Daydream [part 4]
Author : Rina Chan
Cast : Lee Hyuk Jae
Kang Rae Hwa OC
Park Chanyeol
Other cast : Lee Donghae, Cho Kyuhyun, Lee
Sungmin, Byun Baekhyun,
Do Kyungsoo, Kang Hyun Sun
(OC), Kang Rae Suk (OC), & other cast...
Genre : NC 17, tragedy, romance, chapter.
======== Happy Reading ========
Eunhyuk berjalan dengan terburu-buru menuju gedung universitas yang
sudah berada dalam jangkauan pandangannya. Sesaat langkahnya terhenti dan
melihat ke sekeliling aula kampus, lalu berjalan menuju lantai tiga. Lebih
tepatnya menuju lantai kelas sastra.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya dia menemukan seseorang yang
sejak tadi dicarinya. Lalu dengan cepat dia menarik orang tersebut hingga semua
pandangan mahasiswa lain memperhatikan mereka berdua.
“Op... oppa... kita akan kemana?” tanya orang tersebut yang ternyata
adalah seorang yeoja. Eunhyuk mempercepat langkahnya tidak memperdulikan
pertanyaan gadis itu dan terus menarik gadis itu hingga mereka sampai ditempat
tujuannya yaitu, halaman belakang kampus yang jarang dikunjungi oleh para
mahasiswa.
Tiba-tiba Eunhyuk langsung memenjarakan tubuh yeoja tersebut dengan
dirinya. Mata Eunhyuk menatap tajam ke dalam manik mata yeoja tersebut. “Op..
emmmphh!” belum sempat yeoja tersebut berkata Eunhyuk langsung membungkamnya
dengan menyatukan bibir mereka.
Berkali-kali Eunhyuk memutar kepalanya ke kiri dan ke kanan demi
mendapatkan nafasnya yang nyaris menipis. Seketika itu dia langsung melepaskan
tautan bibir mereka dan mengatur nafas masing-masing. Eunhyuk mendengus pelan
dan menatap yeoja yang ada dihadapannya sendu.
“Ya! Apa kau menyuruh kami cepat-cepat kemari untuk melihat itu?!” seru
Sungmin membuat Eunhyuk menoleh dan menyeringai ke arah tiga orang namja yang
menatapnya heran. Mereka memang tau, Eunhyuk adalah seorang player.
Hanya saja, mereka tidak pernah menyangka kalau si cassanova itu melakukan
cumbuan didepan umum.
“Hyung..! kau gila, eoh?!” seru Kyuhyun yang mulai melihat tangan
Eunhyuk yang mulai meraba paha gadis itu. “Ne, aku memang gila.” Pandangan
Eunhyuk beralih menatap ke arah Donghae yang menatapnya tajam. “Mwo?” Donghae
hanya menggeleng pelan lalu pergi dari tempat itu.
Author POV
Chanyeol dan Rae Hwa berjalan menuju taman belakang yang jarang
dikunjungi oleh seluruh mahasiswa karena tempat itu termasuk tempat yang
terpencil. Mereka berdua berniat menikmati waktu istirahat dengan mengulang
pelajaran yang telah diajarkan.
Langkah mereka berhenti ketika mereka melihat pemandangan yang tidak
seharusnya mereka lihat. Chanyeol refleks memutar tubuh Rae Hwa, hingga dia
memeluk tubuh yeoja itu erat agar tidak melihat tontonan yang menjijikkan
tersebut. “Ya! Apa kalian sudah gila!!” hardiknya pada namja dan yeoja yang
saling mencari kepuasan.
Kedua namja yang hanya menonton adegan itu hanya menoleh menatap
Chanyeol dan terkejut.
“Chanyeol~ssi, sedang apa kau kemari?” tanya Sungmin
“Kami sering kemari, karena hwanie tidak menyukai tempat berkumpul
bersama anak-anak lain” jawabnya menahan amarah. Kyuhyun dan Sungmin saling
memandang ketika Chanyeol menyebutkan nama Rae Hwa.
“I.. ini tidak seperti yang kau lihat, Chanyeol~ssi” kali ini Kyuhyun
angkat suara. Chanyeol menatap kedua namja tersebut tajam. “Tidak seperti yang
ku lihat?! Cih, aku memang tau bahwa Eunhyuk hyung memang seorang player.
Tapi tidak sepantasnya dia melakukannya disini! Dasar binatang,” desis Chanyeol
geram.
“Yeollie~ah.. jika kau ingin bergabung denganku, katakan saja. Kau
tidak usah munafik seperti itu,” ujar Eunhyuk sambil terus menggerakkan
tubuhnya. Sementara sang yeoja yang berada dibawah Eunhyuk hanya mengeluarkan
desahan-desahan yang menjijikkan.
Chanyeol menatap kearah yeoja tersebut jijik. “Ya! Kim Yoora... kau
benar-benar murahan!” bentaknya sambil berlalu masih dengan memeluk Rae Hwa.
Rae Hwa POV
Entah sebenarnya apa yang terjadi sehingga membuat Chanyeol oppa
menjadi semarah itu. Yang aku tau, tiba-tiba saja Chanyeol oppa memelukku
dan... sayup-sayup aku mendengar suara desahan. Desahan? Omo! Apa
jangan-jangan....
Tidak hanya itu, bahkan aku dengar Chanyeol oppa menyebut nama Eunhyuk
oppa dan Yoora. Apakah mereka yang sedang melakukan ‘itu’?
“Mianhae hwanie~ah. Gwaenchana?” tanya Chanyeol oppa ketika kami sampai
ditaman kampus yang lain. Aku mengangguk. “Oppa.. sebenarnya apa yang terjadi?
Kenapa kau seperti sedang memarahi seseorang?”. Chanyeol oppa hanya mendegus
pelan dan menggeleng cepat.
“Yeollie oppa.... apa ada sesuatu yang terjadi?” tanya Rae Suk yang
sudah bergabung dengan kami diikuti oleh Baekhyun oppa, Dio oppa, dan Hyun Sun.
“Ye, bukankah sudah ku beri tahu lewat email yang ku kirim pada
kalian?” tanyanya. Rae Suk mengerutkan keningnya bingung. “Ini...” Baekhyun
menyodorkan Iphone-nya yang berisi email yang dikirim oleh Chanyeol oppa.
Seketika itu, Rae Suk membulatkan mata dan refleks menutup mulutnya terkejut.
“Jinjja?!” ucapnya tidak percaya
“Aku benar-benar tidak menyangka bahwa mereka berdua adalah binatang
yang tidak tau malu,” ucap Baekhyun. Aku beralih menatap Baekhyun oppa yang
berkali-kali menggumam tidak jelas.
“Ne, dan lagi... yeoja itu. Ck! Benar-benar tidak memikirkan bahwa
reputasi appa-nya akan hancur jika mengetahui anaknya melakukan tindakan
seperti itu,” sahut Dio. Kali ini pandanganku beralih menatap Dio oppa.
“Hwanie~ah, kau lapar? Aku sudah membuatkan kimbab untukmu, kau mau?” tawarnya
padaku sambil mengambil kotak makanan yang berisi kimbab. Aku tersenyum lalu
menerimanya setelah Dio oppa memberikannya padaku, dengan lahap aku memakan
kimbap buatan Dio oppa tanpa memperdulikan pembicaraan mereka yang sejak tadi
membuatku penasaran.
“Sepertinya... kita akan lebih melindungi hwanie” aku mendongakkan
kepalaku menatap Chanyeol oppa bingung. Melindungiku? Memangnya ada apa?
“Ne, aku setuju padamu. Setidaknya... kita bisa memperkirakan hal
berbahaya yang akan menimpanya” sahut Baekhyun oppa yang diikuti anggukan oleh
Hyun Sun, Rae Suk dan Dio oppa setuju.
“Sebenarnya apa yang sedang kalian bicarakan, sejak tadi kalian terus
menyebut namaku.. lalu seorang yeoja.. dan namja. Memangnya siapa namja dan
yeoja tersebut? Apa mereka berdua adalah orang terdekatku?” mereka berlima
hanya tersenyum lalu mengalihkan pertanyaanku. Aish~ menyebalkan sekali.
-oOo-
Chanyeol POV
Huft... aku mendudukkan tubuhku yang letih disofa ruang tengah milik
keluarga Kang. Entah sejak kapan aku sering kemari dan menjadi teman belajar
untuk Rae Hwa. Lagipula... mengingat kejadian tadi pagi benar-benar membuatku
tidak bisa berfikir apa yang sedang mereka rencanakan.
Bagaimana bisa?! Bukankah... Eunhyuk hyung sendiri yang mengatakan
bahwa dia ingin kembali kepada Rae Hwa. Cih! Jangankan kembali aku bahkan tidak
mengijinkan dirinya untuk bertemu atau bahkan menyentuhnya sedikitpun.
“Aigoo... kenapa dengan wajah jelekmu itu, yeollie~ah. Kau seperti
mempunyai beban berat saja,” aku menoleh dan mendapati Donghae hyung sedang
menyesap secangkir kopi dan duduk disampingku kemudian menyalakan Tv.
Tanganku refleks mengganti channel Tv yang sedang menayangkan berita
tentang kesuksesan namja yang membuatku muak. “Ya! Kenapa kau ganti, eoh?” aku
hanya diam sambil menyembunyikan remote Tv kedalam dekapanku.
“Cih! Jika kau marah padanya, maka temuilah dia. Jangan kau jadikan
jadwal nonton Tv ku sebagai pelampiasan,” umpatnya
“Kenapa kau tidak ikut menonton mereka?”
“Kau pikir, aku tidak ada kerjaan lain selain menontin adegan mereka”
Chanyeol terkekeh pelan. “Bukankah kau seorang player, seperti mereka?”
Donghae berdehem pelan. “Ne, tapi setidaknya aku tidak separah Kyuhyun
dan Eunhyuk.”
“Jinjja, apa aku bisa membenarkan perkataanmu?” sindirku.
“Terserah kau saja, yang jelas. Untuk saat ini, aku sedang tidak ingin
mendekati hal seperti itu” Aku mengangguk mengiyakan. Setidaknya... dia masih
bisa berfikir dengan waras.
“Apa kau sedang memikirkan hal buruk tentangku?” aku menoleh dan
menatap Donghae hyung datar. “Sepertinya memang iya”
“Hyung...”
“Hemm...”
“Bukankah kita sudah seperti kakak adik?”
Donghae hyung tertawa keras. Aku hanya mengernyitkan dahiku bingung
melihat ekspresinya yang tidak seperti biasanya. “Haha.. ne, kau benar. Aku..
kau... dan hwanie, benar-benar seperti kakak adik.”
“Bagaimana kalau aku mentraktir kalian makan?” tawar Donghae hyung
membuatku berbinar. “Ani.. ralat, makan bersama tapi bayar sendiri-sendiri.”
Donghae hyung langsung terkekeh pelan menatap ekspresiku yang langsung berubah.
Lalu dia melangkah untuk memanggil Rae Hwa. Cih! Menyebalkan.
Eunhyuk POV
Tubuhku rasanya remuk semua sehabis bercinta dengan yeoja tersebut. Ck!
Aku sungguh tidak menyangka bahwa yeoja penggoda tersebut ternyata masih
perawan. Tapi... tidak apa-apa setidaknya aku puas.
“Ya! Kau bahagia sekarang setelah mendapatkan mahkotanya dengan mudah?”
sindir Sungmin sambil menatapku yang terbaring lemas. Aku mengangguk pelan
sambil tersenyum tipis.
“Aigoo... kau menyerangnya tanpa ampun. Kau tidak memakai pengaman kan,
hyung? Apa kau tidak takut dia akan hamil?” aku menatap sendu kearah Kyuhyun.
“Ani.... jika dia hamil, maka aku tidak akan segan-segan membuatnya
untuk melakukan aborsi. Aku melakukan itu padanya supaya dia tidak menyiksa
hwanie lagi.”
“MWO?!!”
“Are you crazy, hyung?!” aku tertawa pelan lalu mengangguk.
“Kau benar-benar tidak terduga, Eunhyuk~ah. Sepertinya suatu saat nanti
aku akan mencobanya juga,” sahut Sungmin. “Mworago?! hyung... aku tau kau bukan
namja seperti itu.” Ujar Kyuhyun panik
Sungmin menepuk pundak Kyuhyun ringan. “Arrasso... aku hanya bercanda”.
Kyuhyun bernafas lega dan itu membuatku terkekeh pelan, begitupula dengan Sungmin.
“Geure... kalau begitu, kami pergi dulu.” Ucap Sungmin sambil keluar
kamarku mengikuti Kyuhyun yang sudah terlebih dahulu keluar. Aku hanya
mengangguk pelan.
Sejujurnya aku melakukan ini semua demi Rae Hwa. Mengorbankan diriku
sendiri, aku pikir... suatu saat nanti Rae Hwa akan kembali padaku lagi. Pasti!
Sudut bibirku kembali tertarik membentuk senyuman kepuasan ketika
membayangkan kegiatan yang baru saja ku nikmati tadi pagi. Hah~ benar-benar
menyenangkan. Namun tiba-tiba aku kembali terbayang akan Chanyeol yang
memandangku dengan tatapan jijik. Ahh~ molla...
“Tujuanku hanya melindungi hwanie dengan cara apapun, walaupun dengan
cara gila seperti tadi.” Gumamku lirih sambil memejamkan mataku perlahan.
-oOo-
Keesokan harinya....
Sinar matahari pagi menembus gordeyn tipis kamarku, membuat tidur
nyamanku terusik. Perlahan tapi pasti, aku membuka paksa retinaku yang
sebenarnya masih terasa sangat berat untuk terbuka. Setelah menyesuaikan dengan
sinar matahari pagi yang masuk, aku beranjak duduk. Senyumanku merekah begitu
mengetahui ada seseorang yang sudah berdiri dengan menyender diambang pintu.
“Mwo?” tanyaku polos
Orang itu menatapku datar lalu berjalan mendekatiku dan berdiri
disamping tempat tidurku. “Bangun... ini sudah jam sepuluh pagi, apa kau tidak
kerja?” tanyanya. Aku menggendikkan bahuku lalu menggumam pelan. “Apa dia
mengetahuinya?” dia menggeleng.
“Sebenarnya apa yang kau pikirkan hingga menjadikan dirimu sendiri
menjadi korban untukknya?” aku menoleh dan tersenyum padanya. “Cih! Berhentilah
membalas perkataanku dengan sebuah senyuman.” Umpatnya
“Ini demi yeoja kecilku,” gumamku pelan. “Gidarigo itseoyo... (aku sedang menunggu)”. Lanjutku
membuatnya menekuk alisnya. “......dia”
“Dangsineun jeongmal chungsilhan pateunoyeyo (kamu
benar-benar pasangan yang setia),” cibir Donghae sambil berlalu keluar. Aku
hanya tersenyum, mendengar perkataannya. Tanpa menunggu lama aku beranjak turun
dan mempersiapkan diriku untuk, emmm..... mungkin bersenang-senang dengan
mainan baruku.
Author POV
Sejak kejadian Eunhyuk yang mengorbankan dirinya
kepada Yoora. Kehidupan Rae Hwa pun perlahan membaik. Sejauh ini
perkembangannya berjalan dengan sangat pesat, dan Donghae sangat kagum akan
perkembangan Rae Hwa yang sudah berubah. Yang bermula adalah gadis yang sangat
rapuh, namun saat ini dia berubah menjadi gadis yang periang.
Satu bulan setelah itu, Rae Hwa dan anak fakultas
sastra lainnya sedang melakukan perjalanan wisata. Satu hal yang dia tidak tau
adalah, bahwa Yoora masih saja terus mencari celah untuk menyingkirkannya. Dia
memang senang telah mendapatkan Eunhyuk, namun dia juga ingin memiliki
Chanyeol. Egois.. itulah julukan yang tepat untuknya.
“Oppa... kau belum tidur?” tanya Rae Hwa yang datang
menghampiri Chanyeol ketika dia sedang melewati beranda hendak ke dapur untuk
mengambil minum. Chanyeol menoleh ketika Rae Hwa sudah duduk disampingnya dan
tersenyum. “Kau sendiri?” Rae Hwa menunjukkan segelas air yang diambilnya dari
dapur.
Chanyeol mengangguk lalu kembali memetik senar gitar
sambil melanjutkan nyanyinya yang sempat tertunda karena Rae Hwa memanggilnya.
Jogeuman nalgaetjit neol hyanghan ikkeullim naege ttaraora sonjitan
geot gataseo
Aejeolhan nunbitgwa mueonui iyagi gaseume hoeoriga morachideon geunal
bam
Omyohan geudaeui moseube neogseul noko hanappunin
yeonghoneul ppaetgigo
Geudaeui momjise wanjeonhi chwihaeseo sum swineun geotjocha
ijeobeorin nainde
Walcheucheoreom
sappunhi anja nuneul ttel su eobseo siseoni jayeonseure georeummada neol
ttaragajanha
Chanyeol menghentikan petikan
gitarnya lalu menatap Rae Hwa sendu. Rae Hwa memiringkan kepalanya tidak
mengerti dengan tatapan yang diberikan Chanyeol padanya. Lalu Chanyeol kembali
fokus melanjutkan petikan gitarnya.
Nal
annaehaejwo
Yeah
geudaega salgo inneun gose nado hamkke deryeogajwo
Oh,
sesangui kkeuchirado dwittaragal teni
Budi nae
siyaeseo beoseonaji marajwo achimi wado sarajiji marajwo oh
Kkumeul
kkuneun georeum geudaen namanui areumdaun nabi
Suara tepuk
tangan terdengar nyaring begitu Chanyeol menghentikan nyanyiannya. “Whoaa...
daebak! Oppa, kau memiliki bakat menyanyi yang mengagumkan.” Chanyeol tersenyum
malu sambil menggaruk tengkuknya kikuk ketika Rae Hwa memujinya.
“Sudahlah,
lebih baik sekarang kau tidur. Besok kau harus mempersiapkan tubuhmu untuk kegiatan
yang sangat melelahkan,” Rae Hwa mengangguk lalu beranjak dari duduknya.
“Jaljayo oppa...”. “Nado..”.
-oOo-
Rae Hwa POV
Pagi ini
memang sangat dingin dari biasanya, wajar saja, karena kami sedang berwisata ke
sebuah gunung. Lagi pula ini masih jam lima lewat tiga puluh pagi. Berkali-kali
ku rapatkan jaket tebalku berusaha menghalau hawa dingin yang terus berusaha
masuk dan membuat tubuhku mengigil.
Nafas yang
ku keluarkan pun seperti asap yang tebal karena menghalau hawa dingin,
sebenarnya aku tidak sedang melakukan apapun. Hanya sedang menikmati udara pagi
yang masih tertutup selimut kabut.
“Appa...
eomma... bagaimana keadaan kalian disana? Apa kalian bahagia?” gumamku lirih
sambil menggapai kabut yang pastinya tidak bisa ku pegang.
“Kehidupanku
semakin baik... karena aku sudah bertemu dengan banyak orang yang sangat
menyenangkan....” aku terdiam ketika air mataku meleleh dan membasahi kedua
pipiku.
“Appa...
eomma... bogoshipo, meskipun aku sudah diterapi tapi tetap saja aku takut...
aku takut... aku memang gadis appa dan eomma yang sangat rapuh.... aku
takut.... jika mereka juga akan diganggu oleh Yoora karena mereka dekat
denganku.. eotto’ke?!” semilir angin berhembus menerpa wajahku dengan sangat
kencang. Meskipun demikian aku tidak merasakan dingin sekalipun, karena entah
kenapa saat ini yang ku rasakan adalah hangat.
“Cih! Dasar
gadis lemah, sampai kapan kau akan terus menangisi kepergian orang tuamu yang
saat ini sudah tidak berbentuk,” aku menoleh ketika mendengar cibiran seseorang
yang sudah sangat akrab ku dengar dan memberinya tatapan tidak suka. “Wae?
Kenapa menatapku begitu, hem? Apa karena aku merebut pangeranmu? Haha... perlu
kau tau, Kang Rae Hwa... pangeranmu yang bernama Lee Hyuk Jae itu saat ini
sudah menjadi milikku.” Aku mematung mendengar nama Eunhyuk oppa disebut
olehnya.
“Kau tidak
percaya? Geure, aku akan menelfonnya saat ini...” ujarnya sambil memperlihatkan
layar Iphone-nya padaku sambil me-loudspeaker-nya
“Yeoboseyo...”
DEG...
Ani! Itu
pasti bukan suara Eunhyuk oppa. Itu pasti bukan dia. Pasti!
“Hyukie
oppa...” tubuhku membeku ketika Yoora menyebut nama kecil Eunhyuk oppa.
“Ne,
chagiya... waeyo?”
“Oppa...
bogoshipo,” geure... itu memang suaranya. Jadi dia memang benar-benar sudah
memiliki Eunhyuk oppa. Aku tersenyum miris ketika mengetahui bahwa dia sudah
tidak mengirimiku email lagi. Jadi inikah penyebabnya?
“Nado...
ah! Chagiya.. bisakah kau kembali sebentar ke Seoul? Aku merindukan tubuhmu,”
Aku semakin
merinding dan lebih memilih menutup telinga dan mataku ketika Yoora
memperlihatkan seringaiannya padaku. Sejujurnya aku ingin meninggalkan tempat
ini, namun kedua anak buahnya Yoora terus saja berada dikanan dan kiriku.
Setelah selesai mengakhiri pembicaraannya dengan namja yang membuatku muak. Oke,
entah sajak kapan aku mulai membencinya seperti ini. Tapi yang jelas... aku
tidak akan pernah mau untuk bertemu dengannya lagi.
Yoora langsung berjalan mendekatiku masih
dengan seringaiannya yang membuatku bergidik ngeri. Dia mengangkat daguku yang
sejak tadi tertunduk karena tidak berani mentapnya. “See, kau bahkan
mendengarnya dengan jelas bukan, bahwa pangeranmu itu sudah menjadi milikku.”
Aku mengangguk cepat.
“Apa kau
puas?” tanyaku menahan air mata yang hendak keluar kembali dengan kesedihan
yang berbeda. Dia menggeleng sambil mencembikkan bibir bawahnya. “Ani, kau juga
harus menjauhi yeollie oppa. Bukankah aku sudah pernah memperingatkanmu untuk
menjauhinya?! Tapi kenapa kau malah semakin mendekatinya!!!” tubuhku berguncang
karena bentakannya yang tepat berada dihadapanku. Dengan lancangnya dia
menyuruh kedua anak buahnya untuk mengikatku ke sebuah pohon yang berada tidak
jauh dari pohon.
Setelah
anak buahnya puas mengikatku, mereka berdua kembali ke sisi Yoora. Lalu salah
satu dari mereka menyiramku dengan air yang sudah mereka persiapkan. Tubuhku
menggigil, karena hawa dingin, pandanganku langsung berkunang karena aku sangat
tidak kuat pada udara yang terlalu dingin.
Plakk..!!
Lagi... aku
merasakan rasa perih itu, sekaligus rasa asin yang masuk kedalam mulutku. Aku
berusaha tidak mengeluarkan air mataku meskipun dia semakin mengencangkan
ikatan tubuhku. Dia tertawa melihat aku berusaha menahan sakit karenanya. Lalu
entah apa lagi yang dia lakukan padaku, namun yang bisa ku rasakan hanya rasa sakit
yang amat sangat ketika anak buahnya menekan dengan keras jari tengah tangan
kanan dan kiriku.
“ARRRGGHH....!!”
aku menjerit karena kedua anak buahnya berhasil mematahkan kedua jari tengahku
dengan sukses. “Cih, kau... memang tidak pernah menyerah. Cukup untuk hari ini,
mungkin aku akan melakukan hal yang lebih dari ini. Jadi... berhati-hatilah,”
Chanyeol
POV
Kemana
perginya dia? Bukankah ini sudah waktunya sarapan, tapi aku tidak melihatnya
dimananpun. Bahkan ketika aku bertanya kepada teman sekamarnya, dia mengatakan
bahwa Rae Hwa sudah pergi dua jam yang lalu. Tapi kemana?
Berkali-kali
aku menelfon handphone-nya namun tidak aktiv bahkan dialihkan ke operator. Ck!
Pasti ada yang tidak beres dengannya.
Perasaanku
benar-benar tidak enak, aku memiliki firasat buruk. Apalagi... beberapa saat
yang lalu aku melihat Yoora memasang senyum yang mengerikan dan dia baru saja
kembali dari dalam hutan.
Ting...!
dua jam yang lalu dia pergi... hutan... lalu, Yoora? Astaga!
Dengan
cepat aku masuk ke tengah hutan tidak memperdulikan seruan guru pembimbing yang
memanggilku karena sarapan akan dimulai. Saat ini pikiranku hanya berpikiran
satu, MENYELAMATKAN RAE HWA.
Dugaanku
benar-benar terjadi, setelah kurang lebih lima belas menit mencari Rae Hwa, aku
berhasil menemukannya dengan tubuh terikat disebuah pohon aku tau pasti ini
adalah perbuatan Yoora. Gadis murahan itu.
Aku
mendekati tubuh Rae Hwa dan membuka ikatannya. Seketika itu Rae Hwa merosot
jatuh tersungkur. Tubuhnya dingin, namun dia masih bernafas lemah. Aku
memeluknya erat sambil terus memanggil namanya dan mengguncang tubuhnya keras.
Berharap dia memberikan respon, namun nihil.
“Ap..
appo...” desisnya lirih namun membuatku bahagia. “Hwanie~ah, katakan padaku apa
yang Yoora lakukan padamu kali ini. Katakan!” Rae Hwa membuka matanya perlahan
dan tersenyum lemah diantara bibir pucatnya. “Dia... sukses mematahkan kedua
jari tengahku, oppa...” jawabnya lirih.
“Mwo?!”
dengan sigap aku menggendong tubuhnya dan membawanya setelah memberikan jaket
yang ku gunakan untuk menghangatkan tubuhnya yang sedingin es. Dan ketika sudah
sampai ditempat penginapan, para guru langsung menelfon ambulan untuk membawa
Rae Hwa ke sebuah klinik.
Sedangkan
aku lebih memilih mengikuti Rae Hwa dibandingkan mengikuti perjalanan wisata
yang tidak menyenangkan sama sekali.
3 days
later...
Hari ini
dia masih belum sadar, meskipun aku sudah memindahkannya kerumah sakit yang ada
di Seoul. Dan.. aku tidak pernah sekalipun absen untuk menjaganya dan
menjenguknya. Meskipun aku selalu bergantian dengan keempat sahabatku.
Sayup-sayup
aku mendengarkan percakapan keempat sahabatku yang datang, meskipun aku sedang
tertidur. Namun aku enggan menyapa mereka karena aku sedang sangat lelah.
“Apa dia
masih tidak sadarkan diri?” tanya Rae Suk.
“Siapa yang
kau maksud?” sahut Dio
Rae Suk
menatap Dio malas. “Hwanie, oppa..”
“Ah! Aku
pikir kau malah sedang membicarakan yeollie hyung,” ujar Dio polos dan dibalas
tatapan sinis dari Rae Suk dan Hyun Sun.
“Ck! Ya!
Yang benar saja, sudah jelas-jelas sukie juga tau bahwa yeollie oppa tidur!”
hardik Hyun Sun
“Ssstt...!
kalian berdua berisik sekali, suara kalian berdua bisa saja membangunkan
mereka?” tegur Baekhyun
“Jinjja?!”
sahut Hyun Sun.
“Kalau
begitu.. bagaimana kalau kita mencobanya?” ajak Rae Suk. Hyun Sun mengangguk
mengiyakan.
Plak..!
Hyun Sun
dan Rae Suk meringis mengelus dahi mereka yang baru saja dipukul oleh Baekhyun.
Aku sedikit terkikik saat mengintip itu dari celah mataku yang sedikit terbuka.
Tanpa sadar tawaku meledak karena sudah tidak tahan melihat adegan itu.
Author POV
Chanyeol
masih belum berhenti tertawa meskipun keempat sahabatnya menatapnya heran,
seolah menyaratkan hal yang sama. Bukankah dia sedang tidur?. Lalu saling melempar pandangan.
“Hyung...
gwaenchana?” tanya Dio takut
“Aigoo....
itulah akibatnya terlalu lama berada dirumah sakit, dia ikut-ikutan jadi
stress.” Sahut Rae Suk
Plakk..!
“Ya! Micheosseo?! Bacon oppa, kau sudah sudah memukul
kepalaku dua kali.” Protes Rae Suk sambil mengusap dahinya kembali.
“Gwaenchana, sikap kalian barusan sangat menghiburku.
Gomawo...”
“Cheonma...” jawab mereka berempat serentak.
“Geure... jadi bagaimana keadaannya?” tanya
Baekhyun. Chanyeol menatap Rae Hwa yang masih terlelap. “Dia hanya perlu
istirahat lebih lama, untuk menstabilkan kembali suhu tubuhnya.”
“Ah! Kalau begitu, aku akan membuatkannya bubur.”
Usul Dio
“Itu tidak akan berguna...” sahut Baekhyun
“Waeyo?” tanya Dio tidak terima
“Karena dia sudah dapat makanan khusus dari rumah
sakit,” lanjut Baekhyun. Dio reflkes menutup mukanya malu dan memasang ekspresi
cengo andalannya. Semua yang ada disana refleks menahan tertawa mereka
masing-masing.
“Annyeong...”
semua mata langsung menatap kearah pintu yang dibuka oleh seseorang. Dan
mereka semua langsung membulatkan matanya terkejut begitu mengetahui siapa tamu
yang datang berkunjung. Bahkan Chanyeol langsung berdiri dari duduknya dan
menatap tajam ke arah dua orang yang tidak diharapkan datang.
“Annyeong haseyo... kami datang kemari untuk
menjenguk hwanie, benarkan chagiya...” ucap sang yeoja sambil bergelayut manja
dilengan namjanya. Sang namja hanya tersenyum kikuk.
“Kalian semua tidak pantas berada disini... kalian,
hanya menambah bebannya.” Sentak Chanyeol geram
“Mwo? Apa kau barusan mengusirku, aigoo... kau jahat
sekali pada kami” sahut gadis tersebut.
“Cih! Hentikan menunjukkan sikap menjijikkan seperti
itu dihadapanku, Kim Yoora. Dan kau, Lee Hyuk Jae... lebih baik kau juga pergi
dari sini sebelum aku bergerak untuk memukulmu,” Baekhyun dan Dio langsung
menahan tubuh Chanyeol yang sudah hendak menerjang Eunhyuk yang masih menatap
Rae Hwa sedih.
“Ngghhh...” pandangan Chanyeol seketika itu beralih
menatap Rae Hwa yang menggerang. Dia langsung menggenggam tangan Rae Hwa erat.
Eunhyuk pun ingin mendekati Rae Hwa namun langkahnya seolah membeku, dikalahkan
oleh rasa gengsi dan egonya yang tinggi.
“Cih! Dasar gadis lemah,” cibir Yoora. Chanyeol
kembali menatap Yoora benci.
“Pergi kau, PERGI...!!”
Rae Hwa berhasil membuka matanya dan menyesuaikan
dengan cahaya yang ada. Namun matanya membulat begitu melihat siapa yang
membuat Chanyeol semarah itu. “Hyukie oppa...” lirihnya
TBC
0 komentar