Missing you 7...
Author : Rina Chan
Cast :
-
Cho Kyuhyun
-
Kim Shin Yeong
-
Lee Donghae
-
Kim Taehyung (V)
-
Lee Mikki
-
Kim Seok Jin
Genre
: hurt/comfort, romance, merried life, mistery, chapter
Ost
: SHINee – An Encore
=========
Jin
kecil memandang bangunan megah yang kini berada dihadapannya. Bangunan yang
pernah ditempatinya sebelum akhirnya bangunan tersebut direbut paksa oleh
pamannya yang serakah.
Mata
bulatnya memandang nanar taman bunga yang kini kering. Dulu, ibunya selalu
rajin merawat bunga-bunga itu, namun sekarang semua bunga itu layu dan kering.
Tanpa sadar tangannya mengepal merasakan emosi yang kembali keluar mengingat
perlakuan pamannya pada keluarganya.
“Tuan
muda, sudah saatnya kita berkunjung ke panti.” Perkataan Dean membuat Jin
kembali tenang. Dia mengikuti langkah pria yang kini akan menginjak usia kepala
empat tersebut ke dalam mobil hitam yang sudah menunggunya.
**
Mike
melirik kearah Jin yang masih diam dan tidak bergerak sedikit pun dari
tempatnya berdiri. Lima langkah lagi dia akan mendekati seorang gadis yang
berusia lima tahun dibawahnya yang saat ini sedang duduk sendirian dibangku
putih.
“Sampai
kapan kau akan berdiri disini?” Mike mendorong Jin hingga membuatnya nyaris
terjatuh namun dengan cepat Jin menyeimbangkan tubuhnya.
Kepala
gadis kecil itu mendongak menatap seseorang yang kini berdiri dihadapannya.
Menghalangi cahaya matahari yang sejak tadi menerpa kulit putihnya.
Jin
duduk disamping gadis itu dan meletakkan lollipop di genggaman adiknya.
“Hai,
kita bertemu lagi” ucap Jin sambil mengusap puncak kepala adiknya
“Lebih
tepatnya, kau yang menemuiku Oppa” Shin Yeong meralat perkataan orang yang sudah
sering mengunjunginya sejak sebulan yang lalu.
“Oh,
iya.. kau benar!” menggaruk tenguknya bingung. Mike menggelengkan kepalanya
melihat tingkah Jin. Jin mengangguk setelah Mike mengatakan akan menunggu
dimobil.
“Oppa,
kau tau? Kehadiranmu seolah menjadi hiburan bagiku, meski aku tidak bisa
melihatmu namun aku bisa merasakan kasih sayang yang kau keluarkan untukku. Aku
merasa... bahwa kakakku yang sudah tiada berada disini.”
Aku
disini Yeong dan aku akan selalu menyanyagimu meski kau tidak bisa melihatku,
batin Jin
**
Shin
Yeong terus menggenggam tangan Jin yang sejak tadi tidak ia lepaskan. Ia merasa
gugup ketika seorang dokter mengatakan bahwa dirinya sudah mendapat pendonor
dan akan segera dioperasi.
“Oppa,
maukah kau selalu ada disampingku?” pinta Shin Yeong
“Kenapa?”
“Karena
orang yang ingin ku lihat pertama kali adalah dirimu.”
Jin
terdiam sesaat mendengar permintaan adiknya. Tanpa menjawab ia hanya membalas
genggaman sang adik dan mencium keningnya.
“Ya,
aku berjanji” ucapnya dan genggaman itu pun terlepas karena Shin Yeong sudah
memasuki ruang operasi.
“Kau
yakin akan tetap berangkat? Kita bisa membatalkannya,” Mike menepuk pundak
sahabatnya yang masih berdiri didepan ruang operasi.
Memejamkan
matanya sesaat dan menghembuskan nafasnya pelan. “Tidak. Keputusanku sudah
bulat. Aku akan membangun perusahaan dan mengambil kembali perusahaan appa,”
kata Jin dan berbalik setelah menguatkan hatinya.
Mike
mendesah pelan dan mengerti akan keputusan Jin. Di umurnya yang kini berusia
dua puluh tiga dia harus pergi ke Inggris dan mengurusi perusahaan yang
dibangun dengan tabungan milik ayah dan ibunya.
&&&
==Shin Yeong==
Akhirnya
aku sadar, setelah selama semalaman aku mengalami kritis hingga dokter memvonis
kesempatan ku hidup hanya 1%. Saat ini aku masih terbaring lemah. Beberapa alat
kesehatan yang semalam menempel ditubuhku sudah dilepas.
Sendiri.
Ya,
aku memang sendirian disini. Itu baik, karena sejujurnya aku membutuhkan itu.
Pikiranku masih dipenuhi oleh ketakutan dan rasa kehilangan.
Kehilangan?
Aku
baru saja kehilangan calon bayiku. Rasa sakit yang ku rasakan selama beberapa
hari penyekapan berdampak buruk pada janin yang sedang ku kandung. Bahkan aku
tidak menyadari jika aku sedang mengandung saat itu.
Sreeett...
Kepalaku
menoleh kearah pintu yang terbuka cukup lebar. Seseorang yang duduk di kursi
roda tersenyum dan berjalan ke sisi tempat tidurku.
“Hai,
bagaimana keadaanmu?” tanyanya ramah.
“Kau
siapa?”
“Ahh
kenalkan namaku Mike Orlando Reavens” dia mengulurkan tangan kananya dan aku
menatap tangan tersebut lalu wajahnya bergantian.
“Reavens?
Kau... anaknya uncle Dean?” tanyaku spontan.
Dia
mengangguk dan tersenyum lebar hingga membuat matanya mengecil. “Aku Kim Shin
Yeong,” ucapku sambil menjabat tangannya.
“Terima
kasih!” ucapku dan mencoba tersenyum padanya. “Kau sudah menyelamatkanku,”
sambungku
“Tapi
aku tidak bisa menyelamatkan dia” katanya sambil menatap kearah perutku.
“Tidak
apa-apa, ini bukan salahmu—hey, dari mana kau tau jika aku hamil?”
Mike
hanya tersenyum lebar memamerkan deretan giginya yang rapih. “Rahasia. Oh!
Lagipula bukan hanya aku yang tau kau hamil,” dia menoleh kearah pintu yang
masih terbuka.
Mataku
melebar terkejut ketika melihat sosok yang selama ini ku pikir telah tiada.
“Oppa...”
**
“Shin
Yeong sudah sadar, kau tidak ingin menjenguknya?”
Kyuhyun
mengacuhkan pertanyaan Donghae. Sejak tadi pria itu sibuk dengan memorinya
bersama Jeong Yeon, bahkan kehadiran Donghae pun seolah tidak dianggapnya.
Pikirannya
melayang ketika mengingat saat itu, dimana Jeong Yeon mengatakan pesan
terakhirnya.
-Flashback-
Kyuhyun
berlari menyusuri lorong rumah sakit yang lebih terasa panjang dari biasanya.
Beberapa pasien dan perawat menatapnya heran namun ia sama sekali tidak
mempedulikannya. Pikirannya saat ini hanya tertuju pada seorang wanita yang
berada diujung kematian.
Brakkk...
Nafasnya
masih memburu ketika akhirnya dia sampai diruangan tempat wanita itu dirawat.
Jeong
Yeon tersenyum tipis dibalik masker oksigennya melihat ekspresi Kyuhyun yang
sangat kelelahan mengingat ia langsung kembali dari London dan langsung kemari
tanpa beristirahat terlebih dahulu.
“Bagaimana
kabarmu?” tanya Jeong Yeon ketika Kyuhyun duduk disamping ranjangnya.
“Bodoh!”
Jeong Yeon tersenyum mendengar pertanyaannya dibalas dengan ejekan. “Kenapa kau
menyembunyikannya?!”
Jeong
Yeon terbatuk dan memejamkan matanya sejenak ketika rasa sakit menyengat,
“Kyuhyun-ah, maukah kau memenuhi permintaanku?”
“Of
course, princess.” Jeong Yeon tersenyum dan memejamkan matanya kembali.
“Tolong...” Kyuhyun menahan nafas menanti permintaan yang akan diucapkan oleh
gadis pujaanya. “Berikan mata dan jantungku pada sepupuku, Kim Shin Yeong.”
Hati
Kyuhyun mencelos mendengar permintaan Jeong Yeon. Dia kecewa karena gadisnya
seolah tidak kuat untuk hidup.
“Donghae
oppa akan memberikan berkas lengkapnya dimana kau bisa menemukan Shin Yeong.
ah, satu lagi. Bisakah kau mencintainya seperti kau mencintaiku?”
Tubuh
Kyuhyun membeku ketika Jeong Yeon mengetahui perasaannya dan dengan cepat dia
menormalkan kembali ekspresinya.
“Aku
tidak bisa.”
“Kenapa?”
“Karena
aku hanya bisa mencintai dirimu.”
Jeong
Yeon tersenyum dan mengulurkan tangannya pada wajah tampan Kyuhyun. Mengusap
wajah itu perlahan.
“Kau
pasti bisa, Oppa.”
&&&
==Kyuhyun==
Degup
jantungku terus tidak beraturan sejak tadi. Bahkan kesadaranku belum kembali
sejak Donghae dengan sikapnya menyeret paksa diriku untuk ikut ke rumah sakit.
Bahkan aku harus menahan malu ketika beberapa orang menatap kami karena Donghae
masih menyeretku ketika kami sampai.
Donghae
menoleh ketika sudah berhenti disebuah kamar VVIP, “Kau mau masuk tidak?” aku
menggeleng sebagai jawaban.
Suara
tawa dan candaan langsung terdengar ketika Donghae membuka pintu tersebut.
Tubuhku
berputar dan memilih duduk di kursi yang tersedia dilorong tersebut. Lorong ini
terlihat sepi meski tak jarang beberapa suster terlihat keluar dan masuk ke
pintu yang berbeda.
Aku
mendesah dan mengacak rambutku ketika kembali memasuki bangunan ini. Aku benci
rumah sakit. Rumah sakit hanya mengingatkanku padanya. Jeong Yeon. Juga pada
orang yang entah sejak kapan menarik perhatianku.
“Cho
Kyuhyun?” aku mendongak ketika suara seseorang memanggilku. Dia tersenyum dan
mengulurkan tangannya yang segera ku balas hingga kami saling berjabat tangan.
“Kim
Seok Jin.”
Aku
tersenyum melihatnya langsung duduk disampingku. “Terima kasih untuk menjaga
adikku dengan baik.” Ujarnya dengan senyum lebar yang menurutku mengerikan
karena perkataannya bagaikan sengatan listrik yang menjalar dari ubun-ubunku
hingga ke ujung jari kaki.
Tidak
ingin kalah aku hanya tersenyum masam dan menepuk pundaknya, “Sudah menjadi
tanggung jawabku sebagai suaminya.”
“Yeah,
kau benar-benar suami yang baik. Aku bisa melihat itu,” ujarnya lagi tanpa
melepaskan pandangannya padaku.
Baru
kali ini aku merasa terintimidasi oleh tatapan seseorang. Selama ini aku
terbiasa mengintimidasi orang.
“Shit!”
“Kau
tidak masuk?”
“Huh?”
Jin
menaikan sebelah alisnya dan aku mengikuti arah matanya menatap kearah Donghae
yang sedang berdiri diambang pintu.
Aku
segera berdiri dan langsung masuk tidak memperdulikan tatapan heran Donghae.
**
“Oppa!”
seru Shin Yeong ketika Kyuhyun sudah duduk disisinya dan mengusap kepalanya
seperti biasa.
“Kenapa
kau tidak langsung menemuiku?” tanya Shin Yeong dengan wajah polos.
Kyuhyun
hanya tersenyum dan mencium tangan istrinya yang digenggamnya. “Maaf,” ujarnya
sendu.
Shin
Yeong sedikit terkejut dan mengalihkan pandangannya kearah Jin dan Donghae yang
memasang ekspresi berbeda. Jin menatap lurus kearah Kyuhyun yang kini terus
mencium tangan adiknya sedangkan Donghae tersenyum tipis lalu mengangguk.
“Aku
tidak bermaksud menyakitimu.” Shin Yeong memiringkan kepalanya dan tersenyum
lebar mengerti kenapa suaminya itu meminta maaf dan ia membalas mengusap kepala
Kyuhyun. Merasakan rambut suaminya yang tebal dan juga lembut masuk disela-sela
jarinya.
“Yeongie-ah,
bagaimana tawaranku tadi, kau sudah memutuskannya?”
Kyuhyun
mengangkat wajahnya menatap Shin Yeong dan Jin bergantian. Pandangannya
berhenti kearah Donghae yang hanya mengangkat bahunya tidak tau.
“Ermmmm
aku... ng...”
“Kyuhyun-ah,
aku ingin mengambil adikku.” Kyuhyun menoleh cepat kearah Jin. “Tugasmu
menjaganya sudah berakhir. Mike! Urus berkas perceraian mereka secepatnya!”
Mike
mendesah pelan kemudian mengikuti Jin yang langsung berbalik keluar ruangan
tersebut disusul Donghae hingga menyisakan sepasang suami istri itu sendiri.
“Sayang,
kau tidak akan menginggalkanku. Iya kan?”
TBC
0 komentar