Missing you 3...
Author : Rina Chan
Cast :
-
Cho Kyuhyun
-
Kim Shin Yeong
-
Lee Donghae
-
Kim Taehyung (V)
-
Lee Mikki
-
Kim Seok Jin
Genre
: hurt/comfort, romance, merried life, chapter
Ost
: SHINee – An Encore
=========
“Apa?!”
Mike meringis ketika Jin berteriak tepat dihadapannya. Beberapa pengunjung
restaurant menoleh kearah mereka dengan pandangan bertanya, bahkan tak sedikit
yang memberi tatapan menusuk.
Jin
yang tersadar segera meminta maaf dan kembali duduk dengan tenang. Mengambil lemon
punch dan meminumnya dengan sekali teguk.
“Sial!”
Jin mengumpat sambil meletakkan gelas yang sudah kosong dengan cukup kasar.
“Kenapa
kau diam saja?” bentaknya pada Mike yang sejak tadi belum bersuara kembali.
Mike
menggendikkan bahunya, “Menunggumu tenang.” Ia meraih espresso-nya dan
menyesapnya pelan.
“Lagipula
belum ada ancaman serius. Dia hanya mengawasi adikmu tanpa bertindak apapun,”
“Dia
meneror adikku.” Menatap Mike tajam sedang yang ditatap hanya mendengus pelan.
“Baiklah,
aku akan meningkatkan pengawalan. Saat ini aku sedang sibuk untuk menyelidiki
apa motifnya meneror adikmu. Aku pergi,” Mike berdiri setelah membereskan
berkas-berkasnya. Menepuk pundak Jin sebelum menghilang dari restaurant
tersebut.
**
Shin
Yeong berjalan tenang menyusuri lorong rumah sakit tersebut. Sesekali ia
tersenyum menyapa beberapa suster yang dikenalnya. Langkahnya berhenti disebuah
ruangan yang sudah sangat akrab untuknya.
“Tidak
ada orang,” gumamnya ketika melihat ruangan tersebut kosong.
“Oh,
kau datang, Eonnie? Dokter Lee bilang kau masuk saja, dia akan segera kembali.”
Shin Yeong sedikit bergeser masuk ketika Haerin--asisten Donghae tersenyum
sambil membawa beberapa berkas hasil pemeriksaan pasien di meja Donghae.
“Aku
segera kembali,” ucapnya ketika Shin Yeong sudah duduk disalah satu sofa yang
disediakan disana.
Donghae
menggumam sambil menuliskan resep yang harus Shin Yeong tebus di apotek. Selagi
menunggu, Shin Yeong menelusuri ruangan milik dokter tampan tersebut.
Pandangannya berhenti ke sebuah pigura foto yang diletakkan di atas rak buku
bersama deretan foto lainnya.
Sudut
bibirnya tertarik menampilkan senyuman tipis namun menyimpan kesedihan yang
mendalam.
“Ku
akui kau merawat mata itu dengan baik, Yeong—“ Shin Yeong tidak mendengarkan
rentetan kalimat yang dikatakan oleh Donghae. Tangannya terulur mengusap sosok
pria kecil yang berdiri merangkul disisi kanan. Sosok pria yang sudah tidak
asing baginya. Suaminya.
“Astaga,
kau tidak mendengarkanku?! Kau—“ Shin Yeong terkejut ketika Donghae merebut
pigura tersebut dan meletakkannya kembali diatas rak buku dengan posisi
tertutup.
“Mereka
tampak serasi,” kalimat tersebut keluar dengan suara yang sangat lirih nyaris
sama seperti bisikan. Donghae menatap intens wanita yang masih berdiri
dihadapannya.
“Ku
antar kau pulang,” tanpa berkata apapun Donghae langsung menarik tangan Shin Yeong.
bahkan ia mendesah pelan ketika mengetahui tangan yang digenggamnya sangat
dingin. Setelah menebus obat di apotek.
&&&
==Kyuhyun==
Aku
mendongak ketika Hana—sekertarisku masuk lalu memberikan berkas-berkas yang
baru, mengganti beberapa berkas yang sudah ku selesaikan. Ia mengangguk sopan
kemudian pergi berlalu.
Dering
ponsel yang sudah tidak asing bagiku menyapa masuk gendang telingaku. Ibu
jariku bergerak mengusap layar.
Mataku
membulat ketika mengetahui bahwa hari ini adalah hari yang sangat penting. Hari
dimana aku harus mengunjunginya karena itu adalah kegiatan rutinku setiap tiga
hari sekali.
“Hana-ssi,
tolong cancel semua jadwalku sore ini.” Ucapku ketika sudah keluar ruangan dan
dengan segera menuju lift khusus yang akan membawaku ke basemant.
**
Angin
berhembus cukup lembut sore ini, menerbangkan beberapa dedaunan kering yang
sudah dikumpulkan oleh para pembersih makam.
Aku
tersenyum dan berlutut dihadapan sebuah nisan setelah meletakkan buket bunga
lily di depan nisan tersebut. Kedua tanganku saling bertautan, mataku terpejam
ketika memanjatkan do’a untuknya.
“Seandainya
saat ini kau masih ada, pasti kau akan menjadi wanita yang cantik. Tapi itu
hanya ‘seandainya’. Sampai kapan pun aku berharap, semua itu tidak akan
terjadi.”
“Kau
tau, gadis itu sudah tumbuh menjadi wanita yang sangat cantik. Aku mencoba
menyayanginya. Tapi sekeras apapun aku mencoba...” jeda sesaat karena aku
menarik nafas dalam. “Hanya kau yang ada dihatiku,” kalimat itu meluncur dengan
mulus. Tanpa suara bersamaan dengan hembusan angin.
&&&
Pukul
14.00
Mikki
berjalan cepat ke salah satu meja dan duduk di bangku kosong yang ada dihadapan
pria itu.
Pria
itu terkekeh melihat tingkah gadisnya ketika mengetahui kedatangannya ditempat
gadis itu bekerja. Tangannya mengacak rambut gadis itu membuat bibir gadisnya
mengerucut.
“Kenapa
kau kemari?” Mikki bertanya setelah memesankan minuman untuk kekasihnya.
“Hanya
ingin mengunjungimu.”
Mikki
mendengus dengan alasan tak masuk akal yang diucapkan kekasihnya.
“Tapi
ini masih jam kantor. Jangan bilang kau membolos!” jari telunjuknya menunjuk
tepat dihadapan wajah pria-nya.
“Tidak
akan ada yang memecatku jika aku membolos sekalipun.”
Mikki
mencibir pelan sambil mengucapkan terima kasih pada pelayan ketika selesai
meletakkan pesanannya.
“Dimana
bos-mu?”
Seolah
teringat sesuatu, Mikki bergegas menuju ruangan bos-nya. Ia sudah janji akan
memperkenalkan kekasihnya pada sang bos.
“Oppa,
kenalkan, dia bosku.”
Pria
itu mendongak dan tersenyum manis pada wanita yang berdiri tepat disamping
kekasihnya.
“Kim
Taehyung.”
“Kim
Shin Yeong.”
Mereka
saling berjabat tangan kemudian melepasnya.
“Ku
harap kau tidak melalaikan pekerjaanmu hanya karena kekasimu kemari nona Lee.”
Mikki membulatkan matanya akan ucapan Shin Yeong yang terang-terangan
menyindirinya.
“Eonnie!”
Shin
Yeong tertawa kemudian berlalu pergi.
**
Langkah
Shin Yeong berhenti ketika ia menemukan sebuah kotak tepat disisi pagar
rumahnya. Kepalanya menoleh kekanan dan kekiri memastikan bahwa kotak tersebut
memang untuknya.
Rasa
penasarannya yang cukup tinggi membuatnya membuka kotak tersebut ditempat.
“Ya
Tuhan!” pekiknya bersamaan dengan jatuhnya kotak tersebut ke tanah. Wajahnya
memucat dengan sekujur tubuh bergetar hebat.
“Tidak..
tidak.. tidak..” gumamnya dengan suara bergetar.
Dengan
langkah cepat dia berbalik segera masuk ke dalam rumahnya. Tidak ia perdulikan
tatapan bertanya dari dua orang satpam yang menjaga rumahnya.
==Shin
Yeong==
Pukul
21.30
Aku
mendesah pelan sambil menggonta-ganti channel Tv. Setelah makan malam, aku
putuskan untuk menonton Tv sambil menunggunya pulang.
Tanpa
ku tanyakan pada siapapun aku sudah tau kemana dia pergi.
Tentu
saja mengunjunginya, bukankah hari ini jadwalnya berkunjung?
Dewi batinku melipat dada dan menatap kasian padaku.
Aku
memang menyedihkan.
Merasa
tingkat kebosananku sudah tidak bisa dibendung lagi, akhirnya ku putuskan
menuju ke halaman belakang rumah. Menuju kandang kelinci yang sengaja ku buat
disudut halaman.
Brukkk...
Keranjang
wortel yang ku pegang jatuh ke tanah dengan cukup keras.
“Kyaaaaa....!!”
Sekujur
tubuhku bergetar meski saat ini tubuhku terbalut selimut tebal. Bibi Ahn
mengusap punggungku lembut, menenangkanku yang masih syok akan apa yang baru
saja ku lihat.
Suara-suara
di halaman belakang menandakan bahwa telah terjadi sesuatu disana.
Air
mataku mengalir keluar ketika ingatan beberapa menit yang lalu kembali
terlihat.
“Kita
bisa membelinya lagi,” bibi Ahn bersuara dengan tangan yang masih setia
menenangkanku.
“T-tidak,
b-bukan itu masalahnya...” ucapku tersendat
“Tidak
masalah mereka pergi dengan kematian yang wajar. Tapi ini?” aku kembali
bersuara meski cukup lirih.
“Ma-mata
mereka...” aku masih menceracau tidak jelas ketika mengingat semua kelinciku
mati dengan sangat tidak wajar. Mereka mati dengan kelopak mata yang berlubang.
Catat itu, berlubang. Menandakan bahwa semua mata kelinciku dicongkel paksa.
“Hiks...
tega sekali yang sudah melakukannya,”
**
Donghae
menatapku dalam. Saat ini aku sedang berada dipelukannya. Bibi Ahn menelfonnya
karena dia tidak bisa menelfon Kyuhyun. Tidak masalah bagiku jika Kyuhyun lebih
betah bersama dengan Jeong Yeon. Kejadian seperti ini bukan hal pertama atau
kedua bagiku, maka dari itu aku sangat maklum kenapa Kyuhyun begitu.
“Jika
kau merasa takut, aku akan memerintahkan orang-orangku untuk menjagamu 24 jam.
Bagaimana?”
Aku
melepaskan pelukannya dan menggeleng pelan.
“Tapi
aku tidak bisa membiarkanmu sendiri!” ucapnya frustasi sambil meremas
rambutnya.
“Aku
tidak apa-apa,”
Donghae
berdiri dan pergi entah kemana kemudian kembali dan melemparkan sebuah kotak
yang tadi sore ku tinggalkan di gerbang.
“Kedua
satpammu yang memberikannya. Mereka berniat memberikannya pada Kyuhyun, hanya
saja SUAMIMU belum kembali.” Dia menekankan suaranya pada kata ‘suamimu’.
“Beginikah
sikapnya sebagai suami? Tsk, mengecewakan.”
“Oppa,”
“Jika
aku menjadi suami maka aku tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu.”
“Oppa,”
“Menyia-nyiakan
orang yang—“
“OPPA!”
aku berteriak karena ia tak menghiraukan panggilanku.
Donghae
mengusap wajahnya kemudian kembali duduk disampingku dan mengucapkan kata maaf
berkali-kali.
&&&
Jin
memejamkan matanya mendengar dan mencerna kalimat yang dikatakan Donghae
tentang keadaan adiknya. Kedua tangannya terkepal. Rahangnya mengetat menahan
emosi.
“Aku
harus menemui adikku,”
“Bukankah
belum saatnya?”
Jin
berdiri dan menyambar kunci mobilnya tanpa memperdulikan teriakan Donghae.
Nafasnya
memburu dengan mata berkilat memancarkan kemarahan yang siap meledak. Beberapa
karyawan langsung menyingkir mengetahui suasana hati sang bos sedang dalam
kondisi tidak baik. Bahkan sangat buruk.
Langkahnya
yang lebar dengan cepat membawanya segera sampai di lobby kantor dan dia
berhenti tepat ketika pintu mobil sudah terbuka untuknya.
Jin
memejamkan matanya mencoba mengatur emosinya.
“Tuan?”
Jason menegur.
“Antarkan
aku pulang.”
Jason
segera menutup pintu mobil ketika tuannya sudah masuk dan bergegas pergi ke
balik kemudi.
Belum
saatnya aku bertemu dengannya, pikir Jin.
TBC
0 komentar