it's my new world

follow your heart

Latest Posts

Missing you 3...

By 16.23 , , , , , , ,

 



Author : Rina Chan
Cast : 
-         Cho Kyuhyun
-         Kim Shin Yeong
-         Lee Donghae
-         Kim Taehyung (V)
-         Lee Mikki
-         Kim Seok Jin

Genre : hurt/comfort, romance, merried life, chapter

Ost : SHINee – An Encore

=========

“Apa?!” Mike meringis ketika Jin berteriak tepat dihadapannya. Beberapa pengunjung restaurant menoleh kearah mereka dengan pandangan bertanya, bahkan tak sedikit yang memberi tatapan menusuk.

Jin yang tersadar segera meminta maaf dan kembali duduk dengan tenang. Mengambil lemon punch dan meminumnya dengan sekali teguk.

“Sial!” Jin mengumpat sambil meletakkan gelas yang sudah kosong dengan cukup kasar.

“Kenapa kau diam saja?” bentaknya pada Mike yang sejak tadi belum bersuara kembali.

Mike menggendikkan bahunya, “Menunggumu tenang.” Ia meraih espresso-nya dan menyesapnya pelan.

“Lagipula belum ada ancaman serius. Dia hanya mengawasi adikmu tanpa bertindak apapun,”

“Dia meneror adikku.” Menatap Mike tajam sedang yang ditatap hanya mendengus pelan.

“Baiklah, aku akan meningkatkan pengawalan. Saat ini aku sedang sibuk untuk menyelidiki apa motifnya meneror adikmu. Aku pergi,” Mike berdiri setelah membereskan berkas-berkasnya. Menepuk pundak Jin sebelum menghilang dari restaurant tersebut.

**

Shin Yeong berjalan tenang menyusuri lorong rumah sakit tersebut. Sesekali ia tersenyum menyapa beberapa suster yang dikenalnya. Langkahnya berhenti disebuah ruangan yang sudah sangat akrab untuknya.

“Tidak ada orang,” gumamnya ketika melihat ruangan tersebut kosong.

“Oh, kau datang, Eonnie? Dokter Lee bilang kau masuk saja, dia akan segera kembali.” Shin Yeong sedikit bergeser masuk ketika Haerin--asisten Donghae tersenyum sambil membawa beberapa berkas hasil pemeriksaan pasien di meja Donghae.

“Aku segera kembali,” ucapnya ketika Shin Yeong sudah duduk disalah satu sofa yang disediakan disana.

Donghae menggumam sambil menuliskan resep yang harus Shin Yeong tebus di apotek. Selagi menunggu, Shin Yeong menelusuri ruangan milik dokter tampan tersebut. Pandangannya berhenti ke sebuah pigura foto yang diletakkan di atas rak buku bersama deretan foto lainnya.

Sudut bibirnya tertarik menampilkan senyuman tipis namun menyimpan kesedihan yang mendalam.

“Ku akui kau merawat mata itu dengan baik, Yeong—“ Shin Yeong tidak mendengarkan rentetan kalimat yang dikatakan oleh Donghae. Tangannya terulur mengusap sosok pria kecil yang berdiri merangkul disisi kanan. Sosok pria yang sudah tidak asing baginya. Suaminya.

“Astaga, kau tidak mendengarkanku?! Kau—“ Shin Yeong terkejut ketika Donghae merebut pigura tersebut dan meletakkannya kembali diatas rak buku dengan posisi tertutup.

“Mereka tampak serasi,” kalimat tersebut keluar dengan suara yang sangat lirih nyaris sama seperti bisikan. Donghae menatap intens wanita yang masih berdiri dihadapannya.

“Ku antar kau pulang,” tanpa berkata apapun Donghae langsung menarik tangan Shin Yeong. bahkan ia mendesah pelan ketika mengetahui tangan yang digenggamnya sangat dingin. Setelah menebus obat di apotek.

&&&

==Kyuhyun==
Aku mendongak ketika Hana—sekertarisku masuk lalu memberikan berkas-berkas yang baru, mengganti beberapa berkas yang sudah ku selesaikan. Ia mengangguk sopan kemudian pergi berlalu.

Dering ponsel yang sudah tidak asing bagiku menyapa masuk gendang telingaku. Ibu jariku bergerak mengusap layar.

Mataku membulat ketika mengetahui bahwa hari ini adalah hari yang sangat penting. Hari dimana aku harus mengunjunginya karena itu adalah kegiatan rutinku setiap tiga hari sekali.

“Hana-ssi, tolong cancel semua jadwalku sore ini.” Ucapku ketika sudah keluar ruangan dan dengan segera menuju lift khusus yang akan membawaku ke basemant.

**

Angin berhembus cukup lembut sore ini, menerbangkan beberapa dedaunan kering yang sudah dikumpulkan oleh para pembersih makam.

Aku tersenyum dan berlutut dihadapan sebuah nisan setelah meletakkan buket bunga lily di depan nisan tersebut. Kedua tanganku saling bertautan, mataku terpejam ketika memanjatkan do’a untuknya.

“Seandainya saat ini kau masih ada, pasti kau akan menjadi wanita yang cantik. Tapi itu hanya ‘seandainya’. Sampai kapan pun aku berharap, semua itu tidak akan terjadi.”

“Kau tau, gadis itu sudah tumbuh menjadi wanita yang sangat cantik. Aku mencoba menyayanginya. Tapi sekeras apapun aku mencoba...” jeda sesaat karena aku menarik nafas dalam. “Hanya kau yang ada dihatiku,” kalimat itu meluncur dengan mulus. Tanpa suara bersamaan dengan hembusan angin.

&&&

Pukul 14.00

Mikki berjalan cepat ke salah satu meja dan duduk di bangku kosong yang ada dihadapan pria itu.

Pria itu terkekeh melihat tingkah gadisnya ketika mengetahui kedatangannya ditempat gadis itu bekerja. Tangannya mengacak rambut gadis itu membuat bibir gadisnya mengerucut.

“Kenapa kau kemari?” Mikki bertanya setelah memesankan minuman untuk kekasihnya.

“Hanya ingin mengunjungimu.”

Mikki mendengus dengan alasan tak masuk akal yang diucapkan kekasihnya.

“Tapi ini masih jam kantor. Jangan bilang kau membolos!” jari telunjuknya menunjuk tepat dihadapan wajah pria-nya.

“Tidak akan ada yang memecatku jika aku membolos sekalipun.”

Mikki mencibir pelan sambil mengucapkan terima kasih pada pelayan ketika selesai meletakkan pesanannya.

“Dimana bos-mu?”

Seolah teringat sesuatu, Mikki bergegas menuju ruangan bos-nya. Ia sudah janji akan memperkenalkan kekasihnya pada sang bos.

“Oppa, kenalkan, dia bosku.”

Pria itu mendongak dan tersenyum manis pada wanita yang berdiri tepat disamping kekasihnya.

“Kim Taehyung.”

“Kim Shin Yeong.”

Mereka saling berjabat tangan kemudian melepasnya.

“Ku harap kau tidak melalaikan pekerjaanmu hanya karena kekasimu kemari nona Lee.” Mikki membulatkan matanya akan ucapan Shin Yeong yang terang-terangan menyindirinya.

“Eonnie!”

Shin Yeong tertawa kemudian berlalu pergi.

**

Langkah Shin Yeong berhenti ketika ia menemukan sebuah kotak tepat disisi pagar rumahnya. Kepalanya menoleh kekanan dan kekiri memastikan bahwa kotak tersebut memang untuknya.

Rasa penasarannya yang cukup tinggi membuatnya membuka kotak tersebut ditempat.

“Ya Tuhan!” pekiknya bersamaan dengan jatuhnya kotak tersebut ke tanah. Wajahnya memucat dengan sekujur tubuh bergetar hebat.

“Tidak.. tidak.. tidak..” gumamnya dengan suara bergetar.

Dengan langkah cepat dia berbalik segera masuk ke dalam rumahnya. Tidak ia perdulikan tatapan bertanya dari dua orang satpam yang menjaga rumahnya.

==Shin Yeong==

Pukul 21.30

Aku mendesah pelan sambil menggonta-ganti channel Tv. Setelah makan malam, aku putuskan untuk menonton Tv sambil menunggunya pulang.

Tanpa ku tanyakan pada siapapun aku sudah tau kemana dia pergi.

Tentu saja mengunjunginya, bukankah hari ini jadwalnya berkunjung? Dewi batinku melipat dada dan menatap kasian padaku.

Aku memang menyedihkan.

Merasa tingkat kebosananku sudah tidak bisa dibendung lagi, akhirnya ku putuskan menuju ke halaman belakang rumah. Menuju kandang kelinci yang sengaja ku buat disudut halaman.

Brukkk...

Keranjang wortel yang ku pegang jatuh ke tanah dengan cukup keras.

“Kyaaaaa....!!”

Sekujur tubuhku bergetar meski saat ini tubuhku terbalut selimut tebal. Bibi Ahn mengusap punggungku lembut, menenangkanku yang masih syok akan apa yang baru saja ku lihat.

Suara-suara di halaman belakang menandakan bahwa telah terjadi sesuatu disana.

Air mataku mengalir keluar ketika ingatan beberapa menit yang lalu kembali terlihat.

“Kita bisa membelinya lagi,” bibi Ahn bersuara dengan tangan yang masih setia menenangkanku.

“T-tidak, b-bukan itu masalahnya...” ucapku tersendat

“Tidak masalah mereka pergi dengan kematian yang wajar. Tapi ini?” aku kembali bersuara meski cukup lirih.

“Ma-mata mereka...” aku masih menceracau tidak jelas ketika mengingat semua kelinciku mati dengan sangat tidak wajar. Mereka mati dengan kelopak mata yang berlubang. Catat itu, berlubang. Menandakan bahwa semua mata kelinciku dicongkel paksa.

“Hiks... tega sekali yang sudah melakukannya,”

**

Donghae menatapku dalam. Saat ini aku sedang berada dipelukannya. Bibi Ahn menelfonnya karena dia tidak bisa menelfon Kyuhyun. Tidak masalah bagiku jika Kyuhyun lebih betah bersama dengan Jeong Yeon. Kejadian seperti ini bukan hal pertama atau kedua bagiku, maka dari itu aku sangat maklum kenapa Kyuhyun begitu.

“Jika kau merasa takut, aku akan memerintahkan orang-orangku untuk menjagamu 24 jam. Bagaimana?”

Aku melepaskan pelukannya dan menggeleng pelan.

“Tapi aku tidak bisa membiarkanmu sendiri!” ucapnya frustasi sambil meremas rambutnya.

“Aku tidak apa-apa,”

Donghae berdiri dan pergi entah kemana kemudian kembali dan melemparkan sebuah kotak yang tadi sore ku tinggalkan di gerbang.

“Kedua satpammu yang memberikannya. Mereka berniat memberikannya pada Kyuhyun, hanya saja SUAMIMU belum kembali.” Dia menekankan suaranya pada kata ‘suamimu’.

“Beginikah sikapnya sebagai suami? Tsk, mengecewakan.”

“Oppa,”

“Jika aku menjadi suami maka aku tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu.”

“Oppa,”

“Menyia-nyiakan orang yang—“

“OPPA!” aku berteriak karena ia tak menghiraukan panggilanku.

Donghae mengusap wajahnya kemudian kembali duduk disampingku dan mengucapkan kata maaf berkali-kali.

&&&

Jin memejamkan matanya mendengar dan mencerna kalimat yang dikatakan Donghae tentang keadaan adiknya. Kedua tangannya terkepal. Rahangnya mengetat menahan emosi.

“Aku harus menemui adikku,”

“Bukankah belum saatnya?”

Jin berdiri dan menyambar kunci mobilnya tanpa memperdulikan teriakan Donghae.

Nafasnya memburu dengan mata berkilat memancarkan kemarahan yang siap meledak. Beberapa karyawan langsung menyingkir mengetahui suasana hati sang bos sedang dalam kondisi tidak baik. Bahkan sangat buruk.

Langkahnya yang lebar dengan cepat membawanya segera sampai di lobby kantor dan dia berhenti tepat ketika pintu mobil sudah terbuka untuknya.

Jin memejamkan matanya mencoba mengatur emosinya.

“Tuan?” Jason menegur.

“Antarkan aku pulang.”

Jason segera menutup pintu mobil ketika tuannya sudah masuk dan bergegas pergi ke balik kemudi.

Belum saatnya aku bertemu dengannya, pikir Jin.

TBC


You Might Also Like

0 komentar