Missing you 4...
Author : Rina Chan
Cast :
-
Cho Kyuhyun
-
Kim Shin Yeong
-
Lee Donghae
-
Kim Taehyung (V)
-
Lee Mikki
-
Kim Seok Jin
Genre
: hurt/comfort, romance, merried life, mistery, chapter
Ost
: SHINee – An Encore
=========
[[
One day, before all begin... ]]
Gadis
kecil itu menangis dengan cukup kencang di gendongan pengasuhnya. Ia bersama
pengasuh dan supir keluarganya menatap nanar bangunan mewah yang kini sudah
tidak mereka tempati lagi. Bahkan para pegawai itu dengan sengaja membuang
segala benda yang ada dirumah tersebut dengan kasar ke halaman.
Setengah
jam kemudian, gadis kecil itu berhenti menangis dan sudah turun dari gendongan
si pengasuh. Kaki kecilnya mendekati beberapa barang yang semula berada di
dalam rumahnya. Mendekat dan menatap barang-barang serta rumahnya secara
bergantian.
“Nona,
sudah saatnya kita pergi.” Pengasuh gadis kecil tersebut mendekat. Namun gadis
kecil itu sama sekali tidak mengindahkannya.
Mata
bulatnya yang masih basah mengerjap lucu. Tangannya terulur mengambil sebuah
pigura berukuran sedang berisi foto keluarganya. Mengusap kaca pigura yang
kotor dengan gaun cantiknya.
“Appa,
Eomma, Oppa, kenapa mereka jahat?” mata bulat itu kembali berkaca. Eunji,
dengan cepat menggendong majikannya dan
membawanya masuk ke dalam mobil.
**
“Dia
sudah makan?” Eunhyuk melipat koran yang dibacanya ketika istrinya duduk
disampingnya setelah menidurkan majikan kecilnya.
“Aku
tidak menyangka bahwa mereka tega melakukan ini kepada keluarga mereka
sendiri.” Ucap Eunji sambil memegang dahinya.
Eunhyuk
mengambil cangkir teh dan meminumnya. “Ya, aku juga tidak menyangka. Selama
tiga tahun aku menjadi supir keluarga itu, aku mengetahui bahwa tuan Kim Taewoo
sangatlah ramah.” Jeda sejenak sambil membayangkan betapa baiknya majikannya
tersebut.
“Mereka
dibunuh kan?”
Eunhyuk
menoleh kepada istrinya dengan dahi berkerut.
“Tidakkah
kau juga berpikir demikian, Oppa? Lagipula tidak mungkin mereka meninggal dalam
sebuah kecelakaan yang bisa dibilang tragis tersebut?”
“Kau
benar, sayang. Tuan kita tidak mungkin sebodoh itu. Bahkan tak jarang ia
merawat mobil-mobilnya sendiri dengan sangat baik.”
“Ya
Tuhan,” Eunji menutup mulutnya tak percaya. “Bagaimana nasib majikan kecil
kita?”
“Entahlah,
yang jelas saat ini kita harus melindunginya.”
[[
When all begin... ]]
Shin
Yeong tidak bisa bernafas. Matanya masih menatap kearah dua orang yang kini
sudah tidak bernyawa.
Malam
itu, tiga hari setelah kejadian pengusirannya dari rumah, beberapa pria besar
memaksa masuk. Sora dengan cepat menyelamatkannya namun ia tidak berhasil lolos
dan berakhir dengan kematian yang tragis bersama suaminya yang lebih dulu
tewas.
“Tidak
ada gunanya kau menangisi mereka!”
Shin
Yeong menoleh menatap pria yang umurnya tidak jauh beda dengan mendiang ayahnya.
“Paman,
k-kenapa kau melakukan semua ini?”
Orang
itu mendekat dan mencengkram wajah bulat tersebut.
“Aku
iri pada ayahmu! Aku iri padanya yang dengan mudah memiliki segalanya tanpa
bersusah payah sepertiku!” Taehwa tidak berniat melepaskan cengkramannya meski
melihat keponakan cantiknya itu meringis. “Maka dari itu, aku menyingkirkan
mereka semua!”
Shin
Yeong bergetar hebat ketika pamannya melepaskan cengkraman tersebut. Ia berdiri
dan bergegas lari keluar. Taehwa melarang pengawalnya untuk mengejar gadis
kecil itu.
“Biarkan
saja dia. Aku sengaja membuatnya hidup agar dia merasa tersiksa,”
Sebuah
tabrakan terjadi ketika Shin Yeong berlari dan tidak melihat sebuah mobil
melaju cepat kearahnya. Tubuhnya memang tidak terpental hanya saja tabrakan itu
membuatnya mengalami pendarahan yang cukup hebat baik didalam maupun diluar
tubuhnya.
“Kau
membunuhnya!” pekik seorang gadis berumur sepuluh tahun. Belum sempat ia
mendekat namun tangannya sudah dicekal oleh kakaknya.
“Kembali
ke dalam mobil, Jeong Yeon!” Jeong Yeon hendak melawan namun melihat tatapan
tajam yang diberikan kakaknya ia mengurungkannya. Dengan patuh ia kembali ke
dalam mobil meski kepalanya menoleh menatap keadaan gadis kecil tersebut.
&&&
Mike
menatap ngeri Jin yang saat ini tampak tenang menahan emosi. Rahangnya mengetat
dan bibirnya membentuk garis tipis meski giginya beradu cukup keras. Mata
coklat itu menatap beberapa deret kalimat dan juga beberapa foto yang membuat
adiknya sengsara selama ini.
“Kau
tenang saja, si tua bangka itu sudah tiada sekarang.” Mike memutuskan bersuara.
Jin menoleh dengan pandangan bertanya.
“Kau
lupa bahwa kau yang menghasut beberapa perusahaan yang membenci pamanmu?”
“Ya,
saat itu aku sangat marah padanya karena dia mengakuisisi perusahaan Appa. Tapi
aku tidak menyangka bahwa si tua bangka itu melakukan hal yang lebih keji
lagi!”
“Yeah,
karena kecelakaan itu membuat adikmu buta sekaligus menghilangkan sebagian
memory-nya,” sambung Mike tanpa memperdulikan tatapan tajam Jin. “Apa? Aku
benar bukan?” bela Mike tanpa dosa.
“Memory-nya
hilang juga karena dia syok.”
“Tentu
saja dia syok, jika aku berada diposisinya lebih baik aku mati.” Mike berkata
sambil membayangkan jika ia berada diposisi Shin Yeong saat itu. “Well,
setidaknya kau masih hidup meski...”
“Ya,
aku sangat berterima kasih pada ayahmu karena berhasil menyelamatkanku sebelum
mobil meledak.”
Mike
berdiri dan memeluk Jin sambil menepuk kepalanya pelan ketika melihat wajah
tampan tersebut kembali murung.
“Apa
yang kau lakukan?” Jin membulatkan matanya terkejut.
“Memelukmu.”
Jawab Mike tanpa melepaskan pelukannya.
“Ish,
menggelikan!” dengus Jin sambil melepaskan pelukan Mike
“Aku
melihat di film bahwa pelukan adalah hal yang paling penting ketika seseorang
merasa kehilangan.” Mike menggumam sambil meletakkan jari telunjuknya di dagu.
Jin
mendengus geli ketika mengetahui tingkah Mike barusan. “Kau menonton film itu?
Ckck, tidak berbeda jauh dengan anakmu, Ageha.” Mike melotot ketika Jin baru
saja menertawakannya.
**
==Shin
Yeong==
Sejak
tadi aku masih sibuk dengan pikiranku. Ada hal yang tiba-tiba saja memaksa
untuk keluar sejak insiden kelinci-kelinciku.
“Hey,”
aku tersentak ketika merasakan usapan didahiku yang berkerut.
“Dahimu
berkerut dan kau mengigiti kukumu lagi, ada apa?” mataku mengerjap ketika
mendengar suara suamiku bertanya. Apa aku sedang berhalusinasi?
Cup..
Mataku
kembali mengerjap, kali ini lebih cepat karena kesadaranku sudah kembali.
“Oppa?”
“Ya,
ini aku sayang.”
Aku
menggeleng pelan mengusir berbagai pertanyaan yang mendadak muncul seiring
dengan kehadiran pria ini. Dan lebih memilih menunduk menghindari tatapan
khawatir darinya.
“Bagaimana
keadaanmu?” tanyanya sambil memegang daguku. Membuat wajahku terpaksa
menatapnya.
“Baik.”
Kyuhyun
tersenyum tipis kemudian menarikku ke dalam pelukannya. Menenggelamkan kepalaku
ke dadanya yang bidang. Berusaha mencari kenyamanan dipelukan tersebut namun
yang ku dapat hanya rasa sakit yang semakin meremas.
“Tidurlah.
Ku dengar dari bibi Ahn bahwa kau tidak tidur semalam,”
Tidak
tidur semalaman karena teror itu ditambah suamimu yang tidak ada disisimu saat
semua kejadian itu terjadi, hidupmu menyedihkan, Yeong!
Mataku
terpejam membenarkan perkataan dewi batinku.
Tangan
hangat itu mengusap pipiku, mengusap butiran bening yang keluar tanpa aku
sadari. Berlanjut dengan kecupan ringan di dahi dan ciuman yang cukup lama di
puncak kepalaku.
“Maaf
sudah menyakitimu, aku harap kau tidak lelah untuk membuatku mencintaimu,”
Selama
dua tahun pernikahan kita aku berusaha, tapi kau sama sekali tidak membantu.
Semua usahaku tidak akan berhasil jika hanya aku yang berusaha!
Tanpa
sadar aku mencengkram swater miliknya dengan cukup erat ketika pikiran itu
muncul kembali.
&&&
Donghae
menghembuskan nafasnya secara perlahan. Sejak tadi dia menutup dan mengunci ruangannya agar bisa berfikir
dengan tenang. Beberapa kejadian aneh kembali muncul lagi setelah Jeong Yeon
meninggal.
Jeong
Yeon?
Fakta
bahwa semua kejadian yang menimpa Shin Yeong bersangkutan dengan Jeong Yeon
membuatnya sakit kepala. Dia tidak berniat memberi tahu Kyuhyun, karena pria
itu masih berada dalam bayang cinta pertamanya tersebut.
Drrrtt...
drrtt...
Perhatiannya
sedikit teralihkan ketika ponselnya berdering.
“Hallo?”
“................”
“Kita
sependapat,”
“.................”
“Meski
demikian dia tetap pamanmu,”
“................”
Donghae
tergelak ketika mendengar nada bentakan dari si penelfon.
“Ya,
aku akan terus memantau kesehatan mata adikmu, atau... bisa dibilang mata
sepupumu?” Donghae melirik pigura itu dan mengusap sosok yang berdiri diantara
dirinya dan Kyuhyun.
“...............”
“Okey,
tidak ada yang ingin kau bicarakan lagi kan?”
“...............”
“Yes,
sir!”
Klik!
Sambungan
telfon pun berhenti.
Donghae
mendesah sambil mengusap rambutnya. Matanya kembali melihat pigura tersebut.
“Kenapa
kau harus terlahir dikeluarga itu?” gumamnya
Tok..
tok.. tok..
Suara
ketukan di pintu membuatnya berdiri dan membuka kunci.
“Saatnya
bekerja dokter Lee,” ucap asistennya sambil memberikan setumpuk hasil rongsent
pasiennya.
**
Rrrrr...
Rrrrr...
Rrrrr...
Ponsel
itu bergetar dan terus berdering lebih dari lima kali. Si pemilik ponsel yang
baru saja keluar dari kamar mandi berjalan menuju nakas dan mengambil
ponselnya. Dengan gerakan cepat ia menggeser gambar gagang telfon itu ke sisi
kanan dan menempelkannya ponsel tersebut ke telinga begitu ponselnya kembali
berdering.
“Hallo?”
“..........”
Sebelah
alisnya terangkat mendengar deretan kalimat yang keluar dari si penelfon.
“Kapan?”
“.............”
“Okey,
aku tidak sabar menantinya.”
Dia
tersenyum miring sambil terus mendengarkan orang yang sedang menelfonnya.
“Oh!
Aku senang bagian itu!” pekiknya. Dengan menjepit ponsel antara kepala dan
bahunya dia berusaha memakai celana yang sudah disiapkan pembantunya.
“Okey,
bye!”
Klik...!
Dia
berjalan ke sudut kamarnya dan melemparkan sebuah belati kecil yang tepat
mengenai sebuah foto yang terpasang disana.
“It’s
show time!”
TBC
0 komentar