it's my new world

follow your heart

Latest Posts

Daydream [part 5]

By 15.17 , , , ,



Author : Rina Chan
Cast : Lee Hyuk Jae
          Kang Rae Hwa
          Park Chanyeol
Other cast : Lee Donghae, Cho Kyuhyun, Lee Sungmin, Do Kyungsoo,
                     Byun Baekhyun, Kang Rae Suk  (OC), Kang Hyun Sun (OC), etc...
Genre : NC 17, tragedy, romance, chapter

((TYPO bertebaran.. beware!))

======== Happy Raeading ========

Rae Hwa menarik Chanyeol agar dirinya merasa terlindungi, Chanyeol yang mengerti langsung mendekati Rae Hwa dan memeluknya erat.

Saat ini yang dirasakan oleh semua orang disana adalah tatapan kebencian yang tertuju pada kedua orang yang menjengkelkan.

Chanyeol dapat merasakan bahwa tubuh yang berada dalam pelukannya sedang bergetar karena menangis dan ketakutan. Dan dia semakin mengeratkan pelukannya berusaha menenangkan tubuh yang ketakutan tersebut.

“Sedang apa kau kemari?” tanya seorang namja lain yang sudah tidak asing bagi Rae Hwa. Rae Hwa melepaskan pelukannya dan menatap namja yang baru datang dengan tatapan meminta pertolongan. “Lebih baik kau pergi, hyukie~ah. Kau hanya membuatnya takut saja,” usir namja tersebut yang mengerti akan tatapan Rae Hwa

Eunhyuk menatap namja tersebut terkejut. “Mwo?! Ya! Sejak kapan kau mengusir sepupumu sendiri, Lee Donghae?”

Author POV
Kali ini Donghae dan Eunhyuk lah yang menciptakan suasana tidak nyaman sendiri. Donghae yang diberi tatapan membunuh oleh Eunhyuk hanya menatap balik Eunhyuk dengan pandangan polosnya.

“Sejak kau mengganggu pasienku, jadi cepatlah pergi bersama mainanmu itu.” Eunhyuk mendengus kasar dan menarik tangan Yoora pergi.

Donghae mendekati Rae Hwa dan tersenyum ramah. “Apa sekarang kau merasa baik?” Rae Hwa mengangguk sambil membalas senyuman Donghae. “Aigoo... gadis itu benar-benar menyiksamu? Ckck...” Donghae menatap kedua tangan Rae Hwa yang diberi perban prihatin.

“Chogiyo...” panggil Dio. Donghae menoleh menatap keempat kepala yang saat ini menatapnya heran. “Naneun.. Lee Donghae imninda, bangapseumnida” jawab Donghae cepat mengerti akan tatapan mereka.

“Apa kau psikiater yang mengobati hwanie? Omo... kau tampan,” puji Rae Suk kagum sambil menutup mulutnya. Donghae hanya membalas pujian Rae Suk dengan tersenyum ramah.

“Walaupun tampan sepertinya dia bukan namja yang baik,” gumam Baekhyun berbisik pada Rae Suk.

“Ya! Apa kau baru saja mengatakan hal buruk tentangku?” Baekhyun berjengkit ketika mendengar pertanyaan Donghae lalu menggeleng cepat. Semua yang ada ditempat itu tertawa melihat ekspresi Baekhyun.

“Bacon~ya, kau harus berhati-hati jika sudah mengenal Donghae hyung. Dia bisa membaca ekspresimu dengan mudah,” ucap Chanyeol. Baekhyun menatap Donghae yang balas menatapnya dingin, Baekhyun hanya bisa tersenyum kikuk.


“Sepertinya kau sudah mempunyai teman-teman yang sangat menyenangkan, aku senang jika kau sudah mau terbuka.” Ujar Donghae sambil mengacak rambut Rae Hwa pelan. Rae Hwa hanya menggerutu pelan walau tidak bisa membenarkan rambutnya yang baru saja diacak-acak oleh Donghae.

Chanyeol POV
Walaupun Rae Hwa sudah sadar, namun dia belum boleh pulang. Dan.. tentu saja aku selalu menjaganya seperti biasanya. Aku tidak akan membolehkan siapapun mendekatinya lagi. Sejujurnya aku menyesal, aku selalu berkata akan melindunginya, namun Yoora masih saja bisa menyentuhnya. Namja macam apa aku ini yang selalu banyak berkata tapi tidak pernah dibuktikan?!

“Oppa...” aku menoleh menatap Rae Hwa yang mengusap lenganku pelan. “Gwaenchana?” aku mengangguk. “Gojitmal...”.

Aku mengusap rambutnya pelan. “Ne, Gwaenchana.” Dan itu membuatnya tersenyum lemah.

“Oppa... aku takut, semakin hari perlakuan Yoora semakin kejam padaku. Aku... aku ingin kau pergi, oppa” pintanya membuatku menghentikan usapanku.

Tubuhku mematung mendengar permintannya. Lalu aku berdiri dan berdiri membelakanginya. “Sudah berapa kali aku mengatakan ini, hwanie~ah. Aku tidak bisa meninggalkanmu, kau itu yeodongsaeng-ku. Dan aku tidak akan membiarkan adik kesayanganku diperlakukan seperti yeoja itu menyakitimu.” Ujarku tegas.

“Tapi oppa...”

“Percayalah padaku, aku akan melindungimu. Aku sudah berjanji pada Park ahjumma, Shindong ahjussi, dan Nami noona untuk menjagamu. Dan aku tidak akan melanggar itu.” Aku memeluknya kembali dengan erat. “Berjanjilah tidak akan mengeluarkan kalimat seperti itu lagi, arrasso?!” Rae Hwa mengangguk dalam dekapanku.

Setelah Rae Hwa kembali tenang, aku meninggalkannya karena dokter menyuruhku untuk membiarkannya istirahat sendirian.

Ku langkahkan kakiku menuju parkiran mobil karena aku akan pulang kerumah untuk mengambil baju ganti. Sejak Rae Hwa masuk rumah sakit aku lebih sering menginap dirumah sakit, kedua orang tuaku sedang sibuk dengan bisnis mereka selama di Eropa dan akan kembali tiga bulan sekali.

Sesampainya aku dirumah, aku langsung dihadang oleh noonaku. Park Yoora. Meskipun namanya sama dengan yeoja penggoda itu, tapi noonaku berbeda 180 dengan yeoja penggoda tersebut.

“Ya! Kenapa kau baru pulang, eoh?” tanyanya

“Noona, bukankah aku sudah memberitahumu aku menginap dirumah temanku.”
Yoora noona menyipitkan matanya padaku. “Geure... lalu apa kau akan menginap lagi untuk menjaga nona Kang?” cibirnya membuatku mematung.

“Ah! Sepertinya tebakanku benar, tenang saja... aku tidak akan membeberkan nasib yeoja malang itu ke media. Meskipun aku adalah seorang penyiar berita,” ujarnya membuatku lega dan mulai melangkahkan kakiku menaiki anak tangga.

“Apa kau menyukainya?” tanyanya menghentikan langkahku. Aku menoleh, “Aniya!”

“Kalau begitu berarti kau mencintainya..” goda Yoora noona mendekatiku dan mencubit pipiku sambil berlalu kekamarnya. “Ya! Berhentilah menggodaku..!”

Ku baringkan tubuhku yang letih diranjang kamarku yang nyaman. Jujur aku merindukan kasurku ini karena selama ini aku hanya tidur di sofa menemani Rae Hwa. Ahh~

-oOo-

Eunhyuk POV

Bugh...!!

Ku lihat dia hanya meringis pelan menerima pukulanku dan kembali bangkit. Aku belum puas untuk memukul wajahnya itu, wajah yang selama ini aku percaya ternyata berbalik menusukku. Ketika aku kembali mendekatinya dan ingin memukul wajahnya kembali, kedua sahabatku menahan tubuhku.

“Cukup hyukie~ah, sudah cukup!” seru Sungmin sambil menahan tubuhku yang terus meronta. “Shireo! Aku tidak akan membiarkan orang itu hidup!”

“Tenangkan dirimu, hyung!” kali ini Kyuhyun yang membentakku. Aku bungkam. Dan mengatur nafasku untuk kembali tenang. “Selesaikan masalah kalian berdua baik-baik,” saran Kyuhyun membuatku mendengus kasar.

“Hae~ah, sebenarnya apa yang terjadi sehingga hyukie memukulmu. Setauku.. selama ini meskipun dia marah padamu, dia tidak akan tega memukulmu.” Ujar Sungmin

Donghae menatapku datar, sedangkan aku memberinya tatapan membunuh. “Cinta yang membuatnya seperti itu, sarang sereoun (cinta yang berkesan)” ujarnya sambil menyunggingkan senyuman yang membuatku muak.

“Apa berhubungan dengan namja itu lagi?” Kyuhyun menatapku penuh selidik. “Apa kau memukuli Donghae hyung karena kau cemburu pada namja itu lagi?! Aigoo...” aku memalingkan wajahku dari tatapan Kyuhyun.

“Bukankah kau sudah menyerahkan dirimu pada Yoora? Lantas kenapa kau masih mau mendekati hwanie?” aku menatap Sungmin tajam ketika dia menyebut nama gadis itu, seolah berkata.. jangan sebut nama itu lagi atau kau akan bernasib sama dengan hae.

“Ani! Hwanie tetap milikku, bukankah sudah ku bilang bahwa aku melakukan hal itu demi melindungi hwanie?!” belaku

“Cih! Hyukie~ah, kau hanya bermulut besar. Lupakah dirimu, bahwa Yoora masih menyakiti hwanie. Jadi.. caramu itu tidak berhasil bukan? Malah semakin menyakitinya,” desis Donghae membuatku mematung. Donghae berjalan mendekatiku. “Terima kasih pukulannya, dan aku tidak akan melupakan ini. Kau yang selalu tidak bisa berfikir jernih dan selalu dipenuhi emosi saat bertindak tidak cocok untuk melindunginya, jadi jangan berharap kau bisa mendapatkannya dengan mudah karena kau sendiri sudah menyakitinya.” Bisik Donghae sebelum dia pergi dari ruanganku diikuti oleh Kyuhyun dan Sungmin dibelakangnya mengikuti.

Tubuhku jatuh terduduk ke lantai kantorku yang dingin. Perkataan Donghae barusan benar-benar menusukku, ditambah lagi dengan Kyuhyun dan Sungmin yang lebih memihak kepadanya.

Bodohnya aku yang selalu mudah tersulut oleh emosi ku sendiri. Arkh! Ini benar-benar membuatku frustasi!

Setelah puas meratapi kebodohanku, aku langsung kembali kerumah sakit setelah membersihkan diriku sebelumnya.

Perlahan aku membuka kamar inap Rae Hwa setelah beberapa saat berdiri mematung selama beberapa menit. Pandangan pertama yang aku tuju adalah wajah Rae Hwa yang murung sambil memegang kalung pemberianku dan menangis.
“Hwanie~ah...” dia menoleh dan terkejut melihat kedatanganku, melihat sikapnya yang langsung menarik selimut hingga menutupi setengah wajahnya sungguh membuatku terpukul.

Kedua tanganku mengepal melihatnya begitu, walaupun aku tau akulah penyebabnya mengapa dia seperti itu. Ku langkahkan kakiku mendekatinya meskipun masih menjaga jarak, aku tidak ingin dia kembali lari dariku seperti waktu itu.

Mannaseo bangawoyo (senang bertemu denganmu),” ucapku mencoba tersenyum

“Pergi... pergi dari hadapanku.” Ujarnya dengan suara bergetar dan tidak menatapku

“Tapi..” dia menepis tanganku dengan kasar sebelum menyentuhnya.

Rae Hwa POV
Pikiranku sedang membayangkan perlakuan Yoora yang baru saja ku rasakan beberapa hari yang lalu, ditambah dengan suara Eunhyuk oppa saat dia menelfonnya. Ahh~ benar-benar membuatku sesak saja. Bahkan saat aku membuka mataku kemarin, mereka berdua berada dikamarku.

Saat ini ingin rasanya aku amnesia, melihat Eunhyuk oppa sudah berada disini lagi. Ck! Benar-benar menyebalkan. Oh Tuhan... ku harap saat ini aku sedang bermimpi, bangunkan aku dari mimpi buruk ini.

“Hwanie~ah...” lagi! Panggilan dari orang yang sudah membuatku muak, kembali ku dengar. Oh ayolah...

Akhirnya, setelah beberapa menit berperang dengan pikiran dan hatiku. Ku putuskan untuk menurunkan selimutku, walaupun tubuhku masih bergetar ketakutan. “Ne, Eunhyuk~ssi.” Ku lihat tubuhnya mematung karena jawabanku, memangnya ada yang salah?


“Ka.. kau... sudah tidak memanggilku, ‘hyukie oppa’ lagi?” aku menaikkan salah satu alisku menatap raut wajah kecewa dari mukanya. “Waeyo? Aku kira itu hanya panggilan untuk orang yang penting bagimu.”

Dia menundukkan kepalanya lalu mencengkram besi yang ada diranjangku. “Apa kau berfikir.... kau sudah tidak berharga untukku?” ujarnya lirih. Aku tertegun mendengar penuturannya. Tanganku terjulur menyentuh bahunya dan membuatnya mendongakkan kepalanya menatapku.

“Semuanya... tidak seperti yang kau pikirkan, hwanie~ah. Kau.. kau tetap milikku, yeoja kecilku...” ucapnya parau disusul air mata yang turun dari sudut kelopak matanya. “Neol bogosipda haedo dashin bolsu eopgetjyo (meskipun aku merindukanmu, namun aku tidak akan pernah bisa melihatmu). Aku tersiksa karena itu..” tambahnya sambil memegang tanganku yang berada dibahunya erat.

Ku hembuskan nafasku pelan mencoba menahan rasa sesak yang semakin menjadi namun aku sudah sangsi bahwa aku tidak akan menangis demi dia. Perlahan aku menarik tanganku yang berada dibahunya.

Dangsini byeonhamyeon modeun geosi byeonhanda (semua berubah ketika kamu berubah), oppa...” ucapku membuatnya menatapku dengan mata yang masih mengeluarkan air matanya. “Eonjega uliga dashi hamkke hal geosirago midgo (percayalah suatu saat nanti kita akan bersama lagi).” Aku menggeleng lemah, “Semua tidak akan sama. Oppa.. tidakkah kau bisa memahami itu?”

Dia bangkit sambil menatapku tajam, “Apa kau pikir selama ini aku mempermainkanmu?”. Aku mengangguk, “Disi mannal saenggak oeopseoyo (aku tidak bisa bertemu denganmu). Jadi ku harap kau bisa mengerti aku, oppa.”

“Geure.. kalau itu mau mu, perlu kau ingat! Yuilhan sarangeun nareul haengbokhage mandeulsu (hanya cintamu yang bisa membuatku bahagia). Annyeonghi gyeseyo.” Katanya sebelum mengecup dahiku cepat sambil berlalu pergi, meninggalkanku yang menagis karena sudah tidak bisa menahan rasa sesak yang sudah membuncah.

Aku tau... aku tau.. kau mengorbankan dirimu untuk Yoora demi aku oppa, tapi secara tidak langsung kau sudah membuatku terluka. Oppa... mianhae....

Air mataku mengalir membasahi kedua pipiku. Kenapa rasanya sesakit ini? Apa aku menyesal? Apa yang salah? Kenapa..?!

Tiba-tiba aku merasakan tubuhku dirangkul oleh seseorang, seseorang yang menggantikan posisi Eunhyuk oppa menjadi guardian ku. Aku menangis didadanya sambil sesekali memukul pelan dadanya. Ku rasakan puncak kepalaku dikecupnya sambil sesekali mengusap kepalaku.

“Menangislah... keluarkan semuanya hwanie~ah, jangan biarkan itu semua menyiksamu. Aku disini, merasakan apa yang sedang kau rasakan. Bersamamu.” Aku hanya bisa menangis ketika mendengarkan kata-katanya.

-oOo-

Author POV
Saat ini, Rae Hwa sedang memandangi makam kedua orang tuanya. Lagi. Ini sudah kesekian kalinya dia sering kemari hanya untuk menceritakan keadaannya, dan penyiksaanya yang didapat oleh Yoora. Sesaat dia terdiam menikmati angin semilir yang menerpa wajahnya dengan halus dan lembut membuatnya terbuai hingga dia memejamkan matanya, menikmati.

Saat ini yang dipikirkannya adalah kenapa sikap Yoora semakin menjadi setiap harinya. Karena yang dia tau, Yoora bukanlah gadis yang seperti itu.

Ya! Yoora dan Rae Hwa sudah saling kenal sejak mereka bayi, karena orang tua mereka dulu adalah tetangga sekaligus sahabat yang sangat dekat, begitupun anak mereka. Entah seperti apa kejadian persisnya, yang Rae Hwa tau adalah keluarga Kim mengalami kecelakaan, ketigannya kritis.

Dokter memperkirakan hanya Yoora yang bisa selamat walaupun dia akan mengalami cacat karena matanya buta dan organ hatinya mengalami sedikit kerusakan. Saat itu, orang tuanya rela mendonorkan mata dan hati mereka untuk anak tunggal mereka tersebut meski mereka berdua yang akan meninggal karena itu.

Setelah kejadian itu, Yoora bisa kembali normal meski dia menjadi sangat pendiam dan lebih tertutup dari sebelumnya. Dia adalah anak yang dimanja oleh orang tuannya sejak kecil dan apapun yang dimintanya selalu dituruti, namun saat ini... dia tidak bisa seperti itu lagi.

Rae Hwa kecil saat itu sangat dekat dengannya, sebelum kehadiran Eunhyuk yang menjadi teman barunya. Yoora kecil yang ingin mendapat perhatian Eunhyuk, berusaha menggunakan cara apapun agar Eunhyuk meliriknya, namun hasilnya nihil. Maka dari itu, Yoora sangat membenci Rae Hwa meskipun sejujurnya Rae Hwa tidak membenci gadis itu... hanya saja, dia paham akan posisi gadis itu.

Itulah penyebabnya kenapa dia selalu diam saat disiksa oleh Yoora, dia bisa saja melawan. Hanya saja... mengingat masa kecilnya Yoora membuatnya selalu mengurungkan niatnya itu.

“Oh ayolah.... kenapa kau harus selalu bersikap seperti itu, eoh?!” sentak seorang gadis membuat Rae Hwa membuka matanya dan menatap gadis itu. Ahh~ gadis yang baru saja di pikirkannya, pasti dia sedang mengunjungi makam kedua orang tuannya. Pasti! Karena melihat penampilannya saat ini dan..... membawa sebuket bunga.

Rae Hwa tersenyum, “Kau rindu orang tuamu?”. Gadis itu mendengus pelan lalu berjalan mendekati dua buah makam yang tepat berada disebelah makam kedua orang tua Rae Hwa. Gadis itu berdoa, cukup lama. Dan Rae Hwa masih memperhatikan gadis itu. “Berhentilah menatapku seperti itu, hwanie~ah.” Ujarnya masih dengan mata terpejam.

“Kau belum menjawab pertanyaanku.” Gadis itu membuka matanya menatap Rae Hwa malas. “Oh, ayolah~ kita bukan anak kecil lagi yang jika diberi pertanyaan harus dijawab bukan? Apakah dengan sikapku barusan tidak termasuk dengan jawaban?”

Rae Hwa terkekeh pelan, “Arraso.. kau benar-benar tidak berubah Kim Yoora.” Gadis itu, Kim Yoora, hanya mendengus pelan mendengar kekehan sahabat kecilnya. Sahabat? Bisakah dirinya disebut sahabat Rae Hwa setelah semua penyiksaan itu?.

“Gwaenchana?” tanya  Rae Hwa sambil memegang pundak Yoora pelan. Yoora menatap wajah Rae Hwa dan matanya melirik ke arah jari tengah Rae Hwa yang masih digips. “Mianhae... ak... aku... saat itu... benar-benar...” gadis itu terisak. Dengan cepat Rae Hwa memeluk gadis itu dan menepuk pundakknya pelan. Dia tau, alasan gadis itu bersikap demikian. Bukankah sudah ku beritahu sebelumnya bahwa Yoora adalah anak yang semua keinginannya selalu ingin terpenuhi?.

Yoora semakin terisak dalam pelukan Rae Hwa, seandainya sikap egois dan kekanak-kanakkannya itu bisa saja hilang. Dia tidak akan melakukan hal itu pada Rae Hwa, dia.. dia hanya iri dengan sikap kuat dan tegar yang selalu ada pada diri Rae Hwa. Dia iri karena dia tidak bisa seperti itu, dia selalu terbayang akan pengorbanan kedua orang tuanya. “Uljimma...” ucap Rae Hwa lirih.

Angin berhembus menerbangkan anak-anak rambut dari kedua gadis itu, tanpa mereka sadari sepasang mata sedang menatap kejadian yang membuatnya tersenyum miris. Seseorang yang juga tau, bahkan menjadi saksi bagi kehidupan kedua gadis itu. Sebelum dia pergi meninggalkan mereka berdua.

Pemilik sepasang mata tersebut kembali menggunakan kaca mata hitamnya dan kembali ke dalam mobil Audy A5 miliknya dan melajukan mobilnya meninggalkan area pemakaman tersebut.

-oOo-

Chanyeol POV
Saat ini kampus sedang diiburkan karena suatu acara, karena aku bosan dirumah maka aku lebih memilih bermain dirumah Rae Hwa. Tapi kali ini, aku membawa keempat sahabatku yang sejak kemarin terus membujukku untuk mengajak mereka ke rumah Rae Hwa.

Setibanya dirumah Rae Hwa, aku langsung memencet bel. Tidak lama kemudian, pintu utama rumah tersebut terbuka oleh seorang yeoja cantik.

“Yeollie~ah, tidak biasanya kau memencet bel. Aku pikir ada tamu penting berkunjug,” ujarnya

“Hehe... mianhae, aku tidak bermaksud seperti itu noona. Hanya saja... kali ini aku membawa teman-temanku,” sahutku sambil menunjuk beberapa orang yang langsung menunjukkan wujudnya dari belakang tubuhku.

“Annyeong haseyo...” sapa mereka serempak. Nari noona tersenyum lalu mempersilahkan kami masuk.

Ku langkahkan kakiku menuju dapur dan memeluk Park ahjumma erat. “Omo! Ya! Yeollie~ah, kau membuat ahjumma ini nyaris mati.” Serunya terkejut. Aku terkekeh pelan lalu melepaskan pelukanku. Dia berbalik lalu menatapku, “Kemana saja kau selama ini, hemmm? Kalian berdua selalu sibuk dengan perjalanan wisata sampai-sampai lupa mengabari kami.” Aku menoleh menatap keempat sahabatku mencoba mengalihkan perhatian Park ahjumma.


“Aigoo... apa mereka temanmu? Ah~ kalian juga pasti adalah temannya nona, benar bukan?” keempat kepala tersebut tersenyum dan mengangguk sopan setelah memberi salam. “Ahjumma... aku lapar,” rengekku. Park ahjumma tersenyum simpul lalu mendorongku menuju meja makan, “Sebentar lagi makan siang akan siap. Kalian santai saja disini ne?” ujarnya sambil tersenyum ramah.

“Ne, ahjumma. Kamsahamnida..” ucap mereka serempak.

“Ahjumma...” panggil Dio

“Ne?”

“Bolehkah aku membantu?.” Park ahjumma tersenyum lalu mengangguk dan kembali melanjutkan langkahnya menuju dapur bersama Dio.

Mataku menatap ekspresi wajah ketiga sahabatku yang sedang asyik melihat interior rumah keluarga Kang. Karena aku sudah terbiasa melihat hal-hal seperti ini, maka aku sudah tidak heran. Lain halnya dengan ketiga sahabatku ini, meskipun keluarga mereka mampu namun tetap saja, mungkin mereka belum pernah masuk kedalam rumah seperti ini.

“Oppa... rumah ini, benar-benar awesome.” Ujar Rae Suk kagum. Benar kan, dugaanku.

“Daebak... sebenarnya keluarga Kang itu sekaya apa sih, rumah ini... tiga kali lipat lebih besar dari rumahku.” Seru Hyun Sun dan mendapat tepukan ringan didahinya. “Waeyo?” protes Hyun Sun tidak suka.

“JK group adalah perusahan yang menaungi berbagai industri bisnis yang tersebar diseluruh Korea bahkan dunia. Wajar saja kalau rumah sang pemimpin seperti ini,” sahutku. Hyun Sun mengangguk mengerti.


“Aigoo... sepertinya sedang ada pesta disini,” ucap seorang namja yang tidak lain adalah Donghae hyung. “Annyeong.. kita bertemu lagi. Kalian teman-temannya hwanie bukan?” sapanya ramah lalu berjalan menuju pantry dapur untuk mengambil secangkir kopi yang sudah disediakan beberapa detik sebelum dirinya sampai.

“Hyung... kau kenapa eoh? Sepertinya... kau habis dipukuli?” tanya Baekhyun polos. Aku menatap wajah Donghae hyung yang ternyata memang terdapat luka memar. Donghae hyung hanya tersenyum manis menanggapi pertanyaan Baekhyun.

Aish~ senyuman manis itu membuatku mual. Ku palingkan wajahku menatap Rae Suk yang ternyata sedang menatap Donghae hyung tanpa berkedip. Dengan usilnya aku mengibaskan telapak tanganku dihadapannya hingga dia tergagap.

“Apa dia baru saja terpesona olehku?” tanya Donghae hyung polos. Aku hanya terkikik pelan, sementara Rae Suk menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah.

Donghae hyung mengeluarkan beberapa kertas dan sebuah buku seperti album foto dari dalam tas yang dibawanya. Karena aku bosan, akhirnya aku mengambil album foto tersebut dan membukanya perlahan. Ketiga sahabatku pun ikut melihat album foto tersebut bersama-sama, dan berhenti ketika melihat wajah yang sangat tidak asing bagi kami.

Aku dan ketiga sahabatku langsung menatap Donghae hyung meminta penjelasan. “Waeyo? Dia memang Yoora, apa yang salah?” sahutnya mengerti akan tatapan kami. Seketika itu mata kami kembali melihat sosok yang bersama Rae Hwa. Dia... Yoora... benarkah?!

TBC





You Might Also Like

0 komentar