Missing you 2...
Author : Rina Chan
Cast :
-
Cho Kyuhyun
-
Kim Shin Yeong
-
Lee Donghae
-
Kim Taehyung (V)
-
Lee Mikki
-
Kim Seok Jin
Genre
: hurt/comfort, romance, merried life, chapter
Ost
: SHINee – An Encore
=========
Mikki
bangkit dari duduknya ketika melihat seorang pria berjalan kearahnya dengan
mendorong trolley miliknya. Gadis itu langsung berlari menghambur ke pelukan
sang pria yang sudah melebarkan kedua tangannya.
“Aku
merindukanmu,” Mikki berbisik sambil menahan desakan air mata yang akan keluar
karena rindu yang selama ini menyerangnya sudah terobati.
“Aku
lebih merindukanmu, Babygirl,” pria tersebut menggoyangkan Mikki yang
masih memeluknya kekiri dan kekanan.
“Emmm
apa kita akan terus berada dalam situasi seperti ini, Babygirl?” seolah
tersadar Mikki langsung melepaskan pelukannya. Wajahnya merona ketika beberapa
pasang mata mengerling padanya, bahkan ada beberapa orang yang terang-terangan
mengulum senyum.
“Wajahmu
merah, apa kau demam?”
Blush...
Wajah
Mikki semakin memerah karena wajah pria yang menjadi kekasihnya itu mendekat,
memperhatikan wajahnya. Dengan gerakan cepat Mikki mendorong trolly yang berisi
tas milik kekasihnya menjauh dari tempat itu menuju foodcourt terdekat,
meninggalkan kekasihnya yang memandangnya bingung.
&&&
Shin
Yeong berdiri dari duduknya ketika Kyuhyun berjalan mendekat. Dengan cekatan
wanita itu melepas jas dan membawa tas suaminya lalu membawa kedua benda itu ke
kamar mereka. Shin Yeong segera menuju kamar mandi untuk menyiapkan air panas
yang akan digunakan suaminya untuk berendam.
Gerakannya
berhenti sejenak ketika merasakan tangan kekar yang melingkar dipinggangnya.
“Aku
merindukanmu,” Shin Yeong berjengkit ketika hidung suaminya mengendus lehernya
dan menghirup aroma yang menguar dari tubuhnya dengan kuat.
“Oppa,”
Shin Yeong melepaskan pelukan suaminya lalu berputar. Menangkup wajah lelah
suaminya dan mengusap rahang yang terasa
kasar karena bekas bercukur itu. Kyuhyun memejamkan matanya merasakan usapan
lembut dari istrinya.
“Mandilah,
setelah itu kita sarapan.” Shin Yeong berjinjit dan mengecup pipi Kyuhyun
sebelum meninggalkannya sendiri di kamar mandi.
**
“Oppa,
kau berbohong!” Kyuhyun menoleh ketika suara istrinya terdengar. Shin Yeong
mendengus dengan kedua tangan terlipat didada. Kyuhyun mengambil salah satu
tangan istrinya yang terlipat kemudian menariknya lembut untuk duduk disisinya.
“Berbohong?
hey, jangan menuduhku tanpa bukti Nyonya Cho.” Kyuhyun mencubit gemas hidung
kecil istrinya.
“Bukankah
bibi Ahn sudah melarangmu untuk bekerja?”
Kyuhyun
mengangguk. “Kau juga tau aku tidak suka dilarang bukan?” Shin Yeong memutar
matanya malas. Dia paham betul bahwa salah satu watak suaminya yang
menjengkelkan adalah tidak suka dilarang. Garis bawahi itu.
“Ku
jamin Donghae Oppa akan mengoceh jika dia tahu kau memaksa masuk untuk
bekerja.”
“Aku
bukan anak kecil, sayang,” kali ini Kyuhyun yang memutar bola matanya mendengar
ancaman yang keluar dari bibir tipis istrinya.
Shin
Yeong tertawa pelan melihat ekspresi wajah suaminya. Persis seperti anak kecil
yang sedang merajuk karena tidak dibelikan permen oleh ibunya.
“Tidak
ada yang lucu!”
Tawa
Shin Yeong semakin keras mendengar Kyuhyun memprotes sikapnya.
“Kau
lucu, Oppa, ekspresimu membuatku gemas.” Kyuhyun meringis ketika istrinya
mencubit pipinya dengan cukup keras.
&&&
Shin
Yeong mengernyit ketika melihat Mikki yang tidak seperti biasanya. Memang gadis
itu terkenal dengan watak cerianya dan selalu memasang wajah ramah, hanya saja
saat ini senyum itu terasa melebar beberapa senti dari biasanya.
“Apa
ada hal yang ku lewatkan?” tanya Shin Yeong pada salah satu petugas kasir yang
bernama Nami.
“Tidak
ada hal yang kau lewatkan Eonnie, hanya saja ku dengar kemarin kekasih gadis
itu kembali,” jawab Nami
Shin
Yeong membulatkan mulutnya seraya mengangguk, namun detik berikutnya dia menoleh
dan membuat Nami terkejut.
“Kekasih?!!”
“I-iya,
kekasih.”
“Sejak
kapan? Apa kalian semua tau?” Nami menggeleng kemudian mengangguk menjawab
pertanyaan Shin Yeong dengan isyarat.
“Apa
hanya aku yang tidak tau disini? Menyebalkan,” Shin Yeong mendecakkan lidahnya
kesal.
“Memangnya
kau tidak tau? Bukankah kalian berdua sangat dekat?” Nami kembali bertanya
setelah melayani pembeli yang membayar pesanannya. Shin Yeong menggeleng sebagai
jawaban.
Lee
Mikki, kau berhutang cerita padaku!
**
==Shin
Yeong==
Mataku
mengerjap ketika ku rasakan sebuah tangan bergerak tepat dihadapn wajahku.
“Kenapa
hanya aku yang tidak tau?” protesku sambil melipat kedua tangan didada dan
memandangnya sengit.
Saat
ini aku dan Mikki sedang berada disalah satu private room cafe-ku. Beberapa
menit yang lalu ku putuskan untuk mengintrogasinya tentang kabar yang baru saja
ku dapatkan dari Nami.
Mikki
memutar bola matanya, “Haruskah ku jawab lagi?”
“Kau
keberatan?” tanyaku balik.
“Tentu
saja! Aku sudah memberi jawaban sebanyak tiga kali atas pertanyaan yang sama,”
“Benarkah?”
aku mengerutkan dahiku. Ku akui dalam hal pikiran aku sedikit lemah dan butuh
waktu bagiku untuk mencerna suatu hal.
“Iya.”
Mikki menjawab singkat dengan memasang ekspresi gemas karena sikapku itu.
“Baiklah,
aku minta maaf dan kali ini aku tidak akan memintamu untuk mengulang jawaban lagi,”
aku tersenyum lebar hingga menampakkan gigiku.
“Karena
kau tidak bertanya. Sudah ku jawab dan selamat tinggal, shift ku sudah habis.”
Dia berdiri dan meninggalkanku yang terkejut setelah selesai mengatakaan
rentetan kalimat yang sejak tadi ku tunggu dengan cukup cepat.
“Ya!
Kau mengatakannya terlalu cepat! Lee Mikki!” seruku sambil mengejarnya.
**
Langkahku
berhenti ketika mataku tak sengaja melihat sebuah boneka yang terpajang disalah
satu etalase toko boneka.
“Waahhh...
boneka yang lucu!” seruku tanpa sadar sambil memegang kaca etalase. Mataku
berbinar melihat boneka panda yang cukup besar, mungkin tingginya hampir
menyamai tinggi badanku dilihat dari ukurannya.
“Mahal
sekali,” desahku kecewa ketika mataku melihat harga yang tertera dihadapan
boneka tersebut. “Tapi aku ingin...”
Masih
dengan posisi yang sama, tiba-tiba saja aku melihat siluet seseorang yang
sedang mengacungkan sebuah pisau. Aku menoleh dan mendesah lega ketika tak
menemukan pemilik siluet tersebut.
“Mungkin
hanya halusinasiku saja,”
Ku
pijat pangkal hidungku sambil kembali menatap pada boneka yang sudah membuatku
jatuh cinta sejak kecil.
“Siapa
disana?!” lagi-lagi aku melihat siluet seseorang yang sedang mengangkat
pisaunya bersiap menghujamkannya padaku.
Seketika
bulu roma ku meremang dan membuatku kembali melanjutkan langkah menuju halte
terdekat.
Aneh
sekali, tidak mungkin hanya halusinasi, aku bahkan merasakannya tepat berdiri
dibelakangku. Tidak mungkin jika dia berniat membunuhku, ditambah lagi jalan
yang ku lalui tadi cukup ramai. Berbagai pikiran terus berputar dikepalaku
mengingat kejadian yang beberapa menit lalu terjadi.
&&&
Jin
terdiam sambil memandang pintu ruangannya. Jari panjangnya sejak tadi tidak
berhenti mengetuk meja lebar yang kini sudah rapi. Sesekali ia mengusap
rambutnya dan memejamkan matanya.
“Apa
kau sedang memikirkan cara untuk memisahkan mereka berdua?” ketukan jari Jin
berhenti. Dia mendongak melihat Donghae yang sedang menyandar disisi meja
dengan kedua tangan yang berada dalam saku.
“Tidak
bukan itu.”
Donghae
mengangkat sebelah alisnya kemudian berjalan menuju kaca besar yang ada disana.
Memandang langit keemasan yang tercipta karena matahari yang sudah akan kembali
ke tempat peraduannya.
“Perasaanku
tidak enak. Sejak tadi pikiranku tertuju padanya,”
Donghae
memutar tubuhnya dan melihat Jin yang sudah memutar kursinya menghadapnya.
“Adikmu?”
Jin mengangguk tanpa menjawab.
“Karena
Kyuhyun?”
“Bukan,
hal lain yang akan membahayakannya.” Jin mengusap wajahnya pelan berusaha
mengusir kegelisahan yang sejak tadi membuatnya tidak tenang.
“Jika
kau mengkhawatirkan adikmu, tambah saja anak buahmu untuk mengawasinya.”
Jin
mengangkat wajahnya yang sempat tertunduk. Dengan gerakan cepat dia mengambil
benda persegi yang berada disaku jas-nya.
“Mike!
Aku ingin ekstra pengawasan.” Ucapnya dengan nada bossy.
Donghae
menggelengkan kepalanya lalu kembali mengalihkan pandangannya keluar jendela.
Ternyata
bukan hanya kau saja yang merasa khawatir akan keadaannya, gumam Donghae sambil
mengernyit silau.
**
Shin
Yeong bergerak gelisah. Sejak tadi dia memutar tubuhnya ke kiri dan ke kanan
mencari posisi yang nyaman untuk tidur. Matanya terbuka dan melihat jam yang
ada dinakas samping tempat tidur. Mendesah pelan kemudian kembali menarik
selimut.
Sejak
sampai di rumah, pikiran wanita tersebut dipenuhi oleh berbagai hal yang sejak
tadi dipikirkannya. Perasaannya yang selalu tenang perlahan hilang oleh rasa
khawatir akan sesuatu hal yang akan menimpanya.
“Tidak..
tidak..” Shin Yeong mengucapkan kata tersebut secara berulang demi mengusir
rasa paranoid-nya.
Tangannya
kembali terulur meraih jam digital. Mendesah pelan ketika waktu berjalan
lambat. Masih sekitar lima jam lagi sebelum matahari datang dan itu membuat
rasa cemasnya semakin bertambah.
Shin
Yeong kembali tertidur kemudian memiringkan tubuhnya menatap keluar jendela
yang hanya tertutupi oleh gorden tipis yang sedikit bergoyang karena getaran
pada kaca akibat petir yang sejak tadi tak kunjung berhenti.
Matanya
membulat dan tanpa ia sadari sudah terjatuh dari ranjang. Shin Yeong langsung
keluar kamar dengan peluh yang membasahi tubuhnya. Sesekali dia menoleh ke
belakang hingga tidak melihat langkah didepannya.
Brukk...!
Pats..
“Aduuuhh,
sakit.” Shin Yeong mengusap bokongnya yang baru saja sukses mendarat di lantai
karena dia menabrak tubuh seseorang.
“Kenapa
kau berlari di dalam rumah?” Shin Yeong mengernyit ketika melihat seseorang
yang membelakangi cahaya berdiri dihadapannya.
“Sayang,”
Kyuhyun berlutut tepat dihadapan istrinya dan mengusap pipi istrinya itu. Shin
Yeong mengerjap merasakan usapan Kyuhyun. “Ada apa?” Kyuhyun kembali bertanya
karena menatap wajah pucat istrinya.
“O-oppa..”
seolah sudah tersadar kembali, Shin Yeong langsung menubruk tubuh suaminya
hingga membuat Kyuhyun terduduk dilantai dengan posisi Shin Yeong berada
dipangkuannya dan memeluknya erat.
“Ssstt,
sayang tenanglah.” Kyuhyun mengusap lembut rambut istrinya. Pertanyaan yang
masih belum terjawab ia urungkan melihat kondisi istrinya yang berubah aneh.
Kyuhyun menghela nafas setelah Shin Yeong sudah tenang. Masih dalam posisi sama
ia berusaha berdiri dan membawa istrinya kembali ke kamar untuk tidur.
Sementara
itu, di luar rumah megah tersebut seseorang berdiri mengamati. Matanya yang
sejak tadi hanya fokus kepada salah satu ruangan yang kini menyala kembali
membuatnya tersenyum penuh arti.
“Well,
sepertinya kau mulai ketakutan dan ku harap kita bisa bertemu secepatnya,” pria
itu menyeringai kemudian merapatkan mantelnya dan membenarkan letak kaca
matanya sebelum beranjak menuju mobil yang sudah menantinya. Bersiul tenang
sambil memutar-mutar pedang pendek yang sejak tadi dipegangnya.
TBC
0 komentar