak melihat seseorang dimanapun.

“Kyaaaaaa....!”

Seolah diingatkan kembali akan boneka panda yang pernah membuatnya jatuh cinta dan patah hati secara bersamaan.

Patah hati?

Ya, patah hati karena selama dua hari dia tidak melihat boneka itu terpajang di etalase toko.

“Tapi... siapa yang memberikannya?” ujarnya dengan mimik lucu tanpa menyadari kehadiran seseorang yang sejak tadi memperhatikannya dengan senyum terkembang.

TBC

You Might Also Like

0 komentar