Be you’re hero (sequel daydream [part 3])
Author : Rina Chan
Cast : Lee Hyuk Jae
Kang Rae Suk (OC)
Park Chanyeol
Other cast : Lee Donghae, Cho Kyuhyun, Lee
Sungmin, Byun Baekhyun, Kim Yoora,
Do Kyungsoo, Kang Rae Suk
(OC), Kang Hyun Sun (OC), etc....
Genre : NC 17, tragedy, romance, drama, chapter
>>> beware TYPO <<<
======== Happy Reading ========
“_____ketika kamu sedih, aku akan terus berada disisimu. Ketika saat
susah dan kamu lelah, tetapi tanganku tidak akan melepaskanmu. Aku akan selalu
menjagamu_____” (Super Junior – Angel)
Saat ini ketiga orang yang sedang saling menatap itu masih terdiam.
Donghae mendekat ke arah sofa tempat dimana Eunhyuk sedang memangku Rae Hwa.
Dengan satu tarikan, dia berhasil menarik Rae Hwa dan menyuruhnya untuk segera
membereskan barang-barangnya.
“Ya! Kau mengganggu kesenangan kami saja,” protes Eunhyuk sambil
menopang kepalanya dengan kedua tangannya. Donghae menatap Eunhyuk tajam, “Cih!
Kesenangan katamu?! Apa kau gila, kau nyaris saja memperkosanya!!” ucap Donghae
geram menahan emosi.
Eunhyuk berdiri dan menatap Donghae datar, “Wae? Kenapa kau melarangku
untuk menyentuhnya, apa kau menyukainya?” cibir Eunhyuk sambil memutari tubuh Donghae.
Bugh..!!
Donghae memukul Eunhyuk hingga dia tersungkur, “Kau! Mulai detik ini
tinggal disini, dan barang-barangmu akan segera ku kirim.” Sahut Donghae dan
langsung menarik Rae Hwa yang sedang mematung melihat kejadian itu.
Sepanjang perjalanan kembali kerumah, Rae Hwa masih tidak mengerti
dengan apa yang baru saja dilihatnya. Dia... Donghae yang selama ini bersikap
manis ternyata, bisa memukul sepupunya sendiri.
“Bagaimana kalian bisa bertemu?” tanya Donghae yang masih fokus menatap
jalan raya.
“Ng.... kami bertemu saat di Fuji park....” jawab Rae Hwa ragu.
Mendengar jawaban Rae Hwa, dia semakin memacu kendaraannya supaya sampai
dirumah.
Rae Hwa POV
Blamm...!!
Aku berjengit ngeri ketika Donghae oppa menutup pintu dengan keras,
lebih tepatnya membanting. Dia lalu menarikku dengan paksa masuk kedalam rumah
dan mendudukkan aku di sofa ruang tengah. Donghae oppa berjalan mondar-mandir
dihadapanku dengan berkacak pinggang, dapat ku rasakan bahwa dia saat ini
sedang marah.
“Bukankah sudah ku bilang untuk tidak keluar hotel sendirian?!” ucapnya
geram menahan emosi. Aku mencengkram ujung kaosku erat, jujur aku takut jika
melihat Donghae oppa seperti itu. Ini pertama kalinya aku melihat dia semarah
itu, “Mianhae oppa...” ujarku dengan suara serak menahan air mata yang hendak
keluar.
“Kau tau aku selalu berusaha melindungimu, bahkan menyembunyikanmu
selama tiga tahun darinya. Aku tau dia baik, tapi dia... aku sudah menganggapmu
sebagai adik. Dan aku tidak mau dia menyakitimu lagi, hwanie~ah.” Sahutnya
frustasi membuat cengkramanku semakin keras, dan akhirnya mengeluarkan air mata
yang sejak tadi ku tahan.
Ting nong... ting nong....
Bel pintu berbunyi, dengan langkah sedikit dipaksakan Donghae oppa
berjalan menuju pintu. Entah siapa yang bertamu namun aku tidak mendengar
percakapan apapun dari ruang tamu yang berada persis disebelah ruang keluarga.
Perasaanku saat ini tentu saja menyesal, betapa bodohnya aku yang sudah tidak
menghargai usaha Donghae oppa untuk melindungiku dari Eunhyuk oppa.
Kenapa hidupku selalu seperti ini? Selalu menyusahkan orang lain, dan
tidak pernah membalas orang yang sudah berjasa padaku. Oh astaga.... kenapa
begitu menyulitkan!
“Uljimma....” ucap sebuah suara yang sudah lama tidak ku dengar. Ku
rasakan sebuah tangan mengusap air mataku dengan lembut, lalu mendongakkan
wajahku untuk menatap balik wajahnya. Meskipun pandanganku masih mengabur
karena air mata, namun aku bisa melihatnya dengan jelas. Dia... guardian ku,
Chanyeol oppa.
Sudah sepuluh menit aku berada dalam pelukan Chanyeol oppa, ternyata
rasanya tidak berubah. Tetap nyaman, hangat dan membuatku merasa terlindungi.
Tangan kanannya tidak berhenti mengusap rambutku sedangkan tangan kirinya
menggenggam kedua tanganku erat.
“Bagaimana bisa, kau membuat namja ikan itu murka?” canda Chanyeol oppa
sambil terkekeh pelan. Refleks aku mendongakkan kepalaku bingung. Dia menyentil
dahiku cukup keras hingga aku meringis, pasti akan menimbulkan bekas. “Aku
disini untuk menemanimu selama Donghae hyung pergi, ahh~ tapi tidak mungkin
kita hanya berdua bukan?” aku mengangguk mengiyakan.
“Kalau begitu... tunggu sebentar lagi. Mereka akan datang,” aku
mengerutkan dahiku tidak mengerti, mereka? Mereka... ahh!. Aku bersorak riang
ketika bel pintu berbunyi dan memunculkan keempat orang yang sudah lama tidak
ku temui.
“Hwanie~ah....” ucap mereka berbarengan dan berlari untuk memelukku.
Aigoo.... mereka benar-benar tidak berubah.
“Bagaimana kabarmu?” tanya Dio oppa yang sudah duduk bergabung dengan
kami.
“Ya! Tidakkah kau lihat, dia baik-baik saja?” sahut Baekhyun oppa
cepat. Dio oppa menatap Baekhyun oppa tidak suka, “Aku bertanya pada hwanie,
bukan padamu” protesnya.
“Apa bedanya?”
“Jelas beda... kau selalu menjawab pertanyaan yang bukan hakmu,” balas
Dio oppa
Pletakk...!
“Ya! Micheosseo?!
Kenapa kau suka sekali memukul kepala, eoh?!” protes Dio oppa tidak terima dan
dia pun membalas perlakuan Baekhyun oppa padanya. “Rasakan! Itu balasan
untukkmu,”
Chanyeol POV
Melihat mereka semua
berkumpul membuatku benar-benar senang, terutama... gadis itu. Gadis yang
selalu membuatku merasa hangat dan selalu membuatku ingin berada didekatnya
untuk melindunginya. Bahkan aku masih tidak percaya bahwa dia sudah berada
dihadapanku saat ini, bercanda bersama dengan Hyun Sun dan Rae Suk.
“Oppa... sampai kapan kau
akan memendamnya?” tanya Rae Suk santai. Aku menoleh menatapnya dan
menggendikkan bahuku, tidak tahu. “Ck! Kau memang pengecut, bahkan dari dulu
kau selalu membiarkan gadis yang kau sukai pergi. Termasuk hwanie,” ujarnya
sambil menatap ke arah Rae Hwa yang saat ini sedang duduk sambil bermain dengan
Dio, Baekhyun, dan Hyun Sun.
Aku tersenyum miris
mendengar perkataan Rae Suk yang seperti menyengatku. Ahh~ walaupun dia memang
benar, entahlah.... aku hanya ingin seperti ini. Aku takut, jika aku meminta
lebih maka semuanya akan berubah.
“Aku takut semua akan
berubah jika aku mencobanya,” ujarku lirih. Rae Suk terbahak mendengar
pengakuanku. Well, wajar saja jika dia menertawakanku... karena aku
biasanya tidak akan se-pesimis ini. Hahh~
Semua kepala yang ada
disitu sontak menoleh kearah kami, aku hanya tersenyum kikuk sambil membungkam
mulut Rae Suk dengan kedua tanganku. Berharap tawanya akan berhenti seketika,
karena sejujurnya aku sangat malu.
-oOo-
Ku hempaskan tubuhku yang letih ke sebuah sofa yang nyaman, setelah
membereskan sisa-sisa makanan dan snack yang mereka tinggalkan. Dan dengan
santainya, mereka pergi ke kamar masing-masing sengaja meninggalkanku sendiri
yang membereskannya.
“Ini untukmu oppa...” aku menatap ke sebuah piring yang berisi beberapa
buah-buahan yang sudah dipotong, lalu melihat siapa yang memberikannya.
“Kau belum tidur, hwanie~ah?” tanyaku sambil menepuk tempat kosong yang
berada disampingku. Dia menggeleng lalu duduk disebelahku, “Oppa.. apa kau tau
apa yang sedang Donghae oppa lakukan? Tidak biasanya dia pergi sampai malam,”.
Aku menggeleng lemah menjawab pertanyaanya, meskipun aku tau Donghae hyung
sedang melakukan sesuatu, namun aku sangsi tidak akan mengatakannya pada Rae
Hwa.
“Ku harap dia tidak akan berlaku kejam pada hyukie oppa,” ujarnya
lirih. Hatiku mencelos ketika Rae Hwa masih membelanya, sebegitu pentingkah
namja yang selama ini terus menguntitku dan menerorku?!.
Tiba-tiba ku rasakan beban berat dibahu kiriku. Aku menoleh dan
mendapati wajah Rae Hwa yang sudah terlelap. Manis.. itulah kesan pertama
ketika pertama kali aku mengenalnya. Sudut bibirku tertarik ketika mengingat
bagaimana pertemuan kami saat itu, Rae Hwa yang sangat ketakutan.... dan
berlari menjauhiku seolah-olah aku ini adalah virus yang berbahaya.
Dengan perlahan aku membaringkan tubuhnya ke kasur tempat tidurnya yang
sudah ditempati oleh Rae Suk dan Hyun Sun yang sudah terlebih dahulu ke alam
mimpi. Sesaat aku memandangi wajahnya dan mengecup dahinya pelan, “Jaljayo”
bisikku lirih. Dan berjalan keluar meninggalkannya yang sudah terlelap.
Eunhyuk POV
Sudah enam jam lebih dua puluh lima menit namja itu terus menungguiku
sejak kedatangannya kemari. Dia jarang meninggalkan ku sendiri seolah-olah aku
akan kabur saja. Tapi tetap saja aku seperti tahanan disini, tujuanku kesini
untuk berlibur!, protesku dalam hati.
Mataku kembali melirik sosok yang saat ini sedang sibuk dengan
peralatan dapurnya, ku rasa dia sedang memasak. Well, inilah satu point
yang baru ku ketahui dari namja itu, dia pandai memasak. Tidak ku sangka,
sepupuku –namja itu- bisa memasak juga.
“Sampai kapan kau akan terus seperti itu?” tanyanya sambil meletakkan
beberapa piring berisi makanan. Aku menoleh sejenak ke arahnya lalu kembali
membuang wajahku.
“Cih! Buang sifatmu yang sok perhatian. Itu menjijikkan!” umpatku lirih
sambil memegang sudut bibirku yang masih lebam karena pukulannya kemarin.
“Ya! Aku hanya ingin berbuat baik sekarang......”
“Setelah kemarin kau puas memukulku?!” potongku cepat
“Itu karena kesalahanmu sendiri! Kau tau, aku percaya padamu untuk
menjaganya. Bukan menyentuhnya! Setelah melihat kejadian kemarin, apa kau pikir
aku akan diam begitu saja?” balasnya tidak terima
Aku berdiri dan berjalan mendekatinya, “Wae? Kenapa kau selalu
melarangku untuk berdekatan dengannya, bukankah kau sudah tau bahwa aku
menyukainya?” decakku sebal ketika membayangkan sifatnya yang protektif bila
menyangkut tentang yeoja kecilku.
Dia menghela nafasnya pelan, “Apa aku harus menjawab pertanyaanmu?”
“Ne, karena aku tidak suka dengan sikapmu itu.”
“Kau menyukai hwanie dengan cara yang salah,”
Cara yang salah dia bilang? Apa yang salah?, aku sudah berbuat apapun.
Bahkan aku sudah membuat Yoora masuk penjara, bukankah itu cukup?
“Bukankah hwanie menyuruhmu untuk mengubah Yoora, lantas kenapa kau
malah memasukkannya ke dalam penjara. Tidakkah kau sadar, bahwa kau tidak layak
baginya. Sikapmu saja sudah mengecewakannya, bagaimana aku bisa menjamin
kebahagiaanya padamu?” ucapnya datar namun sangat menusuk untukku.
Dia mulai melangkah menjauh meninggalkan ku sendiri, “Ah! Satu lagi...
jangan pernah berfikir apa yang aku lakukan ini padanya karena aku menyukainya.
Kau tidak tau apapun mengenai diriku, jadi... diam jika tidak ingin terluka.”
Ujarnya lagi sebelum keluar dari kamar hotel tempatku menginap.
Sial! Kenapa aku tidak berkutik sama sekali dengan setiap ucapannya?!.
Biasanya aku akan membalas setiap ucapan kejam yang dia katakan padaku, kenapa
dia selalu sukses mengintimidasiku. Ini menyebalkan!
Ku raih Iphone-ku dan menelfon dua orang temanku untuk menyuruh mereka
semua ke sini. Sekarang juga!. Aku muak jika harus bertemu dengan sosoknya.
“Dia adalah namja yang misterius, tidakkah kau penasaran terhadapnya?”
Tiba-tiba aku teringat perkataan Sungmin beberapa bulan yang lalu. Dia
benar, meskipun aku sepupunya aku sama sekali tidak mengenal sosok Donghae
dengan baik. Berbanding telak dengan Donghae yang sangat mengetahui detailku
dengan baik. Lee Donghae.... siapakah dirimu sebenarnya?
Author POV
Donghae melangkahkan kakinya menuju rumah minimalis yang sudah berada
dihadapannya. Sejujurnya saat ini dia sedang memikirkan cara untuk membawa Rae
Hwa pergi bersembunyi –lagi-. Haruskah? Namun... dia tidak tega jika melihat
Rae Hwa yang kembali berpisah dengan mereka semua.
“Aku pulang....” ucapnya sambil melepas sepatu dan meletakkannya di rak
sepatu yang berada didekatnya. Dia berjalan masuk dan langsung menuju kamarnya,
tidak memperdulikan beberapa pasang mata menatapnya bingung.... cemas.... atau
khawatir.
“Oppa... sarapan sudah siap!” ujar Rae Hwa cepat sebelum Donghae masuk
kekamarnya. “Sisakan saja untukku, aku ingin istirahat sejenak” jawab Donghae
yang langsung menutup pintu kamarnya.
“Tenang saja sukie~ah. Donghae oppa hanya kelelahan,” ucap Rae Hwa yang
membuyarkan tatapan khawatir Rae Suk sejak kedatangan Donghae. Rae Suk tersipu
malu, lalu menepuk pundak Rae Hwa sedikit keras.
“Aigoo... apa kau masih suka memperhatikan namja itu?” tanya Dio yang
semakin membuat rona merah dipipi Rae Suk semakin tercetak jelas.
“Ckckck.... kasian sekali dirimu sukie~ah, cinta bertepuk sebelah
tangan.” Cibir Baekhyun sambil memainkan bibirnya mengejak Rae Suk. Dan itu
sukses membuat Rae Suk semakin dalam menundukkan wajahnya.
Plettakk....!
“Ya! Kenapa kau memukul ku, yeolli~ah?!” protes Baekhyun tidak terima
dengan pukulan Chanyeol.
“Berhenti menggodanya, apa kau tidak lihat raut wajahnya yang berubah
sedih ketika kau mengucapkan itu?” Baekhyun berdiri dan langsung memeluk Rae
Suk sambil meminta maaf karena ucapannya. Ya... meskipun dia tidak akan
berhenti untuk mengejek Rae Suk.
-oOo-
Chanyeol sedang menikmati udara sore diteras rumahnya. Siang tadi, dia
dan teman-temannya memutuskan untuk kembali kerumah karena Donghae sudah
kembali.
Matanya menatap warna langit yang berwarna jingga keemasan. Sangat
indah, ditambah dengan beberapa kumpulan burung yang hendak kembali ke sarang
mereka. Benar-benar sore yang romantis dan tenang.
Tangannya meraih cangkir teh yang berada disisinya dan menyesapnya
pelan. Meresapi aroma teh yang masuk kedalam tenggorokannya sambil meresapi
suasana kala itu.
“Apa aku mengganggumu?” Chanyeol menoleh dan tersenyum, lalu
menggeleng.
“Jika kau menyukainya, kenapa kau tidak bergerak untuk mendapatkannya?”
tanyanya. Chanyeol mendesah pelan, kenapa semua orang akhir-akhir ini selalu
bertanya tentang itu?.
“Kau sudah berhasil menyembuhkannya, saeng.” Chanyeol mengerutkan
dahinya tidak mengerti. “Tidakkah kau pernah mendengar, bahwa.... Sarangeun modeun geoseul
chigu hamnida (cinta bisa menyembuhkan segalanya). Dan itu terbukti bukan?”
Chanyeol terkikik geli.
Dia tidak menyangka bahwa noona-nya benar-benar melankolis. “Ya! Jangan
tertawa, aku tau kau sedang meledekku.” Protes noona-nya tidak suka.
“Aigoo... noona, kau manis
sekali eoh. Neomu kyeopta....! tapi, tidakkah kau sadar bahwa kau sendiripun
belum memiliki kekasih?” ejek Chanyeol yang sukses mendapatkan sebuah pukulan
dari noona-nya.
“Aku punya! Apa aku perlu membawanya? Ani... dia akan datang
sendiri jika memang sudah waktunya datang,” sergah noona-nya cepat. Punya, tapi
akan datang jika waktunya sudah tiba? Bukankah sama saja saat ini dia belum
mempunyainya?, pikir Chanyeol yang kagum akan kata-kata noona-nya yang
mengatakan bahwa memang saat ini dia belum memiliki kekasih hanya saja, dia
tidak mengakui.
Chanyeol POV
Hari ini adalah genap
seminggu aku berada di Jepang, keempat teman-temanku sudah kembali ke Korea
karena mereka hanya izin untuk libur selama lima hari.
Tanganku masih sibuk
menuliskan sebuah kata-kata di sebuah kertas yang akan ku berikan padanya
sebelum kepulanganku. Sosok yang sudah menarik perhatianku selama beberapa
tahun terakhir, mungkin aku pengecut jika hanya mengungkapkannya melalui
selembar kertas. Namun, suatu saat nanti pasti! Aku akan bertemu langsung
dengannya, dan mengatakan semuanya.
“_____setiap hari aku terus mencoba mencarimu, tapi aku hanya
menahan kaki ini setelah bertemu denganmu. Aku berniat untuk terus mengikutimu.
Aku tidak akan bisa kembali jika aku terus seperti ini.
Tidak peduli seberapa banyak aku katakan padamu, kau tidak dengar. Kau
membuang seluruh tubuhmu kearahnya. Hatiku melihatmu, seolah merobek serta.
Nafas ini tersendat saat kau berjalan ke arahku, saat kau tersenyum
kepadaku, sepertinya.... kau juga tertarik padaku._____”
Aku menghentikan goresan tinta yang sudah ku buat, sesaat aku mendesah
dan meremas kertas tersebut lalu membuangnya asal ke tong sampah yang berada
disudut kamarku. Dan aku tidak peduli itu masuk atau tidak.
Tatapanku kembali menatap kertas yang saat ini sedang menunggu untuk ku
tulis, sesaat pikiranku melayang memikirkan wajahnya.
“Arkh....! aku rasa aku bisa gila!!” erangku lalu beralih menuju tempat
tidur dan membungkam teriakanku ke dalam bantal. Yang aku butuhkan saat ini
adalah ketenangan, aku tidak peduli bagaimana nanti akhirnya. Akhirnya, aku pun
terlelap setelah beberapa kali mencari posisi yang nyaman untuk tidur. Memaksa
pikiranku untuk kembali normal seperti sebelumnya.
1 week’s later....
Aku sudah berada dibandara Tokyo –lagi-. Aku memutuskan untuk kembali
ke Seoul lebih cepat dari perkiraanku. Karena aku pikir, aku akan berada di
Jepang selama sebulan. Aku sengaja tidak memberitahu Rae Hwa bahwa aku pulang
hari ini. Entahlah, setelah kejadian malam itu... aku jadi takut bertemu
dengannya. Bukankah aku pengecut sekali? sangat.
“Kau benar-benar tidak akan menghubunginya? Walau sekedar untuk
berpamitan?” tanya Donghae hyung –lagi-. Aku mendesah pelan, pertanyaan itu
sudah ditanyakannya sejak tiga hari yang lalu, dan aku bosan menjawabnya.
“Anni...” jawabku singkat. Donghae hyung mengangguk paham.
Lima menit kemudian aku sudah disuruh untuk menuju ke loby penumpang
karena sebentar lagi pesawatku akan berangkat. Noona dan Donghae hyung secara
bergantian mengucapkan kata perpisahan dan menasehatiku untuk terus
berhati-hati.
Selamat tinggal Rae Hwa, ku harap kau bisa kembali ke Korea secepatnya.
Aku merindukanmu, sangat.
-oOo-
6 bulan kemudian.....
Rae Hwa POV
Aku baru saja sampai di apartementku setelah seharian aku
berjalan-jalan di Korea. Ahh~ senang sekali rasanya, aku bisa kembali ke Korea
lagi. Setelah tiga tahun lebih enam bulan aku bersembunyi di Jepang, akhirnya
aku bisa kembali ke tanah kelahiranku kembali.
Kepulanganku ke Korea pun juga sekalian mengurusi perusahaan milik
appa. Walaupun aku hanya menjabat menjadi sekertarisnya, namun setidaknya para
pegawai tahu bahwa aku adalah putri tunggal pewaris JK group. Alasanku sangat
sederhana kenapa aku lebih memilih menjadi sekertarisnya. Karena yang menjabat
menjadi CEO di perusahaan appa adalah Donghae oppa.
“Ya! Kenapa kau tidak bilang
jika kau sudah kembali ke Korea?!” tanya seseorang yang membuatku refleks
menutup kedua telingaku. Aku melirik malas ke arahnya yang masih berdiri dengan
berkacak pinggang menghadapku.
“Aku tau kau sibuk, oppa. Maka dari itu, aku memilih pulang sendiri.
Setidaknya aku tau dimana apartement yang sudah kau siapkan untuk tempatku
tinggal.” Ucapku santai tidak terpengaruh dengan sikapnya yang menatapku
jengkel. Dia mendengus pelan lalu berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas
air.
Ketika Donghae oppa –seseorang itu- duduk disampingku, aku langsung
beranjak menuju kamarku untuk mandi.
Meskipun kami tinggal dalam satu atap ketika di Jepang, namun ketika di
Korea kami memilih tempat tinggal yang berbeda meskipun tinggal dalam satu
gedung apartement yang sama. Kami bertetangga.
Setelah selesai mandi, aku berjalan menuju meja riasku sambil
menyalakan hair drayer. Sembari menunggu benda itu panas, tanganku iseng
meraih sebuah kotak berukuran sedang yang isinya sangat membuatku senang. Kotak
itu berwarna hijau muda, warna favoriteku lalu disudut kanan kotat tersebut
terdapat pita kecil. Ahh~ bagaimana bisa dia mengetahui warna favoriteku?
“Ck! Kau masih menyimpannya? Aigoo... kalian benar-benar,” cibir
Donghae oppa mengagetkanku. Dia hanya menyender dipintu kamarku yang sudah
terbuka, “Sejak kapan oppa berada disitu?”. Donghae oppa mendekatiku dan
merebut kotak yang sedang ku pegang, “Sejak matamu tidak berkedip saat menatap
kotak ini.” Sahutnya membuatku malu.
“Gidarigo
isseulkkeyo? (apa kau ada waktu akhir pekan ini?)” tanyanya sambil kembali
meletakkan kotak tersebut keatas meja riasku. Aku menggeleng pelan, sambil
memberikan krim pada wajahku.
“Geure... uri kaci gapsida
(mari kita pergi bersama),” ajaknya sambil memasukkan kedua tangannya kedalam
saku celananya. Jika yeoja diluar sana melihatnya seperti itu pasti akan
mematung karena pesonanya. Bayangkan saja... kemeja putih yang digulung hingga
siku, lalu rambut coklat yang sudah acak-acakan, ck! Benar-benar sangat sexy.
“Berhentilah memandangku
seperti itu.” Aku melongo karena tegurannya, apa aku baru saja memandangnya?.
“Aku tau aku tampan, jadi kau jangan sampai terpesona padaku.”
“Cih... dasar kau ikan
amis! Jangan salah paham dulu, aku hanya ingin bertanya....”
“Mwo?”
“Kenapa kau belum menikah
diumurmu yang sekarang genap dua puluh tujuh tahun?” tanyaku sakratis dan itu
sukses membuatnya terdiam lalu menggendikkan bahunya sambil berlalu keluar dari
kamarku. Dasar aneh, gumamku lirih.
“Memangnya kau akan
mengajakku kemana?” tanyaku setelah selesai mencuci semua piring dan ikut
bergabung dengan Donghae oppa yang sudah berada didepan Tv.
“Jangan banyak tanya, dan ikut saja. Dan aku tidak menerima penolakan,”
jawabnya datar penuh penekanan. Merasa tidak puas dengan jawabannya, aku
menekuk wajahku sebal sambil menatap Tv yang menampilkan berita yang sangat
membosankan.
Author POV
Seorang pria yang berumur dua puluh tujuh tahun berdiri menatap
gedung-gedung pencakar langit yang menjulang saling berlomba untuk sampai menangkap
langit yang terlihat dekat dengan puncak gedung tersebut.
Pria tersebut mendesah lalu berjalan menuju kulkas kecil yang berada
disudut ruangannya. Mengambil sekaleng bir dan duduk di sofa yang nyaman
bersama kedua temannya yang lain.
“Ya! Kau akan datang bukan, ke pesta pernikahan kami?” tanya pria lain
yang berwajah manis dan terkesan imut. Pria yang megang kaleng bir tersebut
hanya memandang kosong pria yang baru saja mengajaknya ke sebuah pesta
pernikahan miliknya.
“Ck! Kau benar-benar mengenaskan, hyukie~ah.” Decak pria berwajah manis
tersebut, kasian melihat sahabatnya yang seperti mayat hidup. Eunhyuk –pria
itu- hanya tertawa sumbang menanggapi ucapan sahabatnya pria berwajah manis
yang bernama Sungmin.
“Hyung, sampai kapan kau akan bersikap seperti ini terus. Eoh? Sejak
kau kembali bersama kami ke Korea dua bulan yang lalu, kau berubah menjadi
namja yang.....” ucap seorang pria dengan nada kasian meski matanya tidak
memandang ke arah Eunhyuk.
“Jika yang kau maksud aku seperti zombie, kau benar! Kyuhyun~ah.” Sahut
Eunhyuk cepat memotong ucapan Kyuhyun cepat. Kyuhyun memberikan senyum
miringnya setuju dengan jawaban Eunhyuk.
“Apa yang bisa membuatmu kembali seperti hyukie yang dulu?” tanya
Sungmin sambil menyilangkan kedua tangannya didadanya. “Kembalikan yeoja ku...”
jawab Eunhyuk singkat. Sungmin dan Kyuhyun saling melempar pandangan,
sejujurnya mereka tidak bisa membantu Eunhyuk jika hal itu menyangkut Rae Hwa.
“Ck! Jika kalian tidak bisa, jangan bertanya dan sok menajdi pahlawan bagiku”
desis Eunhyuk sambil meminum birnya lagi.
-oOo-
Rae Hwa sedang memandangi kedua makam dimana kedua orang tuanya
berbaring. Waktu sudah berlalu selama lima tahun, dan selama itu pula dia
mengalami berbagai hal yang lebih buruk dari semua yang pernah dia rasakan
sebelum kedua orang tuanya meninggal.
Dia tersenyum tipis dan mengusap batu nisan dimana kedua nama orang
yang sangat berarti baginya terukir. Lalu, detik berikutnya kedua pipi miliknya
sudah basah karena air mata yang sudah tidak terbendung lagi. Semua perasaan
rindu pada mendiang kedua orang tuanya.
“Apa kau masih sering kemari?” tanya seseorang yang sudah tidak asing
bagi Rae Hwa. Gadis itu tersenyum ketika mendapat pertanyaan itu, lalu
mengangguk.
“Lama tidak bertemu denganmu, Kim Yoora” ucap Rae Hwa setelah menatap
ke lawan bicaranya. Yoora –seseorang itu- melemparkan sebuah senyuman sinis
pada Rae Hwa, lalu berjalan mendekati Rae Hwa.
PLAKKK....!!
Rae hwa meringis ketika mendapat tamparan keras dipipinya. Dia menoleh
dan menatap Yoora datar, “Sudah puas?”
“Anni... belum, masih banyak luka yang harus kau dapatkan.” Jawab Yoora
geram
“Ck! Kenapa kau masih saja dendam padaku, apa salahku?!”
“Salahmu?! Kenapa kau masih bertanya, apa kau tidak sadar selama ini
kau sudah menyakitiku. Kau berjanji akan selalu menjadi temanku, tapi disaat
kau sudah mengenal hyukie oppa semua berubah. Kau menjauhiku, tidakkah kau
merasakannya?!”
Rae Hwa POV
Dia menangis, ini sudah kedua kalinya aku melihat dia menangis
dipemakaman. Aku tau aku memang bukan teman yang baik padanya, perlakuan
kasarnya padaku semata-mata untuk menarik perhatian padaku. Dia kesepian dan
dia tidak mampu mengatakan itu, makanya dia terus menyiksaku supaya aku
melihatnya, supaya aku terus mengingatnya.
Ku hembuskan nafasku perlahan, menatapnya yang sedikit demi sedikit
merosot dan jatuh terduduk. Keadaanya saat ini sangat mengenaskan.
“Aku tau... sikapku saat mencari perhatianmu itu salah, aku hanya ingin
kau kembali menjadi temanku. Namun, yang aku lakukan malah membuatmu ketakutan
dan tidak mempunyai teman....” ucapnya parau
“Setidaknya, saat itu aku berfikir... jika kau tidak bisa menjadi
temanku lagi, maka biarkan dirimu juga tidak memiliki teman lain.” Lanjutnya membuatku terkejut. Ku gigit pipi
dalamku perlahan, saat ini entah apa yang ku rasakan. Biaralah dia terus
menangis dan menumpahkan semuanya.
“Kau egois..” ucapku lirih sambil memandangnya.
Angin berhembus dengan kencang, membuat rambutku dan rambutnya berkibar
dan menjadi acak-acakan. Setelah berfikir cukup lama, aku pun ikut berlutut
dihadapannya dan memeluknya erat.
“Tidakkah kau tau, bagaimana perasaanku saat mereka berdua pergi dengan
mengorbankan diri mereka? Biarlah aku yang pergi, kenapa harus mereka! Lebih
baik aku cacat dari pada mereka melakukan tindakan itu.” Dia berucap sambil
membalas pelukanku.
Aku tau... aku tau.....
Angin kencang kembali berhembus, kembali menerbangkan rambut kami.
Membuat daun-daun kering beterbangan, dan rumput-rumput liar bergoyang
karenanya.
“Kau lebih beruntung.... kau lebih beruntung dariku. Kenapa semuanya
selalu memihakmu?!” protesnya masih dengan menangis. Dan aku hanya diam sambil
sesekali mengusap kepalanya mencoba menenangkannya.
Aku memang beruntung, tapi tindakanmu benar-benar membuatku trauma.
Apakah kau juga tidak sadar, bahwa kau sangat kejam?. Batinku dengan tersenyum
miris.
TBC
0 komentar