Be you’re hero (sequel daydream [part 4])
Author : Rina Chan
Cast : Lee Hyuk Jae
Kang Rae Hwa (OC)
Park Chanyeol
Other cast : Lee Donghae, Cho Kyuhyun, Lee
Sungmin, Kim Yoora, Do kyungsoo
Byun Baekhyun, Kang Rae Suk
(OC), Kang Hyun Sun (OC), etc....
>>>> Typo bertebaran
<<<<
⊳ just RCL-nya, ⊲
======== Happy Reading ========
“_____aku harap kau tetaplah seperti itu, hanya aku yang ada didalam
kedua matamu. Karena aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi._____” (EXO – growl)
Rae Hwa memasukkan mobilnya memasuki pelataran sebuah rumah megah milik
seorang gadis yang saat ini sedang tertidur disampingnya. Setelah menumpahkan
semuanya dalam tangisan dan pelukan Rae Hwa, akhirnya gadis itu jatuh tertidur.
Menurut info yang didapatnya, gadis itu baru saja keluar dari penjara dua
minggu yang lalu.
“Ada yang bisa saya bantu nona?” tanya seorang satpam yang datang
menghampiri mobil Rae Hwa. Rae Hwa menoleh dan tersenyum ramah pada satpam
tersebut, “Annyeong Song ahjussi.” Sapanya.
Pria setengah baya itu tertegun sejenak menatap wajah yang baru saja
menyapanya, merasa tidak asing dengan si pemilik suara yang baru saja
menyapanya lalu kembali teringat dengan sosok gadis kecil yang selalu bersama
saat majikannya kecil. “Nona Kang?” tanya ahjussi itu memastikan. Rae Hwa
mengangguk sambil tersenyum.
“Ya tuhan... kemana saja kau selama ini? Kenapa kau tidak pernah
kemari, tidakkah kau tau kami merindukanmu?” tanyanya dengan wajah berbinar.
Rae Hwa tersenyum miris ketika mendapat pertanyaan dari Song ahjussi,
pertanyaan itu memang biasa saja hanya saja terasa sangat menyakitkan bagi Rae
Hwa.
“Ahjussi, bisa kau bantu Yoora untuk ke kamarnya? Karena aku harus
kembali bekerja,” ucap Rae Hwa sambil menunjuk Yoora yang sedang tertidur
dikursi penumpang. Song ahjussi yang mengerti, langsung mengeluarkan Yoora dari
mobil Rae Hwa dan membawanya masuk. Dengan cepat, Rae Hwa memutar balik
kemudinya dan melajukan mobilnya meninggalkan rumah tersebut.
Chanyeol POV
Mataku masih asyik memeriksa setiap lensa kamera yang baru saja ku
bersihkan dengan sebuah cairan pembersih khusus untuk kamera. Sesekali memotret
halaman belakang rumahku yang luas seperti padang bunga, walaupun mayoritas
dihiasi oleh bunga-bunga liar yang mempesona.
Senyumku mengembang, mengingat beberapa hari lagi aku akan meresmikan
gedung pameran milikku yang berisi berbagai foto yang ku dapatkan dari berbagai
belahan dunia. Apa kalian tau apa pekerjaanku? Kalian tidak tau?.
Setelah lulus dengan nilai yang membanggakan bisa dibilang aku cumlaude.
Hehe... maaf, aku tidak berniat sombong atau pamer. Aku mengembangkan hobi
memotretku sejak SMP, dan beginilah jadinya.... aku menjadi fotografer terkenal
untuk kategori view/landscape (pemandangan). Kenapa aku lebih memilih
untuk mengabadikan berbagai pemandangan dari pada model atau yang lain?, karena
menurut aku pemandangan adalah suatu hal yang sangat indah melebihi apapun.
Setiap akan memotret suatu pemandangan, hal yang ku lakukan adalah
merentangkan tanganku dan menghirup udara disekitarnya. Berusaha bagaimana aku
menyatu dengan alam supaya bisa menghasilkan gambar yang baik. Disatu sisi, aku
juga menyalurkan hobi ku yang lain yaitu menjadi traveller.
“Apa dia akan datang?” tanya Dio yang sudah duduk dihadapanku sambil
mengambil salah satu lensaku dan memperhatikannya.
“Molla..” jawabku singkat sambil memilih beberapa gambar yang baru saja
ku ambil di kameraku.
“Kalau dia tidak datang, maka biar kami yang menjemputnya!” ucap Rae
Suk bersemangat lalu duduk disampingku. Aku tersenyum mendengar ucapannya yang
penuh semangat, dia tidak berubah.
“Kami? Shireo! Aku tidak ikut,” protes Baekhyun yang juga sudah duduk
di samping Rae Suk.
“Memangnya sejak kapan oppa pernah mau ikut, Rae Suk hanya mengajakku
saja” sahut Hyun Sun sambil menarik bangku lagi dan duduk diantara aku dan
Baekhyun. Baekhyun mencibir dan menirukan ucapan Hyun Sun sambil
membentuk-bentuk bibirnya, dan itu sukses membuat Hyun Sun gemas hingga dia
memberikan sebuah cubitan keras dipipi Baekhyun.
“Sudahlah... kalian bertiga ini benar-benar tidak berubah, kenapa
setiap bertemu kalian bertiga selalu berdebat karena suatu hal kecil.” Decak
Dio sebal sambil meletakkan kembali meletakkan lensa yang dipegangnya.
“Wae? Kau cemburu, eoh?” balas Baekhyun
“Mwo?!”
Aku hanya menatap mereka yang kembali berdebat. Aigoo... mereka
benar-benar tidak berubah. Dan itu membuatku senang.
Mereka juga sudah memiliki pekerjaan masing-masing. Hyun Sun merangkap
sebagai pembuat lagu untuk beberapa orchestra terkenal di Korea. Dio menjadi
seorang pelatih vokal yang terkenal, maka dari itu tidak sembarang orang bisa
menyewanya. Baekhyun menjabat menjadi seorang manager di bagian pemasaran. Rae
Suk, dia sedang mengembangkan cafe dan beberapa restoran milikknya. Satu
catatan kecil, bisnis yang Rae Suk kerjakan dibantu oleh Donghae hyung tanpa
Rae Suk ketahui.
Pikiranku tiba-tiba melayang memikirkan sosok yang saat ini sudah
menjadi milikku, walaupun masih menjadi yeojachingu tapi tak apa. Aku bahagia.
“Ahh.... aku merindukan saat-saat bersama kalian seperti ini,” ucapku
sambil menatap wajah mereka satu persatu. Lalu tersenyum ketika wajah mereka
pun mengangguk setuju.
“Hyun Sun~ah, kapan kau akan menikah dengan seorang composser musik
terkenal bernama... Kim... Kim siapa?” tanyaku pada Hyun Sun
“Kim Ryeowook, oppa. Molla... saat ini dia sedang berada di Jerman,
jadi untuk sementara kami sibuk dengan pekerjaan kami masing-masing.” Jawab
Hyun Sun membuatku mengangguk paham
“Ckckck.... miris sekali kisah percintaanmu,” cibir Baekhyun yang
sukses mendapat sebuah jitakan dari Hyun Sun.
Hahh~ mereka mulai lagi deh!
Author POV
Rae Hwa berjalan menyusuri koridor yang beberapa diantaranya berisi
karyawan yang sedang bekerja. Tidak sedikit dari mereka saling bertegur sapa
dengannya, karena meskipun Rae Hwa adalah pewaris utama dia tetap tidak membuat
jarak dengan para karyawan dan hal itulah yang membuatnya bisa dekat dengan mereka.
Dia membuka kedua pintu yang berada diruangan utama secara bersamaan.
Kakinya langsung melangkah menuju sebuah kulkas kecil yang berada disudut
ruangan tersebut tanpa memperdulikan empat pasang mata yang tengah melihat
tingkahnya.
“Kau kebiasaan sekali nona Kang” sindir salah satu dari mereka yang
sedang duduk dikursi kebesarannya. Tanpa memperdulikan sindirian tersebut dia
berjalan menuju salah satu sofa dan dengan santainya duduk dihadapan tamu yang
sudah berada dihadapannya kini.
“Annyeong tuan Lee Hyuk Jae, ada perlu apa kau kemari?” tanya Rae Hwa
datar.
“Hae~ya, sepertinya terapi mu berhasil membuat gadisku berubah. Menjadi
lebih dingin dari sebelumnya,” ucap Eunhyuk –tamu tersebut- sambil menatap ke
arah Donghae tidak memperdulikan pertanyaan Rae Hwa.
Donghae terkekeh pelan lalu menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi
tersebut. “Kau masih menganggap dia masih menjadi milikmu, hyukie~ah? Ckck....
sampai kapan kau akan sadar, bahwa gadismu bukan gadismu.”
Eunhyuk tertawa miris mendengar perkataan Donghae, ya! Dia tau bahwa
yang dikatakan sepupunya benar 85%. Tapi, selama mereka berdua belum bersatu
secara hukum.... dia masih punya kesempatan kan, untuk merebut kembali
gadisnya? Pikir Eunhyuk.
Donghae berdiri dan ikut bergabung dengan kedua orang yang saat ini
sudah sibuk dengan pikiran masing-masing. Dia pun memandang Eunhyuk dan Rae Hwa
bergantian.
“Aku ingin kau menikah denganku,” sahut Eunhyuk cepat dan membuat tawa
Rae Hwa meledak. “Aku tidak bisa,” balas Rae Hwa setelah tawanya reda dan
kembali memasang wajah datarnya.
“Wae? Apa karena namja yang bermarga park itu sudah merasukimu?”
“Anni, yeollie oppa.... dia bukan sekedar merasukiku. Dia sudah
berhasil membuatku melepasmu dan....” Rae Hwa menggantung kata-katanya kemudian
terdiam sesaat. Dia teringat kembali tentang Yoora yang menangis saat
dipemakaman.
“Lagipula ada orang lain yang lebih membutuhkanmu, oppa.” Lanjut Rae
Hwa tegas
“Jika orang lain yang kau maksud adalah Yoora, maka aku tidak akan mau.”
Balas Eunhyuk cepat
Rae Hwa mendesah pelan, lalu memijat keningnya perlahan. Berusaha agar
tidak terbawa emosi yang saat ini ingin dia luapkan kepada orang yang saat ini
berada dihadapannya.
-oOo-
Eunhyuk POV
Setibanya diapartement, aku langsung menghancurkan segala benda yang
bisa ku jangkau dan yang ku lewati. Kesal... benci... sedih... semuanya menjadi
satu. Aku benar-benar tidak menyangka bahwa perjuanganku selama ini tetap tidak
berguna. Bahkan dia menolakku lagi!
“Yoora sangat menyukai oppa, jadi aku akan melepaskan oppa.
Lagipula.... aku sudah terlalu menyakiti dia. Satu hal yang tidak oppa tau,
alasan kenapa Yoora selalu menyerangku adalah supaya aku tidak melupakannya
sejak kita berteman. Dan... itu berhasil, namun ternyata dampak dari sikapnya
malah semakin menjadi...”
Aku menggerang sambil melemparkan beberapa guci yang menjadi penghias
disudut apartementku, menginjak pecahannya dengan kasar dengan sepatuku.
Berusaha meluapkan segalanya yang dia katakan.
“Kenapa kau tidak melihatku Kang Rae Hwa?!” erangku frustasi
Waktu menunjukkan pukul 21.30 KST, pemandangan pertama yang didapat
oleh Sungmin dan Kyuhyun yang saat itu berkunjung ke apartementku adalah
benda-benda yang sudah tidak berbentuk lagi.
Ku langkahkan kakiku menuju ruang tamu setelah mengambil tiga kaleng
bir yang dari kulkas. Setelah meletakkan minuman diatas meja, ku dudukkan
pantatku sambil menyilangkan kakiku.
“Ya! Micheosseo?!
Apa yang kau lakukan sehingga membuat apartementmu seperti ini?!” sentak
Sungmin sambil mencengkram kerah bajuku.
“Hyung, aku tau saat ini
kau sangat terpuruk. Tapi tidakkah kau sekali saja menggunakan akal sehatmu,
eoh?” ucap Kyuhyun sambil menatapku tajam.
“Akal sehat? Apa aku masih
bisa menggunakan akal sehatku jika saat ini gadisku direbut oleh orang lain,
HAH?!” bentakku sambil melepaskan cengkraman Sungmin dan berlalu menuju
kamarku, lalu membanting pintu itu dengan sekali tendangan.
Didalam kamar yang
keadaannya tidak jauh berbeda dengan keadaan apartementku, aku berjalan
mendekati meja rias dan menatap kedalam kaca yang saat ini sudah pecah.
Tidakkah kalian berfikir bahwa Rae Hwa sangat berpengaruh bagiku?
“Aku ingin Yoora mendapatkan
oppa, aku tau oppa adalah pria yang baik. Aku... aku sudah merasakannya, dan
sekarang aku ingin oppa melakukan hal yang sama pada Yoora saat aku terpuruk.
Aku mohon, oppa.”
Lagi... aku teringat
tentang perkataanya yang memohon aku untuk membuka hatiku untuk Yoora. Tidakkah
dia berfikir, bahwa hati tidak bisa dipaksakan?!
“Oppa bisa mencobanya,
kalau oppa tidak mencobanya... oppa tidak akan bisa. Yoora yang sekarang sangat
rapuh oppa, dia butuh seseorang.”
Cukup! Ini benar-benar
menyiksaku, sepertinya aku harus pergi dari negri ini untuk sementara waktu.
Langkahku langsung menuju
lemari besar dan menarik sebuah koper lalu memasukkan beberapa bajuku asal.
Keputusanku sudah bulat, mungkin aku akan mempertimbangkan permohonan gadisku
nanti.
-oOo-
Rae Hwa POV
Ku langkahkan kakiku
dengan berat menuju kesebuah gedung yang akan diresmikan menajadi sebuah galeri
foto milik salah satu fotografer terkenal. Sejak berangkat dari apartement
tadi, aku tidak pernah memperdulikan perkataan Donghae oppa. Bagaimana tidak?
Tubuhku yang sedang asyik-asyiknya berbaring untuk menikmati akhir pekan
terganggu karena dengan seenaknya dia menarik paksa aku untuk ketempat ini.
“Ya! Kenapa berhenti?”
protesku saat tiba-tiba Donghae oppa menghentikan langkahnya dan itu nyaris membuatku
terjatuh.
“Aku tidak ingin membawa
kau kedalam, sebelum kau merubah raut wajahmu itu.” Titahnya sambil menatap
lurus kedepan
“Kalau begitu, kita pulang
saja!” seruku senang.
“Shireo!” aku memekik
tertahan saat tanganku digenggamnya dengan keras.
“Oppa... appo!” dia
melepaskan genggamannya dan memegang kedua bahuku dengan lembut. “Bisakah kau
bersikap manis malam ini, heum?” pintanya dengan tatapan memohon. Oh... tidak
lagi, jangan keluarkan tatapan seperti itu karena sudah pasti aku tidak akan
bisa menolaknya.
Dia tersenyum penuh
kemenangan setelah aku mengangguk lemah, lalu kembali berjalan sambil tanganku
yang berada dilengannya.
Kesan pertama memasuki
gedung ini adalah.... charming. Yap! Desain yang terkesan natural, memancarkan
kesan charming dan keren. Apakah fotografer tersebut masih muda? Seperti apa
dia?. Ahh... ayolah! Kenapa kau malah peduli pada siapa fotografer itu, Kang
Rae Hwa.
Ternyata gedung yang
dimasuki olehku sangat menarik, benar-benar menarik. Sejak pertama turun dari
mobil dan berjalan melangkah kemari, ku pikir gedung ini terlihat kecil. Tapi,
begitu masuk ada begitu banyak ruangan besar disini termasuk sebuah ballroome
yang sangat luas yang saat ini sudah ku masuki.
“Wahh.. kau datang,
hwanie?” tanya Rae Suk sambil melangkah kecil ke arahku dan merangkul lenganku
erat. Aku sempat tersentak karena sikap Rae Suk, karena sejujurnya aku masih
kagum dengan desain gedung ini yang benar-benar terkesan charming.
“Apa kau sedang mengagumi
gedung ini?” tebak Dio oppa membuatku terkejut. Aku tersenyum kikuk membalas
tebakkannya.
“Assa! Kau pasti penasaran
siapa fotografer yang memiliki gedung ini,” sahut Baekhyun oppa membuatku mengangguk.
Semua orang disana tersenyum simpul melihat tingkahku yang seperti orang bodoh.
“Emm... kau pasti akan
bertemu dengan si pemilik gedung ini secepatnya,” ucap Donghae oppa sambil
memberikan ku segelas wine. Ku teguk wine tersebut setelah berterima kasih
kepadanya. Ketika sedang asyik menyesap wine favoriteku, tiba-tiba semua lampu
di ballroom mati dan hanya menyisakan lampu yang berada dipanggung.
“Uhukk...!” tiba-tiba aku
tersedak ketika melihat seseorang yang sangat ku rindukan sudah berada diatas
panggung. Dia tersenyum kearah meja tempat kami duduk.
“Kedipkan matamu,
hwanie~ah..” bisik Donghae oppa menggodaku yang memang masih terkejut.
“Kau mau kemana,
hwanie~ah? Acaranya baru dimulai,” aku tersenyum dan menjawab akan mencari
udara segar. Mereka semua paham dan mengizinkanku untuk pergi, walaupun aku tau
acara pembukaannya memang baru saja mulai.
Author POV
Rae Hwa memijat betisnya
yang sedikit terasa nyeri karena terlalu lama menggunakan heels. Meskipun dia
seorang sekertaris, tapi dia selalu menggunakan flat shoes selama bekerja.
Terkutuklah dia saat itu yang bersedia menggunakan heels karena dimarahi oleh
Donghae.
“Ini acara formal,
hwanie~ah. Tidakkah kau paham, kau harus tampil sempurna supaya kau tidak
mempermalukanku.”
“Sial! Kenapa dia bisa
mengancamku?!” ujarnya masih dengan memijat betis yang semakin nyeri. “Hahh....
eotto’ke?! Sakit sekali,” decaknya frustasi.
Tiba-tiba sebuah tangan
terulur dan memijat betis Rae Hwa secara lembut. Dia yang semula menunduk pun
akhirnya mendongak dan langsung menarik kakinya yang sedang dipijat oleh orang
tersebut.
“Ya! Kenapa malah
menariknya, eoh? Aku tau... kau tidak pernah bisa menggunakan sepatu terkutuk
seperti ini. Kenapa kau bisa menggunakannya?” ucap orang tersebut sambil
mengacungkan sepatu hingheels yang dipakai oleh Rae Hwa.
“Donghae oppa memaksaku,”
jawab Rae Hwa tanpa melihat kearah orang tersebut.
Merasa diacuhkan, orang
tersebut pun duduk disamping Rae Hwa dan menarik pingganya mendekat. Tubuh Rae
Hwa seketika itu membeku ketika dia merasakan tangan milik orang tersebut sudah
merangkul dipinggangnya dan meletakkan kepalanya dibahu kanan Rae Hwa.
“Hwanie~ah, neomu
bogoshipo.” Ucap orang tersebut. Namun Rae Hwa sama sekali tidak memberi respon
karena dia masih syok dengan sikap orang tersebut.
Orang tersebut menolehkan
kepala Rae Hwa supaya mereka saling bertatapan, “Apa kau tidak merindukanku?”
tanyanya
Wajah Rae Hwa bersemu
merah ketika ditatap intens oleh orang tersebut, “Oppa... jangan menatapku
seperti itu. Tidakkah kau tau, bahwa tanganmu saja sudah membuatku gugup dan
membeku?” Chanyeol –orang itu- tertawa melihat penuturan gadisnya itu dan
refleks melepaskan rangkulannya. Dia mengacak poni gadisnya pelan, lalu
mengecup puncak kepalanya sayang.
“Ya! Berhentilah tertawa,
itu tidak lucu. Park Chanyeol!” sentak Rae Hwa jengkel sambil menggembungkan
pipinya dan membuat bibirnya mengerucut.
CUP~
“Ya!! Kenapa kau malah
mencuri ciuman pertamaku eoh?!” protes Rae Hwa tidak suka karena ciuman
pertamanya dicuri dengan cara yang tidak menyenangkan.
“Aku gemas melihatmu
bertingkah seperti tadi. Kau itu, sudah dua puluh dua tahun. Tapi sifatmu masih
kekanakan,” ucap Chanyeol sambil merangkul bahu gadisnya. Wajah Rae Hwa kembali bersemu merah ketika tangan
Chanyeol kembali menyentuh tubuhnya.
“Kau belum menjawab
pertanyaanku” sahut Chanyeol membuyarkan lamunan Rae Hwa. Rae Hwa mengerutkan
dahinya menggoda Chanyeol seolah-olah sedikit berpikir keras. Chanyeol yang
gemas dengan tingkah yeojachingunya itu, langsung memberi sebuah ciuman dibibirnya.
Bibir mereka berdua sudah
menyatu dengan sempurna, saling menghisap bibir pasangan mereka satu sama lain.
Tidak ada nafsu diciuman itu, hanya penyaluran rasa rindu setelah beberapa
bulan terpisah oleh samudra yang luas.
Tanpa mereka berdua
sadari, tidak jauh dari tempat itu sudah ada lima orang yang melihat kemesaraan
mereka berdua dengan perasaan iri.
“Aigoo.... mereka
membuatku iri,” sungut Hyun Sun sambil menutup mulutnya tidak percaya.
“Ck! Tapi mereka
melakukannya ditempat umum, tidakkah mereka takut jika ketauhan oleh orang
lain?” timpal Dio
“Kapan aku bisa merasakan
rasanya punya namjachingu,” gerutu Rae Suk lirih
“Bukankah namja yang
berada sampingku ini akan menjadi namjachingumu?” bisik Baekhyun sambil menoleh
kearah Donghae yang sedang duduk tidak jauh dari posisi mereka sekilas, lalu
kembali menatap Rae Suk yang sudah bersemu merah.
-oOo-
Chanyeol POV
Bulan ini aku tidak pergi
kemanapun, lebih memfokuskan diri di galeri ku yang baru saja resmi dibuka
beberapa minggu yang lalu. Tidak sedikit pula para kolektor dari berbagai dunia
yang membeli foto-fotoku untuk menambah koleksi mereka. Tidak sedikit pula aku
bertemu dengan beberapa fotografer terkenal lainnya, seperti Ansel Adams,
Edward Weston,dst.
Ahh~ satu lagi, aku juga
senang karena gadisku sudah kembali lagi ke Korea. Entah sejak kapan rasa ini
muncul, hanya saja tiba-tiba aku merasa ingin selalu melindunginya lebih dari
apapun. Memang semua ini berawal dari permintaan Donghae hyung yang memintaku
untuk menjaganya dan menjadi temannya. Tidak ku kira akan menjadi hubungan yang
spesial seperti ini. ^^
“Oppa, gwaenchana?” aku
menoleh ke arahnya. Aku mengangguk menjawab pertanyaanya. Lalu kembali berjalan
setelah mengambil beberapa foto binatang dan tentu saja mencuri beberapa
fotonya. Hehe....
Kami berisitirahat
disebuah cafe` setelah kurang lebih satu jam lebih berkeliling dan melihat
binatang di kebung binatang yang luas ini. Ku perhatikan tingkahnya yang
sedikit aneh, karena sejak tadi dia hanya mengaduk-aduk es krimnya yang sudah
setengah mencair.
“Gwaenchana?” tanyaku
cemas sambil mengusap pipinya dengan jari telunjukku. Dia mendongak
memperlihatkan wajahnya yang sedikit memucat. “Kau yakin, wajahmu pucat”
“Gwaenchana oppa... hanya
saja, ada hal yang sedang ku pikirkan.”
Aku melipat kedua tanganku
diatas meja, sambil menatapnya serius. Memberi tanda bahwa aku akan
mendengarkan ceritanya.
“Hyukie oppa.... dia masih
saja terus mengejarku, sedangkan aku sudah melepasnya untuk menjadi milik
Yoora.”
“Ahh~ biar ku tebak,
intinya hyukie hyung tetap menginginkanmu. Bukan begitu?” dia mengangguk
mengiyakan. “Lantas kenapa kau tidak memilihnya saja?” dia melemparkan tatapan
tajamnya padaku, pertanda bahwa dia tidak suka dengan apa yang baru saja ku
katakan.
“Jinjja? Apa itu yang oppa
inginkan? Geure... aku akan pergi sekarang untuk bertemu dengannya” ujarnya
sinis sambil memasukkan Iphone-nya kedalam tas. Namun ketika dia hendak
berdiri, aku memegang tangannya. Mencegahnya.
“Aku hanya ingin
menghiburmu, chagi~ya. Kenapa kau malah menganggapnya serius, heum?” dia
membuang wajahnya tidak menatap kearahku. Dengan gerakan cepat aku mengambil
gambarnya yang sedang berpose seperti itu.
“Ya! Bisakah oppa berhenti
mengambil gambarku?! Kau tau bukan bahwa aku tidak suka difoto,” protesnya
dengan dua alis yang sudah menyatu. Haha... aku tau dia pasti saat ini sudah
sangat kesal.
“Arrasso.... kajja!”
ajakku sambil mengulurkan tanganku padanya. Namun dia tidak merespon untuk menggapai
lenganku, akhirnya aku pun menarik tangannya dan berjalan keluar cafe`.
“Kau mengajakku pulang?!”
protesnya ketika kami sudah berada dimobil. Aku mengangguk mantap. “Waeyo?”
“Mood mu sedang buruk saat
ini, mungkin dengan memberimu waktu untuk menangkan dirimu, itu akan
mengembalikan kembali sikap ceriamu.”
Rae Hwa POV
Ku langkahkan kakiku
dengan sedikit cepat menuju kamar apartementku. Sejujurnya, aku masih ingin
bersama dengannya. Tapi, jika dia yang meminta aku untuk sendiri dan
menormalkan moodku kembali, maka aku tidak menolak.
“Aku pulang dulu, ne.
Nanti aku akan menelfonmu lagi setelah ku yakin moodmu benar-benar baik.” Aku
membrengut mendengar perkataanya. Kenapa dia malah pergi? Dia sedikit berubah.
“Kau ingin aku menemanimu,
heum?” tawarnya yang seperti membaca pikiranku. Mataku berbinar ketika
mendengar tawarannya dan mengangguk setuju.
Aku masuk ke kamar untuk
mengganti dress santaiku dengan sebuah kaos dan celana santaiku. Dan berjalan
kembali keluar dengan riang.
“Dia benar-benar pulang?”
tanyaku lirih setelah tidak menemukannya disetiap sudut apartementku. Setelah
itu, aku berjalan kembali ke kamarku untuk beristirahat.
Dia sudah membohongiku!,
gerutuku lirih.
Tanpa ku duga, tiba-tiba
aku mengeluarkan air mata karena memikirkan sikapnya beberapa menit yang lalu,
hingga aku terlelap.
At 20.30 KST.....
Krrryyuuuukk~
Aish! Sial, kenapa dari
tadi perutku terus berbunyi sih?!. Aku tau sejak tadi siang aku memang belum
makan apapun, tapi ini sudah larut. Lagipula.... aku kan belum memasak untuk
makan malam, Donghae oppa pun tidak bisa ku harapkan karena saat ini dia sedang
ada di New York.
Akhirnya, setelah berdebat
cukup lama dengan rasa lapar dan rasa kantuk. Ku putuskan untuk mementingkan
rasa laparku, karena pasti setelah makan nanti maka aku bisa tidur nyenyak
kembali.
Kakiku berjalan dengan
pelan karena mataku pun hanya membuka sedikit untuk melihat jalan yang ku
lewati, tidak sedikit pula kadang aku menyandung sofa atau meja yang ku lewati
karena mataku yang masih 95% menutup. Dengan santainya aku menarik bangku yang
ada dimeja makan dan mataku membulat sempurna ketika melihat meja makan sudah
dipenuhi oleh beberapa makanan yang tertata rapi.
“Ck! Gadis jorok,
bersihkan dirimu dulu jika kau ingin makan!” ucap seseorang yang langsung
membuatku terkejut. Chanyeol oppa?! Bukankah dia sudah pulang?
Dia menghembuskan nafas
perlahan dan berjalan mendekatiku lalu merengkuh tubuhku kedalam pelukannya.
“Mianhae, aku memang pergi sebentar tadi untuk mengambil beberapa baju. Aku
sempat terkejut ketika kembali, dan melihatmu yang tidur dengan air mata yang
masih sedikit tersisa diujung matamu.” Ujarnya sambil mengecup puncak kepalaku.
“Oppa akan menginap
disini?” tanyaku antusias sambil mendongak menatapnya. Dia menggeleng lalu
menyentil dahiku pelan, “Aku menginap diapartement Donghae hyung. Karena dia
akan berada di New York selama dua bulan,” sahutnya menjelaskan.
One month later...
Eunhyuk POV
Aku kembali... akhirnya
setelah selama sebulan mengasingkan diriku disuatu pulau terpencil untuk
menenangkan diriku, sekarang aku kembali. Senyumku mengembang ketika bertemu
dengan salah satu sahabatku yang sudah menungguku.
“Ya! Palliwa! Tidakkah kau
tau bahwa aku sudah menunggumu sangat lama, hyung!” protes Kyuhyun yang langsung
membawaku menuju mobilnya.
“Bagaimana kabar Sungmin?”
tanyaku membuka percakapan ketika mobil sudah melaju meninggalkan bandara.
“Baik, mungkin dia masih
marah karena saat pernikahannya seminggu yang lalu kau tidak datang.” Aku
tertawa pelan membayangkan bagaimana ekspresi wajahnya saat itu yang mungkin
jengkel karena aku tidak bisa hadir dan tidak bisa dihubungi.
-oOo-
Entah apa yang membuatku
bisa berjalan kemari. Mataku menatap lurus kearah seorang gadis yang saat ini sedang
terpekur menatap kedua makam dihadapannya dengan tatapan kosong. Air mata yang
sudah mengering pun masih saja terlihat bekasnya dikedua belah pipi gadis itu.
Mungkin inilah jawabannya,
jika ini memang yang terbaik untuk semua orang. Kepergianku untuk mengasingkan
diriku saat itu setidaknya sudah membuahkan hasil, aku tersenyum getir ketika
membayangkan perjuanganku saat itu yang sama sekali tidak membuahkan hasil.
Langkahku semakin
mendekati gadis itu, hingga jarak kami sekarang hanya sekitar lima langkah.
Gadis itu menoleh, menatapku kosong dan sulit dimengerti. Inikah penyebabnya
kenapa dia mengalah? Aku tau, seharusnya aku memang peka sejak awal. Aish!
Jinjja! Kemana saja kau selama ini Lee Hyuk Jae?!
“Ada perlu apa?” tanya
gadis itu lirih nyaris tidak terdengar
Setelah mengumpulkan
kembali pikiranku yang sempat tidak fokus, tanganku merogoh saku jasku untuk
mengeluarkan sebuah kotak berisi cincin. Gadis itu masih menatapku dengan
tatapan kosong dan tidak mengerti dengan apa yang sedang ku lakukan.
“Menikahlah denganku...”
pintaku tegas sambil membuka kotak tersebut.
TBC
0 komentar