Daydream [part 3]
Author : Rina Chan
Cast : Lee Hyuk Jae
Kang rae Hwa OC
Park Chanyeol
Other cast : Do Kyungsoo, Byun Baekhyun, Lee
Donghae, Lee Sungmin,
Cho Kyuhyun, Kang Rae Suk
(OC), Kang Hyun Sun (OC), & other cast.
Genre : NC 17, tragedy, romance, chapter.
((TYPO bertebaran, just ask))
======== Happy Reading ========
Rae Hwa membuka matanya secara perlahan-lahan, pandangannya masih
sedikit kabur karena rasa pusing yang mendera. Belum lagi, rasa sakit yang
menjalar ke seluruh tubuhnya akibat siksaan yang diberikan oleh Yoora.
Pandanganya melihat ke sekeliling ruangan yang bernuansa putih
tersebut. Kenapa aku bisa ada dirumah sakit? Siapa yang membawaku kemari?.
Tanyanya dalam hati. Pandangannya berhenti ketika mengetahui ada seseorang yang
menungguinya. Rae Hwa penasaran dengan namja yang tertidur dengan
menenggelamkan wajahnya kedalam kedua tangannya yang ditekuk disamping
ranjangnya.
Merasa ada pergerakan dari namja yang tertidur itu, Rae Hwa langsung
mencoba bersikap normal. Karena, dia memang ingin berterima kasih pada sang
namja tersebut. Namun, ketika sang namja mengangkat wajahnya dan bertatapan
langsung dengan Rae Hwa, seketika itu Rae Hwa merasa ketakutan.
Rae Hwa POV
Astaga! Jadi... namja ini, dia... hyukie oppa?!. Dengan cepat aku
buru-buru bangkit dari tempat tidurku melawan kondisi tubuhku yang masih lemah,
namun.. ketika aku turun dari tempat tidur ku, kakiku belum mampu menopang
tubuhku. Aku memekik tertahan ketika infus yang ku gunakan lepas dan darah
segar keluar dari lubang bekas jarum infus. Dengan susah payah aku mencoba
berdiri kembali dengan memegang tepian tempat tidurku, namun tiba-tiba ku
rasakan tangan hyukie oppa merengkuh ku dan membantuku untuk kembali berbaring.
Aku meronta sekuat yang ku bisa, namun ternyata nihil. Dengan air mata
yang terus mengalir karena ketakutan, akhirnya aku pasrah ketika hyukie oppa
menggendongku dan kembali membaringkan aku ke ranjangku. Setelah itu dia
menekan tombol untuk memanggil suster, dan meminta tolong untuk memasang
kembali infusku yang terlepas sekaligus mengobati lukaku.
“Jangan takut hwanie~ah, oppa sudah kembali berada disisimu” ujarnya
sambil menggenggam kedua tanganku. Dengan kasar aku menepis tangannya yang
menggenggam tanganku lalu memalingkan wajahku yang masih mengeluarkan air mata.
“Mian ne...” ucapnya lirih sambil menghapus air mataku dengan ibu jarinya.
“Oppa... tinggalkan aku sendiri,” pintaku tanpa menoleh padanya.
“Shireo!”
“Oppa... jebal, aku mohon tinggalkan aku sendiri...” ucapku yang
akhirnya menoleh padanya. Dan ku lihat wajahnya kecewa dengan ucapanku barusan.
“Waeyo? Apa kau tidak ingin bertemu denganku lagi?”
Aku mengalihkan pandanganku menatap langit-langit ruang rawatku sambil
mendesah pelan, kemudian menggeleng.
“Lalu kenapa kau ingin aku pergi?” tanyanya sambil meraih tanganku yang
tidak diinfus.
Aku hanya ingin kau bahagia oppa.
“Tidakkah kau tau, aku sangat-sangat merindukanmu. Hwanie~ah, dangsini joaeyo (aku menyukaimu)” tuturnya membuatku
terkejut. Namun detik berikutnya aku tertawa, lebih tepatnya menertawai diriku
yang nyaris terbuai dengan kata-katanya. “Tidak ada yang lucu,” tegurnya
membuatku bungkam seketika.
“Oppa... aku tidak ingin mencari masalah lagi,
aku...”
“Apa karena Yoora? Yeoja penggoda itu yang membuatmu
seperti ini bukan?!”
Aku hanya diam tidak menjawab, lalu kembali membuang
muka. Semakin menatap wajahnya, semakin membuatku ingin menangis. Disatu sisi
aku memang merindukannya, tapi bayangan Yoora selalu saja membuatku takut.
“Cukup! Dunia kita sudah berbeda, oppa. Aku tidak
ingin menjadi benalu untukmu lagi,” hyukie oppa terkejut mendengar ucapanku.
“Aku lelah oppa...” selaku ketika dia hendak mengatakan sesuatu. “Jebal...
tinggalkan aku,” pintaku lagi.
Chanyeol POV
Ku percepat langkahku ketika aku sudah sampai di
rumah sakit Seoul tempat Rae Hwa dirawat, tak ku hiraukan panggilan
teman-temanku yang lelah karena mengikuti langkahku yang lebar. Pikiranku saat
ini panik, tidak bisa berfikir apapun ketika mendengar berita bahwa Yoora
menyiksa Rae Hwa.
“Ya! Hhh... kau.. hhh.... benar-benar seperti
kesetanan saja,” protes Baekhyun sambil mengatur nafasnya. Aku melihat ke arah
tiga temanku yang lain yang juga bernasib sama. “Mian ne...” ujarku lirih.
“Aku tidak bisa membayangkan, Yoora menyiksa hwanie
sampai sesadis itu” ujar Hyun Sun masih sedikit tersengal. “Seorang yeoja, akan
marah jika seseorang yang disukainya diganggu orang lain” timpal Dio.
“Ya! Dio oppa, tidak semua yeoja seperti itu!”
protes Rae Suk sambil memukul bahu Dio pelan. Dio hanya meringis berpura-pura
kesakitan.
Setelah lift sampai di lantai empat, aku berjalan
menyusuri lorong sambil mencari dimana kamar tempat Rae Hwa dirawat. Setelah
menemukannya, aku langsung masuk diikuti oleh ke empat sahabatku.
Pemandangan yang pertama kami lihat adalah Rae Hwa
yang sedang menangis oleh seorang namja. Tanpa pikir panjang aku langsung
mendekati ranjanganya dari arah yang berlawanan. Dan menatap namja yang ada
dihadapanku.
“KAU..!” seruku dan namja itu serentak
“Omo! Bukankah... dia CEO dari SEG?!” seru Hyun Sun
dan Rae Suk nyaris berbarengan. “Ya! Kecilkan suara kalian berdua,” tegur
Baekhyun.
“Oow... sepertinya kita sudah salah waktu untuk
berkunjung, yeollie~ah” aku memandang Dio bingung. Namun Dio tidak menggubris tatapanku.
Cih! Kebiasaan.
Pandanganku kembali menatap ke arah namja tersebut.
“Annyeong haseyo, Eunhyuk~ssi” sapaku ramah. Membuat namja yang bernama lengkap
Lee Hyuk Jae itu sedikit terkejut karena aku menyapanya. Kemudian, dengan
secepat kilat dia merubah ekspresinya kembali dan membungkukkan badannya ramah
lalu membalas sapaanku.
“Oppa... yeolli oppa...” panggil Rae Hwa lirih. Aku
langsung menoleh ke arahnya hingga aku mendapatkan tatapan tajam dari namja
yang memiliki panggilan Eunhyuk. “Ne? Apa kau memerlukan sesuatu?” tanyaku.
“Bisakah kau tidak memberitahukan keadaanku kepada Park ahjumma dan orang-orang
rumah yang lain?” pintannya memelas.
Aku menarik nafasku dalam lalu tersenyum “Geure, akan
aku usahakan. Tapi aku tidak janji,” Rae Hwa mengangguk lemah dan membalas
senyumanku. “Oppa... bisakah kau beritahu hyukie oppa dimana pintu keluar kamar
inapku?” aku menatap Rae Hwa tidak mengerti lalu memandang Eunhyuk hyung.
“Tidak perlu ditunjukkan, aku akan keluar sendiri. Saya permisi.” Pamitnya lalu
pergi.
“Omo! Apa kau lihat ekspresinya barusan?
Sepertinya... dia sangat marah.” Ucap Rae Suk ketika Eunhyuk hyung sudah pergi
dengan membanting pintu.
“Dan sepertinya... dia tidak suka denganmu, yeollie~ah.”
Timpal Baekhyun
“Haha... wajar saja jika namja itu tidak menyukai
yeollie oppa,” sahut Hyun Sun membuatku menyatukan alisku bingung. “Karena
Eunhyuk oppa menyukai hwanie,” ujarnya lagi menjelaskan. Dan aku hanya meng-O,
mengerti.
“Tapi... melihat tingkahnya tadi, sepertinya mereka
berdua sudah saling mengenal.” Ujar Dio sambil menatap kearah Rae Hwa yang
sudah tertidur lalu menatap kearahku dengan tatapan menyelidik. Aku hanya
memalingkan wajahku kearah lain namun yang aku dapatkan adalah tatapan curiga
dari ketiga sahabatku yang lain. Aish! Jinjja~
Akhirnya pandanganku berakhir menatap Rae Hwa yang
sudah terlelap, aku bahkan tidak mengetahui kapan Rae Hwa tidur, mungkin
pertengkaran kecil tadi membuatnya sangat lelah.
“Ne, aku memang sudah kenal namja itu. Bukan karena
ketenarannya, tapi memang aku mengenalnya.” Kataku akhirnya setelah keempat
sahabatku ini terus menyudutkanku untuk memberitahukan apa penyebabnya. Dan ku
lihat, mereka berempat langsung membulatkan matanya tidak percaya. “Mereka
berdua sudah saling kenal sejak kecil, karena Eunhyuk hyung selalu
melindunginya ketika dia diganggu saat mereka SD. Namun setelah itu, Eunhyuk
hyung pindah ke London dan mereka tidak pernah saling berhubungan kembali.”
Mereka berempat langsung mengangguk paham.
Setelah mereka berempat puas mengintrogasiku untuk
mencari tau semua penyebab yang menjadikan Rae Hwa menjadi seperti itu, mereka
langsung tertidur karena lelah menunggu Rae Hwa. Kami semua sudah sepakat untuk
tidak memberitahukan keadaan Rae Hwa yang seperti itu pada Park ahjumma atau
siapapun itu.
-oOo-
Author POV
Brakk...!!
Eunhyuk dengan kasar membanting pintu kantornya,
membuat tiga orang yang sudah berada didalamnya terkejut. Dengan langkah
memburu dia berjalan menuju sofa yang sudah ditempati oleh ketiga orang itu,
dan duduk sambil mendengus kasar. Detik berikutnya dia hanya mengacak rambutnya
kasar. Sedangkan ketiga temannya yang lain hanya saling bertatapan bingung.
“Ya! Lee Donghae, ku rasa.. usulmu itu benar-benar
menyebalkan!” desisnya. Donghae terkesiap sesaat lalu memandang bingung ke arah
Eunhyuk. “Menjadikan namja itu menjadi temannya! Dan membuat yeoja kecilku
menjadi membenciku!” lanjutnya lagi.
“Jadi penyebabnya hanya yeoja kecilmu? Cih,
kekanakan.” Cibir Kyuhyun. Eunhyuk yang tidak terima dengan cibiran Kyuhyun
langsung mendekatinya dan mencengkram kerahnya erat. “Ya! Tenangkan dirimu, Lee
Hyuk Jae.” Sungmin berusaha melerai pertengkaran yang akan terjadi dan
melepaskan cengkraman Eunhyuk. “Dan kau, Cho Kyuhyun. Tolong kontrol mulut
iblismu itu,” titahnya pada Kyuhyun. Eunhyuk mendegus sebal dan kembali ke
tempat duduknya semula.
“Justru karena dia peduli padamu makanya dia
menyuruhmu pergi, hyukie~ah.” Sahut Donghae tenang. “Meskipun kau selalu
berkata akan selalu melindunginya, tetap saja kau tidak akan bisa melakukan
itu. Semakin kau berusaha mendekatinya, maka Yoora akan semakin menyiksa
hwanie.”
“Mwo?! Jadi yeoja penggoda itu yang menyiksa
yeojamu, ck! Dia benar-benar tidak menyerah untuk mendapatkanmu.” decak Sungmin
kagum. Eunhyuk hanya memutar bola matanya malas. “Aku pikir, ada benarnya juga
dia mengusirmu. Ingat! Dunia kalian sudah berbeda, jadi biarkan dia tenang
dengan hidupnya sekarang.” Eunhyuk tertegun mendengar penuturan Sungmin.
“Lalu... bagaimana dengan namja itu. Kalian tidak
tau bukan, bahwa Yoora juga mengincar namja itu juga?!” Eunhyuk berusaha
menahan emosinya saat mengucapkan itu. “Mwo?! Yoora juga mengincarnya?!!” kali
ini Kyuhyun angkat bicara.
“Sekarang apa rencanamu? Apa dengan menyuruh anak
buahmu untuk memukuli Chanyeol lagi? Lalu apa yang kau lakukan jika itu hwanie
mengetahuinya, hemm?” Eunhyuk mematung mendengar pertanyaan Donghae yang
terkesan mengintimidasinya. Namun disatu sisi, dia memang merasa puas saat
melihat Chanyeol tidak mengikuti Rae Hwa selama beberapa hari. “Setauku, kau
tidak akan melakukan tindakan bodoh seperti itu.” Sela Sungmin membuyarkan
lamunan Eunhyuk. Sedangkan Eunhyuk hanya menatap ke arah Kyuhyun. “Mwo? Aku
hanya bercanda saat mengatakan itu, kau saja yang langsung mengiyakan tanpa
berpikir ulang. Hyung,” jawab Kyuhyun
“Eotto’ke?! Aku... aku sudah gagal melindunginya,
aku hanya mencoba untuk melindunginya seperti dulu.” Eunhyuk mengerang
frustasi. Sedangkan ketiga sahabatnya hanya menatapnya sendu, kasian.
“Kau masih punya kesempatan, dia menyukaimu bukan?
Kalau kau menyayanginya, maka lindungi dia dari setiap kemungkinan terburuk
yang akan menimpanya. Aku bisa mempertemukan kau dengan Chanyeol,” usul Donghae
membuat Sungmin dan Kyuhyun menatapnya tajam. “Aku hanya memberi saran,” bela
Donghae.
-oOo-
Eunhyuk POV
Beberapa kali aku membenarkan posisi dudukku. Aku
tidak gugup, hanya saja... aku merasa tidak enak bertemu dengan namja yang
sudah menjadi korban atas emosiku. Dan bodohnya aku, saat aku menyetujui saran
Donghae untuk bertemu dengannya. Aku
kembali meraih coffe latte-ku dan meneguknya habis karena merasa
tenggorokanku yang seketika itu mengering.
Sepuluh menit menunggu akhirnya namja yang ku tunggu
sampai dengan sedikit terengah-engah. Apa dia habis berlari?
“Mian ne... aku baru pulang dari kampus dan langsung
berlari kemari. Dan... aku nyaris lupa bahwa aku sudah mempunyai janji dengan
anda, Eunhyuk~ssi.” Ujarnya
“Gwaenchana... duduklah.” Dia langsung menarik kursi
yang ada dihadapanku. “Kau mau minum apa?” dia mengerutkan kedua alisnya. “Ah,
terserah”.
Detik berikutnya, setelah pelayan mengantarkan
pesanan kami. Kami berdua lebih memilih diam dalam pikiran masing-masing,
sesekali ku lihat dia asyik memainkan Iphone-nya. Aku berdehem dan dia pun
mengalihkan pandangannya menatapku.
“Bagaimana keadaanya?” tanyaku membuka percakapan
“Nuguya?”
“Hwanie...”
“Ah! Dia... semakin baik, sudah seperti biasanya dan
sudah bisa kembali tersenyum.” Ucapnya sambil menyunggingkan senyum lebarnya
dan membuatku jijik.
“Chogiyo..” panggilnya membuatku menoleh. “Apa aku
boleh bertanya sesuatu?” aku mengangguk. “Apa... kau juga menjadi salah satu
penyebab kenapa Yoora menyerang hwanie?”.
“Ne, kau benar. Aku.. hwanie dan Yoora memang sudah
saling kenal sejak SD, saat itu Yoora sudah menyukaiku hanya saja aku tidak
pernah memperdulikannya. Dan karena itu pula, dia selalu mengganggu hwanie...”
aku menggantungkan kalimatku, berfikir ulang apakah dengan menceritakan ini
akan membantuku?. Ah! Molla~
“Lalu.. apa dia masih diganggu meskipun kau sudah pergi?”
Aku mengangguk. “Yap! Dan fatalnya, hwanie selalu
satu sekolah dengannya sampai saat ini.” Paparku
“Jinjjayo?! Daebak! Aku tidak menyangka jika
kehidupan hwanie sesulit itu.” Decaknya kagum membuatku tersenyum miris. Apakah
dia benar-benar cocok menjadi temannya hwanie? Ck! Sikapnya tidak terduga.
“Apa kau menyukainya?” aku terkejut mendengar
pertanyaanya. Dan menggaruk tengkukku pelan. “Ah~ kau memang menyukainya. Maka
dari itu kau menyuruh anak buahmu untuk menyerangku, bukankah begitu?” desisnya
membuatku terkejut.
“Cih! Apa kau baru saja menuduhku?” belaku
“Ani, hanya menebak. Aku pikir, kau adalah tipe
ahjussi yang sangat overprotektif pada yeoja yang kau sukai.” Tuturnya lagi
membuatku tertawa sumbang. “Jadi aku benar bukan?”
“Ne, kau memang benar! Tidak ku sangka kau bisa
menilai ku orang yang seperti apa, apa pergaulanmu dengan Donghae sudah
membuatmu bisa membaca karakter seseorang?” cibirku. Dan ku lihat dia memasang
senyum miringnya dan melipat kedua tangannya didepan dada. “Maka dari itu, aku
peringatkan padamu untuk menjaga jarak dengan yeojaku.” Ucapku penuh penekanan
“Aigoo... aku pikir, pertemuan kita saat ini tidak
membahas tentang ini.” Gerutunya dengan muka polos
“Ya! Kau tidak sadar, siapa yang memulai duluan.
Eoh?” kataku geram. Dia hanya tertawa mendengar ucapanku. Aku mengusap wajahku
kasar.
“Ne, kau benar. Aku mengajakmu bertemu karena aku
mempunyai permintaan,”
“Apa tentang hwanie? Cih! Ahjussi, apa kau tidak
sadar? Kau sudah memukulku, dan sekarang kau datang untuk meminta bantuanku?!”
ujarnya mengejekku. Aku menggeser kursiku lalu menjatuhkan tubuhku yang kini
hanya bertumpu dengan kedua lututku. “Ya.. ya... micheosseo?!”
“Ani, aku akan meminta maaf padamu dengan formal.”
Dengan cepat dia menahan tubuhku yang hendak bersujud padanya lalu menarikku
hingga kini berdiri sejajar dengannya.
“Ne, aku mau membantumu” tuturnya membuatku
terkejut.
Rae Hwa POV
Tanpa terasa, aku sudah dua hari berada dirumah
sakit dan dokter bilang bahwa aku sudah bisa pulang akhir pekan ini. Dan...
Park ahjumma pun mempercayai perkataan Chanyeol yang mengatakan bahwa fakultas
kami sedang ada study tour. Aigoo~ mian ne, ahjumma.
Aku mengalihkan pandanganku ketika melihat pintu
ruang inapku di buka oleh seseorang. Aku tersenyum kepada orang yang membuka
pintu tersebut. “Annyeong, hwanie. Apa kau sudah merasa baikkan?” tanyanya
“Ne, yeolli oppa.” Jawabku cepat. Dia tersenyum dan
mengacak rambutku, membuatku mengerucutkan bibirku tidak suka. “Ah~ gidarigo
isseulkkeyo? (apa kau ada waktu akhir minggu ini?)” sejenak aku berfikir lalu
menggeleng. “Geure... kalau begitu, temani aku jalan-jalan.” Aku mengangguk
senang. Lalu kami kembali bertukar senyum.
At Myeongdeong...
Saat ini perasaan yang ku rasakan adalah bahagia,
karena aku sudah keluar dari rumah sakit dan sedang menikmati akhir pekanku
dengan Chanyeol oppa. Kencan? Tidak, diantara kami berdua tidak ada apapun.
Bagiku, Chanyeol oppa adalah sosok guardian penggantiku dikampus. Meskipun
awalnya aku juga bersikeras mencoba menjauhinya, namun dia selalu saja menolak.
Bahkan keempat sahabatnya pun terus membantuku, dan akhirnya aku mengalah.
“Cha! Kau tunggu disini ne, aku akan pergi ke toliet
sebentar.” Titahnya setelah kami memasuki sebuah cafe`. Aku mengangguk dan
langsung duduk setelah memanggil pelayan untuk memesan makanan untuk kami.
Saat aku sedang asyik menatap pemandangan dari luar
cafe’, tiba-tiba saja kedua mataku ditutup oleh seseorang. Senyumku merekah
ketika karena pasti yang melakukan ini adalah Chanyeol oppa. “Chanyeol oppa..”
Seketika itu kedua mataku terbuka, dan aku terkejut
karena orang yang menutupnya kini berpindah duduk dihadapanku dengan tatapan
sendu. “Hyukie oppa...” lirihku nyaris tidak terdengar
“eotteo'ke jinaeseyo?”
tanyanya mengagetkanku. Aku menoleh ke kanan dan kiriku mungkin saja dia sedang
bertanya kepada orang lain. “Hwanie~ah” tegurnya. “Ng... chal jinaeyo, o—ppa.”
Ucapku gugup
Aish~ kenapa aku harus
gugup seperti ini, bukankah seharunya aku marah karena dia datang. Dan...
kenapa Chanyeol oppa belum kembali? Omo! Atau jangan-jangan....
“Aku yang menyuruh
yeollie untuk mempertemukanku denganmu,” tuturnya membuatku membulatkan mata.
Mwo?! Chanyeol oppa yang merencanakan ini semua?! Aish~. “Apa kau tidak suka
bertemu lagi denganku?” aku langsung kembali menatapnya dan menggeleng cepat
lalu menatap kearah minumanku.
“Hwanie~ah..” aku
kembali menatapnya
“Ne?”
“Nan ajigdo dangsin’i misoleul mandeul su issgileul
balabnida (aku berharap, aku masih bisa membuatmu tersenyum)” ujarnya sambil
tersenyum. Aku membalas senyumannya kikuk. Lalu dengan perlahan dia menyentuh
tangan kiriku dan menggengamnya. Mataku tidak berhenti menatap tanganku yang
digenggamnya.
“Dangsineul saranghaeyo, nan neol saranghae
jeosonghabnida. Gatchi itgosipeoyo... nae insaeng-ui dangsin ui jeongsin (aku
jatuh cinta padamu, maaf jika aku mencintaimu. Aku ingin bersamamu... kamu
adalah semangat hidupku).” Aku menaikkan salah satu alisku, kaget dengan apa
yang barusan dia katakan. Namun... aku tau, dia adalah seorang player
jadi aku meragukan bahwa ucapannya itu benar. Dengan cepat aku melepaskan
tanganku yang berada digenggamannya, dan berdiri hendak melangkah.
“Chakkaman.. jeonhwa beonhoga mwoyeyo? (bolehkah aku
minta nomer telfonmu)” dengan cepat aku mencari Iphone-ku lalu menyerahkannya
padanya, setelah saling bertukar nomer telfon Eunhyuk oppa mengembalikan
Iphone-ku. “Jeonhwa haeda dwaeyo? (apa aku boleh menelfonmu)” aku mendengus
pelan lalu mengangguk dan meninggalkan dia sendiri. Mianhae oppa... aku
benar-benar tidak siap bertemu denganmu untuk saat ini.
-oOo-
Author POV
Sesampainya Rae Hwa dirumah, dia langsung menuju
taman belakang dan bertemu dengan Donghae yang ternyata sudah menunggu untuk jadwal
terapi. Donghae terkejut melihat sikap Rae Hwa yang terkesan seperti menahan
emosi yang sejak tadi tidak tersalurkan. “Bukankah kau sedang
bersenang-senang?” Rae Hwa menoleh dan memberi Donghae tatapan tajam seolah
berkata. Tutup mulutmu atau aku akan menjadikanmu pelampiasan amarahku.
Donghae yang mengerti lantas menyenderkan
punggungnya dan kembali membaca koran. “Apa yeollie yang membuatmu seperti
ini?” tebaknya. Rae Hwa hanya mendengus tidak menjawab.
“Oo.. hwanie~ah, kenapa kau cepat sekali kembali.
Eoh?” kata Chanyeol yang bergabung dengan mereka dengan membawa sepiring kecil
cemilan dan sekaleng soda.
Rae Hwa menatap tajam ke arah Chanyeol, sedangkan
Chanyeol yang tidak mengerti dengan tatapan Rae Hwa malah mngacuhkannya dan
memilih menatap Donghae meminta penjelasan. Donghae yang mengerti maksud
tatapan Chanyeol hanya menggendikkan bahu.
“Yak! Oppa...! apa maksudmu, hem? Kenapa kau lakukan
ini kepadaku!!” bentak Rae Hwa sambil memukuli Chanyeol dengan tas yang
dibawanya. Chanyeol hanya meringis tertahan ketika pukulan Rae Hwa semakin
keras. “Mianhae... dengarkan aku dulu, hwanie. Kau salah pa.. ya! Appo...” Rae
Hwa semakin gencar karena jujur saat ini dia sangat jengkel dengan sikap
Chanyeol. “Ck! Sudah jelas kau yang menjebak hwanie,” sahut Donghae membuat Rae
Hwa semakin tidak menghentikan pukulannya.
“Cukup!” Chanyeol memegang kedua tangan Rae Hwa. Dan
dia tersentak ketika melihat Rae Hwa menangis, dan refleks memeluknya demi
menenangkannya. “Mianhae.... aku pikir dengan memberi waktu diantara kalian
berdua akan membuat kalian bisa saling terbuka.” Rae Hwa menggeleng sambil
terisak. “Dan kenyataannya itu malah sebaliknya.” Sahut Donghae kembali sambil
melirik Chanyeol yang memberinya tatapan membunuh. “Mwo? Bukankah aku benar?”
belanya.
Setelah Rae Hwa kembali tenang, dia pun diantar ke
kamarnya oleh Park ahjumma untuk beristirahat. Sementara, itu Chanyeol dan
Donghae masih berada ditaman belakang. Bagi Rae Hwa, kehadiran Donghae dan
Chanyeol sekarang menjadi tempat yang sangat menyenangkan.
“Huft... aigoo, pukulan gadis itu masih terasa
hingga saat ini.” Gerutu Chanyeol sambil meraba bahunya yang masih terasa
perih. Donghae hanya terkekeh pelan mendengar gerutuan Chanyeol. “Bukankah
sudah ku katakan, bahwa mempertemukan mereka adalah hal yang terlarang.”
Chanyeol menurunkan bahunya lesu. “Ne, kau benar hyung. Tapi.. itukan pertemuan
mereka yang pertama, tapi kenapa hwanie setakut itu?” Donghae memutar bola
matanya malas lalu menutup korannya dan meraih cangkir kopi yang sudah dingin
miliknya.
“Bukankah kau sendiri sudah mengetahui apa
alasannya?” Chanyeol mengangguk. “Tapi kenapa kau masih mau membantu
mempertemukan mereka berdua?!” Chanyeol hanya menggeleng lemah. “Molla...”
“Hyung, bukankah kau sepupunya Eunhyuk hyung? Lantas
kenapa sepertinya kau tidak suka jika dia bahagia?” Donghae berdehem pelan.
“Ini kan masalah hati. Jika itu membuat hwanie terguncang maka aku tidak akan
tinggal diam, percuma saja jika dia diobati tapi dia masih terus merasa
ketakutan.” Chanyeol mengangguk menyetujui.
“Aku hanya tidak tega melihat hwanie seperti itu.
Saat kau berkata akan mempertemukan mereka berdua, disatu sisi aku khawatir
dengan hwanie....” Donghae menggantungkan kata-katanya. “Tapi setidaknya,
sekarang dia lebih tenang dari sebelumnya.” Chanyeol dan Donghae menghela nafas
pelan dan mengeluarkannya melalui mulut.
Keesokan harinya....
Hari ini.. seperti biasa, dan tidak ada rasa yang
berbeda bagi Rae Hwa. Karena baginya jika sudah masuk kampus, dia akan langsung
merasakan aura yang berbeda. Aura yang selalu membuatnya ketakutan. Atau... itu
hanya perasaanya saja?
Rae Hwa mendengus pelan ketika melihat kampusnya
dari tempat parkir. Pikirannya saat ini masih terbayang dengan kejadian kemarin
siang yang menimpanya. Dia hanya takut.. jika Yoora mengetahui hal itu,
meskipun dia tidak akan mengetahuinya. Tapi.. tetap saja, baginya Yoora selalu
tau tentang apa yang dilakukannya. Apakah dia sebenci itu pada Rae Hwa? Molla~
“Annyeong haseyo.. hwanie,” Rae Hwa menoleh kearah
Rae Suk yang sudah merangkulnya dengan senyum yang mengembang dan membalas
senyumannya kikuk.
“Aigoo... apa kau takut kepada kami, heum?” tanya
Hyun Sun yang berada disisi kirinya.
“A.. aniyo....” jawab Rae Hwa gugup. “Tenang saja..
kami berbeda,” ucap Rae Suk meyakinkan.
“Gojitmal... mereka bedua yeoja yang berbahaya,
hwanie~ah. Jangan percaya!” ujar Baekhyun yang sudah berada didepan Rae Hwa.
Seketika itu Rae Hwa langsung membulatkan matanya tekejut dengan perkataan yang
barusan dikatakan Baekhyun dan seketika itu tubuhnya langsung bergetar.
Baekhyun terkikik pelan melihat ekspresi Rae Hwa.
“Ya! Hentikan itu, kau lihat itu... Rae Hwa berubah
pucat karena ulahmu, hyung.” Tegur Dio. “Gwaenchana, hwanie~ah. Baekhyun hyung
memang seperti itu, jangan kau pedulikan dia..” ucap Dio sambil menenangkan Rae
Hwa.
Mereka pun langsung melangkah menuju gedung
universitas dengan canda gurau. Tanpa mereka sadari, seseorang sudah mengintai
mereka dari kejauhan. Lebih tepatnya orang tersebut mengincar Rae Hwa dengan
seringaiannya yang mengerikan. Hingga akhirnya dia menghilang bersama mahasiswa
yang lain.
TBC
0 komentar