it's my new world

follow your heart

Latest Posts

Missing you 2...

By 16.21 , , , , , ,

 



Author : Rina Chan
Cast : 
-         Cho Kyuhyun
-         Kim Shin Yeong
-         Lee Donghae
-         Kim Taehyung (V)
-         Lee Mikki
-         Kim Seok Jin

Genre : hurt/comfort, romance, merried life, chapter

Ost : SHINee – An Encore

=========

Mikki bangkit dari duduknya ketika melihat seorang pria berjalan kearahnya dengan mendorong trolley miliknya. Gadis itu langsung berlari menghambur ke pelukan sang pria yang sudah melebarkan kedua tangannya.

“Aku merindukanmu,” Mikki berbisik sambil menahan desakan air mata yang akan keluar karena rindu yang selama ini menyerangnya sudah terobati.

“Aku lebih merindukanmu, Babygirl,” pria tersebut menggoyangkan Mikki yang masih memeluknya kekiri dan kekanan.

“Emmm apa kita akan terus berada dalam situasi seperti ini, Babygirl?” seolah tersadar Mikki langsung melepaskan pelukannya. Wajahnya merona ketika beberapa pasang mata mengerling padanya, bahkan ada beberapa orang yang terang-terangan mengulum senyum.

“Wajahmu merah, apa kau demam?”

Blush...

Wajah Mikki semakin memerah karena wajah pria yang menjadi kekasihnya itu mendekat, memperhatikan wajahnya. Dengan gerakan cepat Mikki mendorong trolly yang berisi tas milik kekasihnya menjauh dari tempat itu menuju foodcourt terdekat, meninggalkan kekasihnya yang memandangnya bingung.

&&&

Shin Yeong berdiri dari duduknya ketika Kyuhyun berjalan mendekat. Dengan cekatan wanita itu melepas jas dan membawa tas suaminya lalu membawa kedua benda itu ke kamar mereka. Shin Yeong segera menuju kamar mandi untuk menyiapkan air panas yang akan digunakan suaminya untuk berendam.

Gerakannya berhenti sejenak ketika merasakan tangan kekar yang melingkar dipinggangnya.

“Aku merindukanmu,” Shin Yeong berjengkit ketika hidung suaminya mengendus lehernya dan menghirup aroma yang menguar dari tubuhnya dengan kuat.

“Oppa,” Shin Yeong melepaskan pelukan suaminya lalu berputar. Menangkup wajah lelah suaminya dan mengusap rahang  yang terasa kasar karena bekas bercukur itu. Kyuhyun memejamkan matanya merasakan usapan lembut dari istrinya.

“Mandilah, setelah itu kita sarapan.” Shin Yeong berjinjit dan mengecup pipi Kyuhyun sebelum meninggalkannya sendiri di kamar mandi.

**

“Oppa, kau berbohong!” Kyuhyun menoleh ketika suara istrinya terdengar. Shin Yeong mendengus dengan kedua tangan terlipat didada. Kyuhyun mengambil salah satu tangan istrinya yang terlipat kemudian menariknya lembut untuk duduk disisinya.

“Berbohong? hey, jangan menuduhku tanpa bukti Nyonya Cho.” Kyuhyun mencubit gemas hidung kecil istrinya.

“Bukankah bibi Ahn sudah melarangmu untuk bekerja?”

Kyuhyun mengangguk. “Kau juga tau aku tidak suka dilarang bukan?” Shin Yeong memutar matanya malas. Dia paham betul bahwa salah satu watak suaminya yang menjengkelkan adalah tidak suka dilarang. Garis bawahi itu.

“Ku jamin Donghae Oppa akan mengoceh jika dia tahu kau memaksa masuk untuk bekerja.”

“Aku bukan anak kecil, sayang,” kali ini Kyuhyun yang memutar bola matanya mendengar ancaman yang keluar dari bibir tipis istrinya.

Shin Yeong tertawa pelan melihat ekspresi wajah suaminya. Persis seperti anak kecil yang sedang merajuk karena tidak dibelikan permen oleh ibunya.

“Tidak ada yang lucu!”

Tawa Shin Yeong semakin keras mendengar Kyuhyun memprotes sikapnya.

“Kau lucu, Oppa, ekspresimu membuatku gemas.” Kyuhyun meringis ketika istrinya mencubit pipinya dengan cukup keras.

&&&

Shin Yeong mengernyit ketika melihat Mikki yang tidak seperti biasanya. Memang gadis itu terkenal dengan watak cerianya dan selalu memasang wajah ramah, hanya saja saat ini senyum itu terasa melebar beberapa senti dari biasanya.

“Apa ada hal yang ku lewatkan?” tanya Shin Yeong pada salah satu petugas kasir yang bernama Nami.

“Tidak ada hal yang kau lewatkan Eonnie, hanya saja ku dengar kemarin kekasih gadis itu kembali,” jawab Nami

Shin Yeong membulatkan mulutnya seraya mengangguk, namun detik berikutnya dia menoleh dan membuat Nami terkejut.

“Kekasih?!!”

“I-iya, kekasih.”

“Sejak kapan? Apa kalian semua tau?” Nami menggeleng kemudian mengangguk menjawab pertanyaan Shin Yeong dengan isyarat.

“Apa hanya aku yang tidak tau disini? Menyebalkan,” Shin Yeong mendecakkan lidahnya kesal.

“Memangnya kau tidak tau? Bukankah kalian berdua sangat dekat?” Nami kembali bertanya setelah melayani pembeli yang membayar pesanannya. Shin Yeong menggeleng sebagai jawaban.

Lee Mikki, kau berhutang cerita padaku!

**

==Shin Yeong==

Mataku mengerjap ketika ku rasakan sebuah tangan bergerak tepat dihadapn wajahku.

“Kenapa hanya aku yang tidak tau?” protesku sambil melipat kedua tangan didada dan memandangnya sengit.

Saat ini aku dan Mikki sedang berada disalah satu private room cafe-ku. Beberapa menit yang lalu ku putuskan untuk mengintrogasinya tentang kabar yang baru saja ku dapatkan dari Nami.

Mikki memutar bola matanya, “Haruskah ku jawab lagi?”

“Kau keberatan?” tanyaku balik.

“Tentu saja! Aku sudah memberi jawaban sebanyak tiga kali atas pertanyaan yang sama,”

“Benarkah?” aku mengerutkan dahiku. Ku akui dalam hal pikiran aku sedikit lemah dan butuh waktu bagiku untuk mencerna suatu hal.

“Iya.” Mikki menjawab singkat dengan memasang ekspresi gemas karena sikapku itu.

“Baiklah, aku minta maaf dan kali ini aku tidak akan memintamu untuk mengulang jawaban lagi,” aku tersenyum lebar hingga menampakkan gigiku.

“Karena kau tidak bertanya. Sudah ku jawab dan selamat tinggal, shift ku sudah habis.” Dia berdiri dan meninggalkanku yang terkejut setelah selesai mengatakaan rentetan kalimat yang sejak tadi ku tunggu dengan cukup cepat.

“Ya! Kau mengatakannya terlalu cepat! Lee Mikki!” seruku sambil mengejarnya.

**

Langkahku berhenti ketika mataku tak sengaja melihat sebuah boneka yang terpajang disalah satu etalase toko boneka.

“Waahhh... boneka yang lucu!” seruku tanpa sadar sambil memegang kaca etalase. Mataku berbinar melihat boneka panda yang cukup besar, mungkin tingginya hampir menyamai tinggi badanku dilihat dari ukurannya.

“Mahal sekali,” desahku kecewa ketika mataku melihat harga yang tertera dihadapan boneka tersebut. “Tapi aku ingin...”

Masih dengan posisi yang sama, tiba-tiba saja aku melihat siluet seseorang yang sedang mengacungkan sebuah pisau. Aku menoleh dan mendesah lega ketika tak menemukan pemilik siluet tersebut.

“Mungkin hanya halusinasiku saja,”

Ku pijat pangkal hidungku sambil kembali menatap pada boneka yang sudah membuatku jatuh cinta sejak kecil.

“Siapa disana?!” lagi-lagi aku melihat siluet seseorang yang sedang mengangkat pisaunya bersiap menghujamkannya padaku.

Seketika bulu roma ku meremang dan membuatku kembali melanjutkan langkah menuju halte terdekat.
Aneh sekali, tidak mungkin hanya halusinasi, aku bahkan merasakannya tepat berdiri dibelakangku. Tidak mungkin jika dia berniat membunuhku, ditambah lagi jalan yang ku lalui tadi cukup ramai. Berbagai pikiran terus berputar dikepalaku mengingat kejadian yang beberapa menit lalu terjadi.

&&&

Jin terdiam sambil memandang pintu ruangannya. Jari panjangnya sejak tadi tidak berhenti mengetuk meja lebar yang kini sudah rapi. Sesekali ia mengusap rambutnya dan memejamkan matanya.

“Apa kau sedang memikirkan cara untuk memisahkan mereka berdua?” ketukan jari Jin berhenti. Dia mendongak melihat Donghae yang sedang menyandar disisi meja dengan kedua tangan yang berada dalam saku.

“Tidak bukan itu.”

Donghae mengangkat sebelah alisnya kemudian berjalan menuju kaca besar yang ada disana. Memandang langit keemasan yang tercipta karena matahari yang sudah akan kembali ke tempat peraduannya.

“Perasaanku tidak enak. Sejak tadi pikiranku tertuju padanya,”

Donghae memutar tubuhnya dan melihat Jin yang sudah memutar kursinya menghadapnya.

“Adikmu?” Jin mengangguk tanpa menjawab.

“Karena Kyuhyun?”

“Bukan, hal lain yang akan membahayakannya.” Jin mengusap wajahnya pelan berusaha mengusir kegelisahan yang sejak tadi membuatnya tidak tenang.

“Jika kau mengkhawatirkan adikmu, tambah saja anak buahmu untuk mengawasinya.”

Jin mengangkat wajahnya yang sempat tertunduk. Dengan gerakan cepat dia mengambil benda persegi yang berada disaku jas-nya.

“Mike! Aku ingin ekstra pengawasan.” Ucapnya dengan nada bossy.

Donghae menggelengkan kepalanya lalu kembali mengalihkan pandangannya keluar jendela.

Ternyata bukan hanya kau saja yang merasa khawatir akan keadaannya, gumam Donghae sambil mengernyit silau.

**

Shin Yeong bergerak gelisah. Sejak tadi dia memutar tubuhnya ke kiri dan ke kanan mencari posisi yang nyaman untuk tidur. Matanya terbuka dan melihat jam yang ada dinakas samping tempat tidur. Mendesah pelan kemudian kembali menarik selimut.

Sejak sampai di rumah, pikiran wanita tersebut dipenuhi oleh berbagai hal yang sejak tadi dipikirkannya. Perasaannya yang selalu tenang perlahan hilang oleh rasa khawatir akan sesuatu hal yang akan menimpanya.

“Tidak.. tidak..” Shin Yeong mengucapkan kata tersebut secara berulang demi mengusir rasa paranoid-nya.

Tangannya kembali terulur meraih jam digital. Mendesah pelan ketika waktu berjalan lambat. Masih sekitar lima jam lagi sebelum matahari datang dan itu membuat rasa cemasnya semakin bertambah.

Shin Yeong kembali tertidur kemudian memiringkan tubuhnya menatap keluar jendela yang hanya tertutupi oleh gorden tipis yang sedikit bergoyang karena getaran pada kaca akibat petir yang sejak tadi tak kunjung berhenti.

Matanya membulat dan tanpa ia sadari sudah terjatuh dari ranjang. Shin Yeong langsung keluar kamar dengan peluh yang membasahi tubuhnya. Sesekali dia menoleh ke belakang hingga tidak melihat langkah didepannya.

Brukk...!

Pats..

“Aduuuhh, sakit.” Shin Yeong mengusap bokongnya yang baru saja sukses mendarat di lantai karena dia menabrak tubuh seseorang.

“Kenapa kau berlari di dalam rumah?” Shin Yeong mengernyit ketika melihat seseorang yang membelakangi cahaya berdiri dihadapannya.

“Sayang,” Kyuhyun berlutut tepat dihadapan istrinya dan mengusap pipi istrinya itu. Shin Yeong mengerjap merasakan usapan Kyuhyun. “Ada apa?” Kyuhyun kembali bertanya karena menatap wajah pucat istrinya.

“O-oppa..” seolah sudah tersadar kembali, Shin Yeong langsung menubruk tubuh suaminya hingga membuat Kyuhyun terduduk dilantai dengan posisi Shin Yeong berada dipangkuannya dan memeluknya erat.

“Ssstt, sayang tenanglah.” Kyuhyun mengusap lembut rambut istrinya. Pertanyaan yang masih belum terjawab ia urungkan melihat kondisi istrinya yang berubah aneh. Kyuhyun menghela nafas setelah Shin Yeong sudah tenang. Masih dalam posisi sama ia berusaha berdiri dan membawa istrinya kembali ke kamar untuk tidur.

Sementara itu, di luar rumah megah tersebut seseorang berdiri mengamati. Matanya yang sejak tadi hanya fokus kepada salah satu ruangan yang kini menyala kembali membuatnya tersenyum penuh arti.

“Well, sepertinya kau mulai ketakutan dan ku harap kita bisa bertemu secepatnya,” pria itu menyeringai kemudian merapatkan mantelnya dan membenarkan letak kaca matanya sebelum beranjak menuju mobil yang sudah menantinya. Bersiul tenang sambil memutar-mutar pedang pendek yang sejak tadi dipegangnya.



TBC


You Might Also Like

0 komentar