Missing you 1...
Author : Rina Chan
Cast :
-
Cho Kyuhyun
-
Kim Shin Yeong
-
Lee Donghae
-
Kim Taehyung (V)
-
Lee Mikki
-
Kim Seok Jin
Genre
: hurt/comfort, romance, merried life, chapter
Ost
: SHINee – An Encore
Muncul
ide lain pas denger nih lagu, saat lagi asyik ngetik cerita yang masih numpuk eh..
malah muncul begini :D #kebiasaan
=========
Malam
ini hujan turun dengan lebat menyatu bersama suara guntur dan angin yang
memberitahukan pada seluruh mahluk bumi bahwa saat ini alam sedang murka.
Jam
kuno yang terletak diruang tengah itu berdentang sebanyak dua belas kali
menandakan bahwa hari sudah sangat larut. Semua orang yang tinggal dirumah itu
sudah terlelap kecuali satu orang. Seorang wanita yang sejak tadi setia
mengusap peluh yang keluar dari wajah suaminya.
“Yeon...
Jeong Yeon...”
Wanita
tersebut tersenyum kecut ketika suaminya menggumamkan sebuah nama yang sudah
tidak asing baginya. Nama seorang wanita yang selalu disebut suaminya bahkan ketika
berada di alam mimpi. Sebuah nama yang sampai saat ini masih melekat dihati
pria tersebut.
“Kau
tidak tidur?” sebuah suara menyapa membuatnya menoleh kearah pintu kamar yang
terbuka oleh seorang pria.
“Aku
tidak lelah.”
“Kembalilah
ke kamar mu, akan ku panggil salah satu pelayan disini untuk menjaganya,” pria
itu pergi tanpa menunggu jawaban dari wanita yang sejak tadi masih duduk sambil
menatap wajah suaminya.
“Jeong
Yeon... jangan pergi...” tangan wanita itu terulur dan mengusap kepala
suaminya.
“Dia
akan selalu berada di hatimu, Oppa. Selalu.”
**
Kicau
burung menyambut datangnya matahari yang mulai menyinari bumi. Tetesan embun
yang tersisa dari badai semalam perlahan menetes jatuh membasahi tanah yang
lembap.
Aktivitas
di rumah itu sudah dimulai sejak jam lima pagi. Para pelayan sudah sangat sibuk
membersihkan rumah dan menyiapkan keperluan majikannya.
Shin
Yeong memotong roti sandwich-nya dengan anggun. Mulut kecilnya mengunyah roti
lapis tersebut dan menikmatinya. Matanya terpejam ketika merasakan susu
strawberry mengalir melewati tenggorokannya.
“Tugasku
selesai dan hari ini aku akan pulang ke rumah,” seorang pria duduk dihadapannya
dan memakan sandwich tersebut.
“Tidak
perlu terburu-buru. Kau bisa tinggal disini.”
“Hey,
kau lupa bahwa rumahku hanya berjarak beberapa blok dari sini?” Shin Yeong
mengangguk sambil memasukkan irisan bacon ke dalam mulutnya. “Jika tau, maka
jangan menyuruhku untuk menginap.” Sambungnya dan langsung berlalu pergi
setelah menghabiskan kopinya.
==Shin
Yeong==
Suara
Mikki langsung menyapaku ketika aku sampai di cafe. Cafe Lullaby. Nama cafe ini
terinspirasi karena aku tidak sengaja mendengarnya saat pernikahan
Minri—temanku. Desain cafe yang didominasi oleh warna coklat dan putih membuat
kesan natural dan hangat.
“Terima
kasih laporannya, aku tau kau sangat ahli dalam hal ini.” Mikki mendengus
sebelum akhirnya menyerahkan catatan penghasilan cafe dan pergi keluar dari
ruanganku.
Tok..
tok.. tok..
“Masuk,”
ucapku tanpa mengalihkan pandangan dari laporan keuangan bulan ini.
“Ku
rasa laporan itu lebih menarik dari pada aku?”
Kepalaku
mendongak dan tersenyum manis pada seorang pria yang berdiri diseberang mejaku
dengan wajah cemberutnya.
“Maaf,
aku pikir adikmu yang masuk.”
“Apa
adikku menyebalkan?” tanyanya sambil mengecup dahiku saat aku menghampirinya.
“Tidak,
dia sangat berguna. Hanya saja dia sangat cerewet, sangat berbeda dengan dirimu
yang pendiam Oppa.”
“Stop!
Kau mulai lagi membandingkan kami,” aku tertawa ketika ia berbalik mengajakku
keluar untuk makan siang.
**
Kami
makan siang di sebuah restaurant yang jaraknya tidak jauh dari cafe-ku. Mungkin
terdengar aneh, disaat kau memilih makan ditempat lain sedangkan kau memiliki
cafe yang kualitas makanannya pun tak perlu diragukan lagi.
“Apa
yang sedang kau pikirkan?”
Aku
menoleh spadanya. Namanya Lee Donghae, seorang dokter spesialis mata yang juga
merangkap sebagai dokter pribadi suamiku.
“Kau
mengkhawatirkan suamimu?”
Aku
menggeleng sebagai jawaban.
“Lalu?”
“Aku
ingin mengetahui semua hal tentang Kim Jeong Yeon,” jawabku mantap. Donghae
memandangku sekilas kemudian menghembuskan nafasnya pelan.
“Tanyakan
pada suamimu, dia lebih tau segala hal tentangnya.” Donghae berdiri setelah
membayar makanannya.
Lebih
tau segala hal?
Jadi
benar dugaanku. Wanita itu memang memiliki arti yang sangat penting bagi
suamiku. Hatiku berdenyut nyeri mengingat namanya yang sering disebut oleh
suamiku.
&&&
Donghae
berjalan memasuki kantornya. Beberapa pegawai memberi hormat padanya dan ia
membalas dengan senyuman ramah.
Ting...
Lift
yang membawanya berhenti dan terbuka dilantai lima belas. Ia keluar dan
berjalan menuju satu-satunya ruangan yang ada dilantai tersebut.
Seorang
wanita cantik bergegas berdiri dari mejanya ketika atasannya terlihat berjalan
mendekat.
“Apa
ada tamu selama saya pergi?” tanyanya sebelum masuk ke ruangannya.
“Tuan
Kim sudah menunggu anda sejak tadi tuan Lee,” sekertarisnya menjawab dan
dibalas anggukan oleh Donghae.
Pintu
bertuliskan General Manager itu terbuka. Seorang pria yang sejak tadi duduk
didalam ruangan tersebut mengalihkan pandanganya dari majalah bisnis yang sejak
tadi dibacanya.
“Kau
terlambat lima belas menit tuan Lee,” ucap orang tersebut ketika Donghae
mendekatinya dan duduk disofa tunggal yang tidak jauh dari tempat orang
tersebut.
Melihat
gelagat sahabatnya yang terlihat tidak seperti biasanya, pria bernama Jin
tersebut menutup majalahnya dan fokus menatap Donghae.
“Ada
masalah?”
Donghae
mengusap wajahnya pelan dan membalas tatapan Jin.
“Adikmu...”
Jin
mengangkat salah satu alisnya menunggu ucapan Donghae selanjutnya.
“Hiburlah
dia,”
“Kali
ini apa yang Kyuhyun lakukan padanya? Aku sudah cukup bersabar selama ini dan
aku sudah memutuskan jika dia membuat adikku menangis maka aku tak segan untuk
memisahkan mereka berdua.”
“Kau
akan membuatnya semakin sedih.”
Jin
memijat pelipisnya membenarkan perkataan Donghae. Adiknya memang sangat rapuh.
Tentu ia tidak tega jika membuat adiknya semakin sedih. Tapi membiarkan adiknya
terus bersama suami yang selalu memandang dirinya sebagai wanita lain?
“Ini
bahkan lebih sulit ketika kau menyuruhku untuk mengisi posisimu menjadi General
Manager!” Jin berseru sambil mengusap wajahnya kasar.
**
==Kyuhyun==
Mataku
terbuka bersamaan dengan dentum yang menyerang kepalaku. Rasa nyeri yang
beberapa hari ini ku hiraukan akhirnya mencapai batasnya. Kejadian yang ku
ingat sebelum aku terbaring disini adalah aku melihatnya berdiri diruanganku
untuk mengantarkan bekal makan siang.
Berbicara
tentang dia, kemana wanita itu?. Bukankah biasanya dia akan selalu berada
disisi tempat tidurku ketika aku membuka mata?. Tunggu dulu, jam berapa
sekarang? Kenapa rasanya cahaya menyengat sekali?
Kepalaku
menoleh dan mataku membulat sempurna ketika melihat bahwa sekarang sudah jam
satu siang.
“Shit!”
Menghiraukan
rasa pusing, aku bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri yang entah
kenapa terasa lebih lengket dari biasanya.
“Bibi
Ahn!” panggilku pada seorang wanita yang umurnya sudah lebih dari setengah
abad. Wanita itu menoleh dan terkejut melihatku yang berjalan mendekatinya
sambil memakai jas.
“Kau
ingin kemana, Kyuhyun-ah?”
“Kerja.”
“Tapi
kau masih belum sehat. Yeongie memintaku untuk menjagamu selama dia pergi,”
bibi Ahn menarikku kembali menuju kamar.
“Bibi
Ahn...”
“Bibi
Ahn...”
Panggilanku
tidak membuatnya berhenti untuk menarik—lebih tepatnya menyeretku kembali ke
kamar.
“Bibi
Ahn!” seruku membuatnya menghentikan langkah dan berputar menghadapku. Kedua
tanganku berada dikedua lengannya dan menatap lembut wanita yang sudah
mengasuhku setelah ibuku tiada.
“Hanya
sebentar saja, ku mohon,” pintaku dengan sedikit ber-puppy eyes agar ia
luluh.
Ku
lihat ia memejamkan mata dan menghembuskan nafasnya dalam.
“Hati-hati
menyetir,” pesannya membuatku memeluknya erat. Ku cium dahi dan kedua pipinya
sebelum pergi.
**
Seorang
pria berjalan memperhatikan ruko-ruko yang sudah ia lewati sepanjang jalan.
Kedua mata teduh yang bersembunyi dibalik kaca mata hitam yang bertengger manis
dihidung mancungnya.
Langkahnya
berhenti ketika menemukan apa yang sejak tadi dicarinya.
“Gotcha!
Aku menemukanmu.”
Pria
tersebut tersenyum menatap ke dalam salah satu bangunan berwarna coklat.
Matanya melebar kemudian mengecil kembali. Sudut bibirnya tertarik membentuk
sebuah seringaian mengejek.
Tangan
kanannya terulur ke saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah foto yang selalu ia bawa
kemanapun.
“Noona,
aku sudah menemukannya dan akan aku ambil semua milikmu yang ada padanya,”
ucapnya sambil mengusap foto wanita yang saat ini sedang tersenyum.
TBC
0 komentar