choice [Part 1]
Disaat semuanya menjadi sangat rumit dari yang aku pikir,
lantas.. langkah apa yang harus aku ambil ?
Semua pintu yang aku lewati memiliki resiko, aku selalu
berpikir ini mudah tapi ternyata sulit...
Berfikir bagaimana caranya bertahan, tapi kaki ini tidak
mampu menahannya...
Ini bukan beban.. tapi cobaan...
Aku tahu, aku tidak sendiri...
Banyak tangan yang siap menopang ku, disaat aku
membutuhkannya...
Sekuat apapun aku berlari, pasti akan ada masalah yang
menghadang ku didepannya...
Semua ini.. pasti akan ku lewati...
Saatnya aku untuk mengambil keputusan...
=====Happy ReAding=====
Para mahasiswa
baru dan mahasiswa lama, baru saja meninggalkan ruang auditorium. Beberapa dari
mereka langsung melihat ke papan pengunguman untuk melihat dimana letak kelas
mereka berada. Mitha baru saja duduk di ruang kelasnya yang akan dia tempati,
saat tahun ajaran baru dimulai. Matanya melihat ke semua penjuru ruang
kelasnya.
Not
bad.. sepertinya aku akan menyukai kelas ku, gumamnya
Tidak
jauh dari tempat duduknya, dia melihat seorang gadis yang tengah asyik membaca
novel dengan diiringi musik yang mengalun dari earphonenya itu. Mitha mendekati
tempat duduk gadis itu.
“Ehemm..”
Mitha berdehem, tapi tidak direspon oleh gadis tersebut
“Hai..
kamu mahasiswa baru juga? Nama mu siapa? Emmm... lulusan mana?” tanya Mitha
panjang lebar sambil tersenyum
Gadis
itu hanya menengok sekilas, lalu kembali menekuni novel yang dibacanya.
Mendapat
respon yang sangat cuek dari gadis tersebut, Mitha menarik kembali senyumnya
yang terkembang.
“Nama gue Mega, lulusan SMA
Indocement.” jawab Mega cuek
“Ooohh..
Mega? Salam kenal ya.. emm.. nama gue, Mitha..”
“Salam
kenal kembali...” ucap Mega sambil tersenyum sekilas, lalu berdiri dan
meninggalkan Mitha
Pukul
12.30 siang, Mitha bergegas menuju ruang tempat anak-anak karate berlatih.
Sesampainya dia di ruang tersebut, Mitha langsung duduk di bangku penonton yang
telah tersedia. Dia sedang menunggu kakak sepupunya, yang sedang berlatih
karate siang itu.
Saking
asyiknya melihat para mahasiswa berlatih, hingga dia tidak menyadari kehadiran
Dafa yang langsung melempar handuk yang baru saja digunakan untuk menghilangkan
keringatnya setelah berlatih.
“Isshhh...!
apa-apaan sih lo ka..!! jorok..!” umpat Mitha sambil melemparkan handuk
tersebut ke lantai
“Ya..
lagian fokus amat liat anak-anak pada latihan, biasanya lo asyik sama
facebook.” kata Dafa sambil meminum airnya
“Gue mau
pulang... makanya gue kesini, mobil gue kan lagi dibengkel.”
“So?”
“So?”
“Hehehehe...
anterin gue pulang ya.” kata Mitha sambil tersenyum manis memohon
Dafa
tersenyum sinis. “Wani piro?”
Mitha menarik kembali senyumannya dan kembali
fokus ke arah mahasiswa yang masih berlatih. Dafa hanya terkekeh pelan karena
sikap keponakannya itu.
“Daf.. besok latihan jam berapa?” tanya
seseorang kepada sepupunya tersebut
“Ya..
biasa, jam sebelas lah.”
Mitha
melirik ke arah lawan bicara yang sedang mengobrol dengan sepupunya tersebut.
Seketika orang itu langsung menatap Mitha dengan mata tajamnya. Mitha bergidik
ngeri dan membuang mukanya ke arah lain.
“Kenalin
nih... keponakan gue, namanya Mitha.”
Mitha
menjulurkan tangannya.
“Tami.”
ucap orang itu sembari menjabat tangan Mitha sekilas, lalu pergi dari tempat
mereka berdua berada
“Yuk
balik, sekalian lunch... gue tau pasti lo udah kelaperan pake banget.” ucap
Dafa sambil mengambil tas olahraganya dan berjalan keluar dari ruang latihan
tersebut, di ikuti Mitha yang mengekor dibelakangnya
***
Setelah
sampai di rumahnya, Mitha langsung berlari masuk ke rumah dan menuju kamarnya. Begitu
sampai di kamarnya, dia langsung mengganti bajunya dan merangkak naik ke tempat
tidur. Karena sejak tadi, kantuk sudah mulai menyerangnya.
Warna
oranye sudah menghiasi langit sore itu, dan matahari tengah mulai meringkuk
kembali ke tempat peraduannya. Mitha masih terlelap tidur di tempat tidurnya,
walau waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Sesekali Mitha menggeliat dan
mengganti posisi tidurnya.
Sementara
itu, Dafa tengah asyik menonton acara Tv sore. Menunggu Mitha yang tak kunjung
turun-turun dari kamarnya yang berada dilantai dua rumah itu. Ya.. rumah itu
ditempati oleh Dafa dan Mitha, rumah tersebut adalah rumah milik orang tuanya
Dafa yang tidak di tempati lagi, karena keluarga Dafa pindah ke Jakarta.
Dafa
sendiri memilih kuliah di Bogor supaya bisa mandiri dan tidak ketergantungan kepada
kedua orang tuannya. Dan secara kebetulan, keponakannya juga akan kuliah di
Bogor, dikampus yang sama dengannya. Oleh karena itu, akhirnya mereka tinggal
dalam satu rumah tetapi beda kamar.
Karena
bosan menunggu Mitha yang tak kunjung turun, Dafa memutuskan untuk menghampiri
kamar Mitha.
Tok..
tok.. tok..
Dafa
mengetuk pelan pintu kamar tersebut, tapi sayangnya tak ada jawaban dari sang
penghuni kamar itu. Lalu dia mengetuk pintu dengan agak keras, tapi tetap tidak
ada jawaban dari sang penghuni di dalamnya.
Akhirnya
Dafa memutuskan untuk masuk ke kamar tersebut, dan mendapati si penghuni tengah
asyik tidur membelakangi dirinya. Dafa berjalan mendekati ranjang Mitha dan
menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Mitha yang menutupinya hingga
kepala.
Mitha
hanya menggeliat pelan, ketika selimutnya sudah tidak menyelimutinya lagi. Lalu
Dafa kembali menarik bantal yang digunakan oleh Mitha, dan Mitha kembali
menggeliat sambil menggumam tidak jelas. Dafa kembali menarik guling yang
dipeluk oleh Mitha dengan erat, dan melemparkannya jauh dari tempat tidur.
Tapi, sayangnya
Mitha masih tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia akan bangun. Maka akhirnya,
Dafa keluar dari kamar itu dan menuju kamarnya. Beberapa menit kemudian Dafa
kembali dengan membawa kaos kakinya yang belum dicuci selama dua hari, dan
mengayun-ayunkanya perlahan didepan wajah Mitha. Tiba-tiba Mitha langsung terbangun,
dan reflek duduk diatas tempat tidurnya.
“Akhirnya
bangun juga lo... sono mandi, abis itu kita cari makan.”
“SIALAN LO
KA..!!! jorok banget sih,”
“Hahahaha...
kalo nggak kayak gitu, dijamin lo gak bakal bangun.. dah sono mandi, gue tunggu
lima belas menit lagi. Kalo lo nggak turun... ya nggak makan.” ucap Dafa sambil
berlari keluar sebelum sempat Mitha melempar sesuatu ke arahnya
Lima
belas menit kemudian, mereka berdua sudah berada di dalam mobil Honda jazz merah
milik Dafa. Setelah beberapa kali mencari tempat makan yang enak, akhirnya
pencarian mereka berakhir disebuah restoran yang terkenal didaerah itu.
Setelah
mereka memarkirkan mobil, mereka langsung mencari tempat kosong. Namun sayang,
mereka kurang beruntung karena semua kursi pengunjung sudah penuh dan tidak
tersisa tempat yang kosong.
“Dafa?
Nggak nyangka bisa ketemu disini, Suka makan disini juga?” tanya seorang cowok
“Ehh...
Kiki, iya nih.. kayaknya sih makanan disini enak, tuh liat aja sampe nggak ada
tempat kosong.”
“Kebetulan
banget... meja kita cuman ke isi dua doang.”
“Emangnya..
lo sama siapa? Pacar ya...” goda Dafa jahil, yang langsung mendapat cubitan
ringan dilengannya. Melihat Dafa yang meringis kesakitan, Kiki pun melepas
cubitannya.
“Rese’
lo..! yuk, langsung aja ke meja gue.”
Kiki dan
Dafa pun jalan beriringan sambil membicarakan hal-hal yang sepertinya menarik,
sedangkan Mitha hanya asyik dengan gadgetnya dan berjalan di belakang dua cowok
tersebut.
Setelah
sampai, ternyata sudah ada seorang pemuda yang sudah duduk terlebih dahulu.
“Weeeehhh...
Galih! Apa kabar bro?” tanya Dafa sambil sesekali menepuk pundak cowok yang
bernama Galih itu.
“Baik...
lo sendiri? Cieee.. liburan ngapain aja lo? Balik-balik langsung nggaet cewek.”
ucap Galih sambil melirik kearah Mitha yang masih asyik dengan gadgetnya. Mitha
melirik sejenak ke Galih, lalu matanya kembali fokus ke gadget kesanyangannya.
“Sorry
ya bro, tipe cewek gue bukan kayak dia.. dia itu keponakan gue, namanya Mitha.”
ucap Dafa sambil menunjuk-nunjuk muka Mitha
Kiki dan
Galih saling bertatap muka sejenak, lalu tersenyum ke arah Mitha.
Beberapa
menit kemudian, pelayan pun datang dan membawakan makanan yang mereka pesan.
Mereka pun memakan makanan tersebut sambil sesekali bercerita tentang liburan,
dan hal-hal lain. Mitha hanya diam menikmati makanannya sambil sesekali
tangannya tidak berhenti mengetik di iphone miliknya itu.
***
Keesokan
harinya, Mitha pergi ke kampus seperti biasa. Sepanjang perjalanan menuju
kampus, dia lebih banyak diam dan
memperhatikan pemandangan yang tersaji dipinggir jalan. Sesekali dia melihat ke
smartphone miliknya. Mendengus bosan, tanpa terasa mereka sudah sampai dikampus
setelah menempuh perjalanan selama 10 menit.
Mitha
langsung menuju ke kelasnya yang terletak dilantai 3, gedung ke 2 di fak.
SOSPOL. Tapi setibanya ia di kelas, dia terkejut karena belum ada
teman-temannya yang datang. Dia melihat ke jam tangannya.
Sudah
pukul delapan, tapi kemana semua orang?,
batinnya
Tiba-tiba
ada seseorang yang mendorong tubuhnya hingga dia nyaris tersungkur.
“Ups...
sorry, lagian kamu ngapain berdiri didepan pintu begitu?” tanya Mega yang
langsung duduk di kursinya
Mitha
berjalan menghampiri tempat duduk Mega. “Kemana semua orang? Kenapa belum ada
yang dateng?” tanya Mitha polos
“Hey..
lupa ya? Pagi ini kan jadwalnya kosong,
emangnya lo nggak tau? Or.. nggak ada yang kasih tau ya?”
“Lalu....”
Mitha bertanya kembali. “Kuliah berikutnya akan dimulai jam setengah sepuluh.” Potong
Mega cepat sebelum Mitha menyelesaikan pertanyaanya
“Gue mau
ke gedung olahraga, lo mau ikut? Or... kamu lebih memilih untuk diam didalam
kelas?” tanya Mega sambil berlalu menuju
ke gedung olahraga diikuti oleh Mitha dibelakangnya
Sesampainya
digedung olahraga, Mega mengganti pakaiannya dengan dogi ( nama baju
seragam karate ). Mitha duduk dibangku yang telah disediakan ditempat latihan
tersebut. Lima menit setelahnya, latihan mereka pun dimulai. Dari pemanasan
hingga ke bagian inti, yaitu mengulang atau menambah gerakannya.
Mitha
sendiri sibuk dengan smartphonenya, sesekali melihat ke arah para mahasiswa
yang sedang latihan. Hari itu, mahasiswa yang latihan karate lumayan banyak.
Jadinya tempat itu jadi lebih berisik dari hari sebelumnya, apa karena hari ini
tahun ajaran baru? Mitha kembali fokus ke smartphonenya.
“Ngapain
lo kesini? Mau minta duit?” tanya seseorang yang sudah tidak asing baginya
“Jyah..!
emangnya lo pikir gue itu masih bocah, hah..?! duit masih minta ke lo. Gue itu
nemenin temen gue si Mega latihan.” ucap Mitha sambil melihat ke arah Mega yang
sedang melatih pukulannya
“Oooohh...
kalian sekelas ya? Ck.! Nggak nyangka,”
“Maksud
lo?”
“Nggak da
maksud,”
Mega
berjalan ke arah Mitha dan Dafa yang sedang asyik mengobrol, sambil mengambil
botol air dan handuk kecil yang dibawanya dari dalam tas.
“Gimana
latihannya?” tanya Mitha
Mega
melirik sekilas ke arah Dafa. “Tanya aja ke sepupu lo itu, kan dia pelatihnya.”
jawabnya sambil mengusapkan handuk kecil itu untuk menghilangkan keringat yang
keluar dari leher dan dahinya.
“Loh....
jadi, kalian berdua itu udah saling kenal?” tanya Mitha heran sambil melihat ke
arah Dafa dan Mega bergantian.
“Emang”
Jawab Dafa singkat
Mitha
melihat ke arah jam tangannya. “Balik ke kelas yuk, bentar lagi udah mau
masuk.” ajak Mitha
“Thanks
untuk hari ini ya, ka Dafa.” kata Mega lalu pamit menuju ruang ganti.
***
TBC
0 komentar