Daydream [part 5]
Author : Rina Chan
Cast : Lee Hyuk Jae
Kang Rae Hwa
Park Chanyeol
Other cast : Lee Donghae, Cho Kyuhyun, Lee
Sungmin, Do Kyungsoo,
Byun Baekhyun, Kang Rae
Suk (OC), Kang Hyun Sun (OC), etc...
Genre : NC 17, tragedy, romance, chapter
((TYPO bertebaran.. beware!))
======== Happy Raeading ========
Rae Hwa menarik Chanyeol agar dirinya merasa terlindungi, Chanyeol yang
mengerti langsung mendekati Rae Hwa dan memeluknya erat.
Saat ini yang dirasakan oleh semua orang disana adalah tatapan
kebencian yang tertuju pada kedua orang yang menjengkelkan.
Chanyeol dapat merasakan bahwa tubuh yang berada dalam pelukannya
sedang bergetar karena menangis dan ketakutan. Dan dia semakin mengeratkan
pelukannya berusaha menenangkan tubuh yang ketakutan tersebut.
“Sedang apa kau kemari?” tanya seorang namja lain yang sudah tidak
asing bagi Rae Hwa. Rae Hwa melepaskan pelukannya dan menatap namja yang baru
datang dengan tatapan meminta pertolongan. “Lebih baik kau pergi, hyukie~ah.
Kau hanya membuatnya takut saja,” usir namja tersebut yang mengerti akan
tatapan Rae Hwa
Eunhyuk menatap namja tersebut terkejut. “Mwo?! Ya! Sejak kapan kau
mengusir sepupumu sendiri, Lee Donghae?”
Author POV
Kali ini Donghae dan Eunhyuk lah yang menciptakan suasana tidak nyaman
sendiri. Donghae yang diberi tatapan membunuh oleh Eunhyuk hanya menatap balik
Eunhyuk dengan pandangan polosnya.
“Sejak kau mengganggu pasienku, jadi cepatlah pergi bersama mainanmu
itu.” Eunhyuk mendengus kasar dan menarik tangan Yoora pergi.
Donghae mendekati Rae Hwa dan tersenyum ramah. “Apa sekarang kau merasa
baik?” Rae Hwa mengangguk sambil membalas senyuman Donghae. “Aigoo... gadis itu
benar-benar menyiksamu? Ckck...” Donghae menatap kedua tangan Rae Hwa yang
diberi perban prihatin.
“Chogiyo...” panggil Dio. Donghae menoleh menatap keempat kepala yang
saat ini menatapnya heran. “Naneun.. Lee Donghae imninda, bangapseumnida” jawab Donghae cepat mengerti akan
tatapan mereka.
“Apa kau psikiater yang mengobati hwanie? Omo... kau
tampan,” puji Rae Suk kagum sambil menutup mulutnya. Donghae hanya membalas
pujian Rae Suk dengan tersenyum ramah.
“Walaupun tampan sepertinya dia bukan namja yang
baik,” gumam Baekhyun berbisik pada Rae Suk.
“Ya! Apa kau baru saja mengatakan hal buruk
tentangku?” Baekhyun berjengkit ketika mendengar pertanyaan Donghae lalu
menggeleng cepat. Semua yang ada ditempat itu tertawa melihat ekspresi
Baekhyun.
“Bacon~ya, kau harus berhati-hati jika sudah
mengenal Donghae hyung. Dia bisa membaca ekspresimu dengan mudah,” ucap
Chanyeol. Baekhyun menatap Donghae yang balas menatapnya dingin, Baekhyun hanya
bisa tersenyum kikuk.
“Sepertinya kau sudah mempunyai teman-teman yang
sangat menyenangkan, aku senang jika kau sudah mau terbuka.” Ujar Donghae
sambil mengacak rambut Rae Hwa pelan. Rae Hwa hanya menggerutu pelan walau
tidak bisa membenarkan rambutnya yang baru saja diacak-acak oleh Donghae.
Chanyeol POV
Walaupun Rae Hwa sudah sadar, namun dia belum boleh pulang. Dan.. tentu
saja aku selalu menjaganya seperti biasanya. Aku tidak akan membolehkan
siapapun mendekatinya lagi. Sejujurnya aku menyesal, aku selalu berkata akan
melindunginya, namun Yoora masih saja bisa menyentuhnya. Namja macam apa aku
ini yang selalu banyak berkata tapi tidak pernah dibuktikan?!
“Oppa...” aku menoleh menatap Rae Hwa yang mengusap lenganku pelan. “Gwaenchana?”
aku mengangguk. “Gojitmal...”.
Aku mengusap rambutnya pelan. “Ne, Gwaenchana.” Dan itu membuatnya
tersenyum lemah.
“Oppa... aku takut, semakin hari perlakuan Yoora semakin kejam padaku.
Aku... aku ingin kau pergi, oppa” pintanya membuatku menghentikan usapanku.
Tubuhku mematung mendengar permintannya. Lalu aku berdiri dan berdiri
membelakanginya. “Sudah berapa kali aku mengatakan ini, hwanie~ah. Aku tidak
bisa meninggalkanmu, kau itu yeodongsaeng-ku. Dan aku tidak akan membiarkan
adik kesayanganku diperlakukan seperti yeoja itu menyakitimu.” Ujarku tegas.
“Tapi oppa...”
“Percayalah padaku, aku akan melindungimu. Aku sudah berjanji pada Park
ahjumma, Shindong ahjussi, dan Nami noona untuk menjagamu. Dan aku tidak akan
melanggar itu.” Aku memeluknya kembali dengan erat. “Berjanjilah tidak akan
mengeluarkan kalimat seperti itu lagi, arrasso?!” Rae Hwa mengangguk dalam
dekapanku.
Setelah Rae Hwa kembali tenang, aku meninggalkannya karena dokter
menyuruhku untuk membiarkannya istirahat sendirian.
Ku langkahkan kakiku menuju parkiran mobil karena aku akan pulang kerumah
untuk mengambil baju ganti. Sejak Rae Hwa masuk rumah sakit aku lebih sering
menginap dirumah sakit, kedua orang tuaku sedang sibuk dengan bisnis mereka
selama di Eropa dan akan kembali tiga bulan sekali.
Sesampainya aku dirumah, aku langsung dihadang oleh noonaku. Park
Yoora. Meskipun namanya sama dengan yeoja penggoda itu, tapi noonaku berbeda
180 dengan yeoja penggoda tersebut.
“Ya! Kenapa kau baru pulang, eoh?” tanyanya
“Noona, bukankah aku sudah memberitahumu aku menginap
dirumah temanku.”
Yoora noona menyipitkan matanya padaku. “Geure... lalu apa
kau akan menginap lagi untuk menjaga nona Kang?” cibirnya membuatku mematung.
“Ah! Sepertinya tebakanku benar, tenang saja... aku tidak akan
membeberkan nasib yeoja malang itu ke media. Meskipun aku adalah seorang
penyiar berita,” ujarnya membuatku lega dan mulai melangkahkan kakiku menaiki
anak tangga.
“Apa kau menyukainya?” tanyanya menghentikan langkahku. Aku menoleh,
“Aniya!”
“Kalau begitu berarti kau mencintainya..” goda Yoora noona mendekatiku
dan mencubit pipiku sambil berlalu kekamarnya. “Ya! Berhentilah menggodaku..!”
Ku baringkan tubuhku yang letih diranjang kamarku yang nyaman. Jujur
aku merindukan kasurku ini karena selama ini aku hanya tidur di sofa menemani
Rae Hwa. Ahh~
-oOo-
Eunhyuk POV
Bugh...!!
Ku lihat dia hanya meringis pelan menerima pukulanku dan kembali
bangkit. Aku belum puas untuk memukul wajahnya itu, wajah yang selama ini aku
percaya ternyata berbalik menusukku. Ketika aku kembali mendekatinya dan ingin
memukul wajahnya kembali, kedua sahabatku menahan tubuhku.
“Cukup hyukie~ah, sudah cukup!” seru Sungmin sambil menahan tubuhku
yang terus meronta. “Shireo! Aku tidak akan membiarkan orang itu hidup!”
“Tenangkan dirimu, hyung!” kali ini Kyuhyun yang membentakku. Aku
bungkam. Dan mengatur nafasku untuk kembali tenang. “Selesaikan masalah kalian
berdua baik-baik,” saran Kyuhyun membuatku mendengus kasar.
“Hae~ah, sebenarnya apa yang terjadi sehingga hyukie memukulmu.
Setauku.. selama ini meskipun dia marah padamu, dia tidak akan tega memukulmu.”
Ujar Sungmin
Donghae menatapku datar, sedangkan aku memberinya tatapan membunuh.
“Cinta yang membuatnya seperti itu, sarang
sereoun (cinta yang berkesan)” ujarnya sambil menyunggingkan senyuman yang
membuatku muak.
“Apa berhubungan dengan namja itu lagi?” Kyuhyun
menatapku penuh selidik. “Apa kau memukuli Donghae hyung karena kau cemburu
pada namja itu lagi?! Aigoo...” aku memalingkan wajahku dari tatapan Kyuhyun.
“Bukankah kau sudah menyerahkan dirimu pada Yoora?
Lantas kenapa kau masih mau mendekati hwanie?” aku menatap Sungmin tajam ketika
dia menyebut nama gadis itu, seolah berkata.. jangan sebut nama itu lagi atau
kau akan bernasib sama dengan hae.
“Ani! Hwanie tetap milikku, bukankah sudah ku bilang
bahwa aku melakukan hal itu demi melindungi hwanie?!” belaku
“Cih! Hyukie~ah, kau hanya bermulut besar. Lupakah dirimu, bahwa Yoora
masih menyakiti hwanie. Jadi.. caramu itu tidak berhasil bukan? Malah semakin
menyakitinya,” desis Donghae membuatku mematung. Donghae berjalan mendekatiku.
“Terima kasih pukulannya, dan aku tidak akan melupakan ini. Kau yang selalu
tidak bisa berfikir jernih dan selalu dipenuhi emosi saat bertindak tidak cocok
untuk melindunginya, jadi jangan berharap kau bisa mendapatkannya dengan mudah
karena kau sendiri sudah menyakitinya.” Bisik Donghae sebelum dia pergi dari
ruanganku diikuti oleh Kyuhyun dan Sungmin dibelakangnya mengikuti.
Tubuhku jatuh terduduk ke lantai kantorku yang dingin. Perkataan
Donghae barusan benar-benar menusukku, ditambah lagi dengan Kyuhyun dan Sungmin
yang lebih memihak kepadanya.
Bodohnya aku yang selalu mudah tersulut oleh emosi ku sendiri. Arkh!
Ini benar-benar membuatku frustasi!
Setelah puas meratapi kebodohanku, aku langsung kembali kerumah sakit
setelah membersihkan diriku sebelumnya.
Perlahan aku membuka kamar inap Rae Hwa setelah beberapa saat berdiri
mematung selama beberapa menit. Pandangan pertama yang aku tuju adalah wajah
Rae Hwa yang murung sambil memegang kalung pemberianku dan menangis.
“Hwanie~ah...” dia menoleh dan terkejut melihat kedatanganku, melihat
sikapnya yang langsung menarik selimut hingga menutupi setengah wajahnya
sungguh membuatku terpukul.
Kedua tanganku mengepal melihatnya begitu, walaupun aku tau akulah
penyebabnya mengapa dia seperti itu. Ku langkahkan kakiku mendekatinya meskipun
masih menjaga jarak, aku tidak ingin dia kembali lari dariku seperti waktu itu.
“Mannaseo bangawoyo (senang bertemu denganmu),” ucapku mencoba tersenyum
“Pergi...
pergi dari hadapanku.” Ujarnya dengan suara bergetar dan tidak menatapku
“Tapi..” dia
menepis tanganku dengan kasar sebelum menyentuhnya.
Rae Hwa POV
Pikiranku sedang membayangkan perlakuan Yoora yang baru saja ku rasakan
beberapa hari yang lalu, ditambah dengan suara Eunhyuk oppa saat dia
menelfonnya. Ahh~ benar-benar membuatku sesak saja. Bahkan saat aku membuka
mataku kemarin, mereka berdua berada dikamarku.
Saat ini ingin rasanya aku amnesia, melihat Eunhyuk oppa sudah berada
disini lagi. Ck! Benar-benar menyebalkan. Oh Tuhan... ku harap saat ini aku
sedang bermimpi, bangunkan aku dari mimpi buruk ini.
“Hwanie~ah...” lagi! Panggilan dari orang yang sudah membuatku muak,
kembali ku dengar. Oh ayolah...
Akhirnya, setelah beberapa menit berperang dengan pikiran dan hatiku.
Ku putuskan untuk menurunkan selimutku, walaupun tubuhku masih bergetar
ketakutan. “Ne, Eunhyuk~ssi.” Ku lihat tubuhnya mematung karena jawabanku,
memangnya ada yang salah?
“Ka.. kau... sudah tidak memanggilku, ‘hyukie oppa’ lagi?” aku
menaikkan salah satu alisku menatap raut wajah kecewa dari mukanya. “Waeyo? Aku
kira itu hanya panggilan untuk orang yang penting bagimu.”
Dia menundukkan kepalanya lalu mencengkram besi yang ada diranjangku.
“Apa kau berfikir.... kau sudah tidak berharga untukku?” ujarnya lirih. Aku
tertegun mendengar penuturannya. Tanganku terjulur menyentuh bahunya dan
membuatnya mendongakkan kepalanya menatapku.
“Semuanya... tidak seperti yang kau pikirkan, hwanie~ah. Kau.. kau
tetap milikku, yeoja kecilku...” ucapnya parau disusul air mata yang turun dari
sudut kelopak matanya. “Neol
bogosipda haedo dashin bolsu eopgetjyo
(meskipun aku
merindukanmu, namun aku tidak akan pernah bisa melihatmu). Aku tersiksa karena
itu..” tambahnya sambil memegang tanganku yang berada dibahunya erat.
Ku hembuskan nafasku pelan
mencoba menahan rasa sesak yang semakin menjadi namun aku sudah sangsi bahwa
aku tidak akan menangis demi dia. Perlahan aku menarik tanganku yang berada
dibahunya.
“Dangsini byeonhamyeon modeun
geosi byeonhanda (semua berubah ketika kamu berubah), oppa...” ucapku
membuatnya menatapku dengan mata yang masih mengeluarkan air matanya. “Eonjega
uliga dashi hamkke hal geosirago midgo (percayalah suatu saat nanti kita
akan bersama lagi).” Aku menggeleng lemah, “Semua tidak akan sama. Oppa..
tidakkah kau bisa memahami itu?”
Dia bangkit sambil
menatapku tajam, “Apa kau pikir selama ini aku mempermainkanmu?”. Aku
mengangguk, “Disi mannal saenggak oeopseoyo (aku tidak bisa bertemu
denganmu). Jadi ku harap kau bisa mengerti aku, oppa.”
“Geure.. kalau itu mau mu,
perlu kau ingat! Yuilhan sarangeun nareul haengbokhage mandeulsu (hanya
cintamu yang bisa membuatku bahagia). Annyeonghi
gyeseyo.” Katanya sebelum mengecup dahiku cepat sambil berlalu pergi, meninggalkanku
yang menagis karena sudah tidak bisa menahan rasa sesak yang sudah membuncah.
Aku tau... aku
tau.. kau mengorbankan dirimu untuk Yoora demi aku oppa, tapi secara tidak
langsung kau sudah membuatku terluka. Oppa... mianhae....
Air mataku mengalir
membasahi kedua pipiku. Kenapa rasanya sesakit ini? Apa aku menyesal? Apa yang
salah? Kenapa..?!
Tiba-tiba aku merasakan
tubuhku dirangkul oleh seseorang, seseorang yang menggantikan posisi Eunhyuk
oppa menjadi guardian ku. Aku menangis didadanya sambil sesekali memukul pelan
dadanya. Ku rasakan puncak kepalaku dikecupnya sambil sesekali mengusap
kepalaku.
“Menangislah... keluarkan
semuanya hwanie~ah, jangan biarkan itu semua menyiksamu. Aku disini, merasakan
apa yang sedang kau rasakan. Bersamamu.” Aku hanya bisa menangis ketika
mendengarkan kata-katanya.
-oOo-
Author POV
Saat ini, Rae Hwa sedang
memandangi makam kedua orang tuanya. Lagi. Ini sudah kesekian kalinya dia
sering kemari hanya untuk menceritakan keadaannya, dan penyiksaanya yang
didapat oleh Yoora. Sesaat dia terdiam menikmati angin semilir yang menerpa
wajahnya dengan halus dan lembut membuatnya terbuai hingga dia memejamkan
matanya, menikmati.
Saat ini yang
dipikirkannya adalah kenapa sikap Yoora semakin menjadi setiap harinya. Karena
yang dia tau, Yoora bukanlah gadis yang seperti itu.
Ya! Yoora dan Rae Hwa
sudah saling kenal sejak mereka bayi, karena orang tua mereka dulu adalah
tetangga sekaligus sahabat yang sangat dekat, begitupun anak mereka. Entah
seperti apa kejadian persisnya, yang Rae Hwa tau adalah keluarga Kim mengalami
kecelakaan, ketigannya kritis.
Dokter memperkirakan hanya
Yoora yang bisa selamat walaupun dia akan mengalami cacat karena matanya buta
dan organ hatinya mengalami sedikit kerusakan. Saat itu, orang tuanya rela
mendonorkan mata dan hati mereka untuk anak tunggal mereka tersebut meski
mereka berdua yang akan meninggal karena itu.
Setelah kejadian itu,
Yoora bisa kembali normal meski dia menjadi sangat pendiam dan lebih tertutup
dari sebelumnya. Dia adalah anak yang dimanja oleh orang tuannya sejak kecil
dan apapun yang dimintanya selalu dituruti, namun saat ini... dia tidak bisa
seperti itu lagi.
Rae Hwa kecil saat itu
sangat dekat dengannya, sebelum kehadiran Eunhyuk yang menjadi teman barunya.
Yoora kecil yang ingin mendapat perhatian Eunhyuk, berusaha menggunakan cara
apapun agar Eunhyuk meliriknya, namun hasilnya nihil. Maka dari itu, Yoora
sangat membenci Rae Hwa meskipun sejujurnya Rae Hwa tidak membenci gadis itu...
hanya saja, dia paham akan posisi gadis itu.
Itulah penyebabnya kenapa
dia selalu diam saat disiksa oleh Yoora, dia bisa saja melawan. Hanya saja...
mengingat masa kecilnya Yoora membuatnya selalu mengurungkan niatnya itu.
“Oh ayolah.... kenapa kau
harus selalu bersikap seperti itu, eoh?!” sentak seorang gadis membuat Rae Hwa
membuka matanya dan menatap gadis itu. Ahh~ gadis yang baru saja di
pikirkannya, pasti dia sedang mengunjungi makam kedua orang tuannya. Pasti!
Karena melihat penampilannya saat ini dan..... membawa sebuket bunga.
Rae Hwa tersenyum, “Kau
rindu orang tuamu?”. Gadis itu mendengus pelan lalu berjalan mendekati dua buah
makam yang tepat berada disebelah makam kedua orang tua Rae Hwa. Gadis itu
berdoa, cukup lama. Dan Rae Hwa masih memperhatikan gadis itu. “Berhentilah
menatapku seperti itu, hwanie~ah.” Ujarnya masih dengan mata terpejam.
“Kau belum menjawab pertanyaanku.”
Gadis itu membuka matanya menatap Rae Hwa malas. “Oh, ayolah~ kita bukan anak
kecil lagi yang jika diberi pertanyaan harus dijawab bukan? Apakah dengan
sikapku barusan tidak termasuk dengan jawaban?”
Rae Hwa terkekeh pelan,
“Arraso.. kau benar-benar tidak berubah Kim Yoora.” Gadis itu, Kim Yoora, hanya
mendengus pelan mendengar kekehan sahabat kecilnya. Sahabat? Bisakah dirinya
disebut sahabat Rae Hwa setelah semua penyiksaan itu?.
“Gwaenchana?” tanya Rae Hwa sambil memegang pundak Yoora pelan.
Yoora menatap wajah Rae Hwa dan matanya melirik ke arah jari tengah Rae Hwa
yang masih digips. “Mianhae... ak... aku... saat itu... benar-benar...” gadis
itu terisak. Dengan cepat Rae Hwa memeluk gadis itu dan menepuk pundakknya
pelan. Dia tau, alasan gadis itu bersikap demikian. Bukankah sudah ku beritahu
sebelumnya bahwa Yoora adalah anak yang semua keinginannya selalu ingin
terpenuhi?.
Yoora semakin terisak
dalam pelukan Rae Hwa, seandainya sikap egois dan kekanak-kanakkannya itu bisa
saja hilang. Dia tidak akan melakukan hal itu pada Rae Hwa, dia.. dia hanya iri
dengan sikap kuat dan tegar yang selalu ada pada diri Rae Hwa. Dia iri karena
dia tidak bisa seperti itu, dia selalu terbayang akan pengorbanan kedua orang
tuanya. “Uljimma...” ucap Rae Hwa lirih.
Angin berhembus
menerbangkan anak-anak rambut dari kedua gadis itu, tanpa mereka sadari
sepasang mata sedang menatap kejadian yang membuatnya tersenyum miris.
Seseorang yang juga tau, bahkan menjadi saksi bagi kehidupan kedua gadis itu.
Sebelum dia pergi meninggalkan mereka berdua.
Pemilik sepasang mata
tersebut kembali menggunakan kaca mata hitamnya dan kembali ke dalam mobil Audy
A5 miliknya dan melajukan mobilnya meninggalkan area pemakaman tersebut.
-oOo-
Chanyeol POV
Saat ini kampus sedang
diiburkan karena suatu acara, karena aku bosan dirumah maka aku lebih memilih
bermain dirumah Rae Hwa. Tapi kali ini, aku membawa keempat sahabatku yang
sejak kemarin terus membujukku untuk mengajak mereka ke rumah Rae Hwa.
Setibanya dirumah Rae Hwa,
aku langsung memencet bel. Tidak lama kemudian, pintu utama rumah tersebut
terbuka oleh seorang yeoja cantik.
“Yeollie~ah, tidak
biasanya kau memencet bel. Aku pikir ada tamu penting berkunjug,” ujarnya
“Hehe... mianhae, aku
tidak bermaksud seperti itu noona. Hanya saja... kali ini aku membawa
teman-temanku,” sahutku sambil menunjuk beberapa orang yang langsung
menunjukkan wujudnya dari belakang tubuhku.
“Annyeong haseyo...” sapa
mereka serempak. Nari noona tersenyum lalu mempersilahkan kami masuk.
Ku langkahkan kakiku
menuju dapur dan memeluk Park ahjumma erat. “Omo! Ya! Yeollie~ah, kau membuat
ahjumma ini nyaris mati.” Serunya terkejut. Aku terkekeh pelan lalu melepaskan
pelukanku. Dia berbalik lalu menatapku, “Kemana saja kau selama ini, hemmm? Kalian
berdua selalu sibuk dengan perjalanan wisata sampai-sampai lupa mengabari
kami.” Aku menoleh menatap keempat sahabatku mencoba mengalihkan perhatian Park
ahjumma.
“Aigoo... apa mereka
temanmu? Ah~ kalian juga pasti adalah temannya nona, benar bukan?” keempat
kepala tersebut tersenyum dan mengangguk sopan setelah memberi salam.
“Ahjumma... aku lapar,” rengekku. Park ahjumma tersenyum simpul lalu
mendorongku menuju meja makan, “Sebentar lagi makan siang akan siap. Kalian
santai saja disini ne?” ujarnya sambil tersenyum ramah.
“Ne, ahjumma.
Kamsahamnida..” ucap mereka serempak.
“Ahjumma...” panggil Dio
“Ne?”
“Bolehkah aku membantu?.”
Park ahjumma tersenyum lalu mengangguk dan kembali melanjutkan langkahnya
menuju dapur bersama Dio.
Mataku menatap ekspresi
wajah ketiga sahabatku yang sedang asyik melihat interior rumah keluarga Kang.
Karena aku sudah terbiasa melihat hal-hal seperti ini, maka aku sudah tidak
heran. Lain halnya dengan ketiga sahabatku ini, meskipun keluarga mereka mampu
namun tetap saja, mungkin mereka belum pernah masuk kedalam rumah seperti ini.
“Oppa... rumah ini,
benar-benar awesome.” Ujar Rae Suk kagum. Benar kan, dugaanku.
“Daebak... sebenarnya
keluarga Kang itu sekaya apa sih, rumah ini... tiga kali lipat lebih besar dari
rumahku.” Seru Hyun Sun dan mendapat tepukan ringan didahinya. “Waeyo?” protes
Hyun Sun tidak suka.
“JK group adalah perusahan
yang menaungi berbagai industri bisnis yang tersebar diseluruh Korea bahkan
dunia. Wajar saja kalau rumah sang pemimpin seperti ini,” sahutku. Hyun Sun
mengangguk mengerti.
“Aigoo... sepertinya
sedang ada pesta disini,” ucap seorang namja yang tidak lain adalah Donghae
hyung. “Annyeong.. kita bertemu lagi. Kalian teman-temannya hwanie bukan?”
sapanya ramah lalu berjalan menuju pantry dapur untuk mengambil secangkir kopi
yang sudah disediakan beberapa detik sebelum dirinya sampai.
“Hyung... kau kenapa eoh?
Sepertinya... kau habis dipukuli?” tanya Baekhyun polos. Aku menatap wajah
Donghae hyung yang ternyata memang terdapat luka memar. Donghae hyung hanya
tersenyum manis menanggapi pertanyaan Baekhyun.
Aish~ senyuman manis itu
membuatku mual. Ku palingkan wajahku menatap Rae Suk yang ternyata sedang
menatap Donghae hyung tanpa berkedip. Dengan usilnya aku mengibaskan telapak
tanganku dihadapannya hingga dia tergagap.
“Apa dia baru saja
terpesona olehku?” tanya Donghae hyung polos. Aku hanya terkikik pelan,
sementara Rae Suk menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah.
Donghae hyung mengeluarkan
beberapa kertas dan sebuah buku seperti album foto dari dalam tas yang
dibawanya. Karena aku bosan, akhirnya aku mengambil album foto tersebut dan
membukanya perlahan. Ketiga sahabatku pun ikut melihat album foto tersebut
bersama-sama, dan berhenti ketika melihat wajah yang sangat tidak asing bagi
kami.
Aku dan ketiga sahabatku
langsung menatap Donghae hyung meminta penjelasan. “Waeyo? Dia memang Yoora,
apa yang salah?” sahutnya mengerti akan tatapan kami. Seketika itu mata kami
kembali melihat sosok yang bersama Rae Hwa. Dia... Yoora... benarkah?!
TBC
0 komentar