Daydream [part 2]
Author : Rina Chan
Cast : Lee Hyuk Jae
Kang Rae Hwa OC
Park Chanyeol
Other cast : Kang Hyun Sun (OC), Kang Rae Suk (OC), Lee Donghae, Cho
Kyuhyun,
Lee Sungmin,
Byun Baekhyun, Do Kyungsoo, & other cast.. ^^
Genre : NC 17, romance, tragedy, chapter
((TYPO bertebaran, beware!))
========Happy Reading========
Seorang namja menatap nanar seorang yeoja yang sedang terbaring lemah
di ranjang rumah sakit. Sementara keempat sahabatnya masih setia menemani namja
tersebut di ruangan yang sama.
Namja tersebut melihat kamar yang ditempati oleh yeoja tersebut, kamar
VVIP. Dia sempat berfikir, apa yeoja itu adalah orang yang sangat kaya?
Mengingat penampilannya yang terbilang biasa saja. Bahkan tidak mencerminkan
dirinya orang kaya. Lalu, ekspresi dokter dan para suster yang menanganinya
ketika dia sampai dirumah sakit itu. Siapa sebenarnya yeoja tersebut.
“Appa... eomma...” ucap yeoja tersebut lirih masih dengan mata
terpejam.
Pintu ruangan tersebut terbuka dan menampakkan sosok tiga orang yang
datang dengan ekspresi panik. “Omo! Ya tuhan... apa dia baik-baik saja?” tanya
seorang ahjumma pada namja tersebut. Dan namja tersebut mengangguk sambil
tersenyum.
Ketiga orang yang baru saja datang, menatap sang namja dan keempat
sahabatnya heran. “Kalian siapa?” tanya seorang ahjussi yang datang bersama
ahjumma dan seorang yeoja berumur sekitar dua puluh lebih.
“Annyeong haseyo, naneun Park Chanyeol imnida.” Sapa namja tersebut
diikuti oleh keempat temannya yang lain.
“Apa kau yang telah mengantarnya kemari? Kamsahamnida... aku sangat
berterima kasih karena telah menolong nona kami,” ucap ahjumma tersebut. “Ah!
Aku Park Mina, kalian bisa memanggil ku Park ahjumma. Lalu ahjussi ini
adalah Shin Dong Hee atau kau bisa
memanggilnya Shindong ahjussi, dan yeoja tersebut adalah Kim Nari istrinya Shindong.”
Author POV
Suasana di ruangan Rae Hwa sedikit lebih ramai karena mereka semua
sedang bertukar cerita untuk mengisi kebosanan. Chanyeol pun juga sudah
bergabung dengan obrolan mereka, lalu dia beranjak dan menarik kursi lain untuk
duduk disamping Park ahjumma.
“Ahjumma, apa aku boleh bertanya sesuatu?” tanya Chanyeol hati-hati.
Park ahjumma menoleh lalu mengangguk. “Sebenarnya, siapa dia? Dan.. apa ahjumma
dan kedua orang itu adalah keluarganya?”. Park ahjumma tersenyum sesaat lalu
menoleh menatap Rae Hwa, “Dia.. adalah putri dari presdire JK Group. Kami
sebenarnya hanya seorang pelayan dan supir, namun tuan dan nyonya selalu
mengangap kami sudah seperti keluarga mereka...”.
“Lalu dimana orang tuanya?”
Park ahjumma kembali tersenyum, namun matanya sedikt berkaca-kaca.
“Tuan dan nyonya... berada di surga.” Chanyeol langsung meminta maaf, karena
dia sudah salah bertanya. “Gwaenchana, kau tidak salah. Chanyeol~ssi,”
Sesaat mereka berdua terdiam, sebenarnya masih ada yang ingin
ditanyakan lagi. Namun dia merasa tidak enak, karena takut salah seperti tadi.
“Tanyakan saja, jika memang masih ada yang membuatmu penasaran.” Ujar
Park ahjumma sambil memegang telapak tangan Chanyeol yang bergerak gelisah
seperti menahan sesuatu. “Ada apa dengannya? Kenapa ketika aku mendekatinya,
dia selalu gemetaran dan...” Chanyeol menggantungkan kalimatnya. “Ketakutan,”
sambung Park ahjumma. Chanyeol mengangguk.
Park ahjumma menarik nafas dalam dan memejamkan matanya. “Karena dia
phobia terhadap sosok yang bernama teman. Sejak kecil, dia selalu memiliki
kenangan yang buruk dalam menjalin pertemanan. Maka dari itu, dia takut saat
teman sekelasnya mendekatinya.”
“Termasuk aku?” Park ahjumma mengangguk. “Tapi aku tidak berniat
menyakitinya,” bela Chanyeol. “Ye, aku tau. Dia hanya selalu terbayang akan
masa lalunya, sehingga dia tidak berani memiliki teman hingga saat ini”
Chanyeol tertegun mendengar penjelasan Park ahjumma, sekarang dia tau alasannya
kenapa sikap Rae Hwa seperti itu padanya.
Chanyeol dan keempat temannya pamit pulang setelah Rae Hwa sadar.
Sedangkan Rae Hwa yang bingung akan situasi yang terjadi hanya mengangguk.
Rae Hwa POV
Setibanya aku dirumah, aku langsung menuju kamarku dan kembali
berbaring dengan perasaan tidak nyaman. Park ahjumma bilang, bahwa aku baru
saja pingsan karena ketakutan. Dan... namja itu, Park Chanyeol mengatakan bahwa
dia adalah temanku? Dia pasti bercanda. “Aku tidak mungkin memiliki teman,”
gumamku sambil memjamkan mataku.
Keesokan harinya...
Hari ini aku dilarang berangkat kuliah karena kondisiku yang masih
lemah, dan Park ahjumma takut jika aku mengalami syok seperti kemarin. Maka
dari itu, sekarang aku sedang bersama Donghae di halaman belakang rumahku,
lebih tepatnya aku sedang menjalani terapiku.
“Apa yang kemarin kau rasakan, saat bertemu dengan namja yang bernama
Park Chanyeol?” tanyanya. Aku menundukkan pandanganku sambil memainkan
jari-jariku yang saling bertaut. “Kau... pasti sangat ketakutan,” tebaknya. Aku
hanya mengangguk membenarkan.
Donghae menghembuskan nafasnya pelan. “Rasa trauma karena pem-bully-an
itu tidak akan mudah hilang, bahkan akan membekas sampai delapan belas... atau
bahkan lebih” aku mengangkat kepalaku dan mendesah pelan. Sudah ku duga jika
ini akan sia-sia.
“Dan ini tidak akan sia-sia jika kau memang ingin menyembuhkan rasa
takut itu” sahutnya. Aku mengangkat alisku, terkejut. Bagaimana bisa dia tau
apa yang aku pikirkan?.
“Karena aku semua itu tercetak jelas diraut wajahmu,” ujarnya membuatku
tersenyum sinis. Aku bahkan melupakan bahwa dia adalah psikolog, dia pasti bisa
menebak apa yang aku pikirkan dengan raut wajahku saja. Hebat.
“Ah~ bolehkah aku meminta sesuatu?” tanyanya membuatku menoleh.
“Bisakah, kau memanggilku oppa? Karena, aku sangat merasa tidak nyaman ketika
kau memanggilku dengan panggilan formal” aku hanya mengangguk.
“Maaf mengganggu nona, Chanyeol~ssi... dia ingin menemuimu.” Ucap Nari.
Aku menatap Nari bingung, Chanyeol? Kenapa dia bisa tau alamatku?. “Suruh dia
untuk datang kemari,” Nari mengangguk paham dan pergi meninggalkan kami.
“Ini..” aku menatap beberapa buku catatan yang diberikan oleh Chanyeol
yang sudah duduk dihadapanku. “Ini adalah semua pelajaran hari ini,” aku
tertegun ketika dia melanjutkan kalimatnya
“Sepertinya kau sudah mempunyai teman,” ujar Donghae oppa sambil
menatap Chanyeol. Chanyeol hanya tersenyum ramah pada Donghae oppa. “Kau tidak
usah bersikap menjijikkan seperti itu,” desisku lalu beranjak meninggalkan
mereka dan menuju kamarku.
Chanyeol POV
Mwo? Menjijikkan katanya, aish! Kata-katanya sangat tajam. Aku milirik
ke arah namja yang tadi duduk dengan Rae Hwa dan mendengus sebal sambil
meletakkan buku catatanku diatas meja. “Kau pasti jengkel dengan sikapnya
barusan?” tebaknya dan aku menggumam pelan.
Namja tersebut tersenyum lalu menjulurkan tangannya. “Naneun, Lee
Donghae imnida... aku adalah psikiater nona Kang.” Ah~ jadi dia adalah
psikiater Rae Hwa, aku pikir dia adalah namjachingunya. Pikirku sambil menjabat
tangannya. “Kau jangan berpikir yang tidak-tidak,” tegurnya membuyarkan
lamunanku. Bagaimana bisa? Apa dia bisa membaca pikiranku?.
“Semua terlihat jelas dari ekspresimu memandangku,” ujarnya membuatku
melongo dan dia hanya tertawa melihat ekspresi terkejutku. “Apa kau, yang
bernama Park Chanyeol? Yang menolongnya saat dia pingsan kemarin?”.
“Ne,” jawabku singkat masih sedikit jengkel karena sikapnya yang tidak
bisa ditebak. “Bisakah kau menjadi temannya?” aku menatapnya bingung. “Aku
sudah menjadi temannya,” belaku.
“Tapi dia tidak menganggapmu teman bukan?”. Aku berfikir sejenak lalu
mengangguk. “Karena itu, aku mohon padamu. Bertemanlah dengannya dan... jika
kau bisa, kau bisa menghapuskan semua pikiran-pikiran buruknya tentang sosok
yang bernama ‘teman’.” Pintanya.
“Aku tidak bisa menjamin dia masih mempercayai yang namanya teman atau
tidak, karena kenangan buruknya sudah sukses membuatnya menghapus sosok teman
dalam kamus kehidupannya.”
“Akan ku usahakan,” jawabku cepat setelah mendengar permintaanya. “Aku
berharap banyak padamu, pengobatanku tidak akan berhasil jika dirinya sendiri
tidak ingin mencari teman” aku mengangguk. “Arrasso, aku akan membantu” Donghae
tersenyum kepadaku. “Gomawo..”.
-oOo-
@Chanyeol’s apartement
“Jadi kau menyutujui permintaan psikiater tersebut?!” seru Hyun Sun dan
Rae Suk serempak. Aku hanya menutup kedua telingaku karena mendengar suara
mereka.
“Bisakah kalian tidak menurunkan volume suara kalian? Dan kenapa kalian
harus terkejut?” tanyaku heran. Hyun Sun dan Rae Suk hanya menunduk malu
sementara Baekhyun hanya terkekeh geli melihat ekspresi dua yeoja tersebut.
“Kenapa kau mau menerima permintaan tersebut, oppa?” tanya Hyun Sun.
Aku mendesah pelan sambil mengusap wajahku. “Apa kalian tidak kasian
terhadapnya?” tanyaku balik. “Jadi kau mau menerima permintaan tersebut karena
kasian?” ujar Dio yang sudah bergabung dengan membawa nampan yang berisi
beberapa cemilan dan minuman.
Aku terdiam mendengar ucapan Dio. “Ani! Aku memang tulus ingin berteman
dengannya,” belaku. “Kalaupun dia bersikap tertutup itu semua karena masa
lalunya, bukankah kemarin sudah ku ceritakan pada kalian? Dia sendirian.”
Ujarku lagi
“Ne, seharusnya kalian berdua ikut membantu kami. Jika kalian yang
berada didalam posisinya, kalian pasti tidak akan sekuat dia.” Sahut Baekhyun
membela.
“Jadi... bagaimana?” kedua yeoja tersebut saling berpandangan.
Sebenarnya aku juga meminta bantuan mereka semua, karena aku tidak mungkin
melakukan semua itu sendiri.
“Geure... kami juga akan membantumu, lagi pula... aku juga ingin
menjadikannya teman.” Ucap Rae Suk. Aku tersenyum lalu beranjak dari tempat
dudukku dan memeluk mereka berdua erat. “Gomawo... aku tau kalian akan
menolongku,” ucapku lirih. Dan kembali ke tempat dudukku sambil menikmati
cemilan yang dibawa oleh Dio.
Eunhyuk POV
Aku sedang membersihkan debu yang menempel dibenda-benda berharga
ketika milikku ketika aku kecil. Pandanganku masih lekat memandang pigura
berukuran sedang yang terdapat fotoku dan foto yeoja itu. Kang Rae Hwa.
Sudut bibirku tertarik keatas ketika melihat wajahnya yang tersenyum
polos, walaupun aku tau dibalik senyuman itu dia menyimpan semua lukanya
sendiri. Bahkan dia tidak ingin membagi lukanya dengan ku, sungguh egois.
“Sampai kapan kau akan sembunyi?” aku menoleh dan mendapati Donghae
sedang mencondongkan tubuhnya menatap pigura yang sedang ku pegang. “Aigoo...
kyeopta, apa itu yeoja kecilmu?” tanyanya.
“Ne, kau benar. Dia adalah yeoja kecilku...” aku mengantung ucapanku.
“Aku belum siap untuk bertemu dengannya, tapi aku akan terus melindunginya”
lanjutku. Donghae mengangguk, lalu duduk disampingku.
“Aku dengar, kemarin dia pingsan. Apa benar?” tanyaku padanya. Dia
hanya mengangguk pelan, “Kau tenang saja.. untuk saat ini aku sudah meminta
bantuan seseorang untuk menjadi temannya. Jadi kau tidak perlu mengkhawatirkan
yeoja kecilmu itu,” ledeknya sambil menggodaku.
“Seseorang? Nugu?” tanyaku penasaran. “Kau tidak perlu tau, bisa-bisa
kau cemburu” aku semakin tidak mengerti dengan apa yang Donghae katakan. Tunggu
dulu, kalau dia bilang aku bisa cemburu... apakah temannya itu seorang namja?.
Aku menoleh cepat menatap Donghae dengan tatapan tajam. “Aku sudah
bilang... kau tidak usah tau, Lee Hyuk Jae.”
“Ya! Kenapa harus seorang namja, kenapa bukan yeoja?!” protesku tidak
suka. “Ck! Kau pikir, mudah untuk mencari teman yeoja untukknya? Sedangkan
selama ini dia selalu tersakiti oleh teman yeojanya” tuturnya membuatku
mengurungkan niatku untuk protes lebih jauh. Dia benar, selama ini yang lebih
banyak menyakitinya adalah teman yeoja. “Jadi tidak ada salahnya jika aku
mencarikannya teman namja,” sesaat aku berfikir. “Tapi tetap saja, aku tidak
suka! Jika sampai ada hubungan yang lebih diantara mereka, aku tidak akan
pernah mau memafkanmu!” Donghae tertawa, sedangkan aku menekuk wajahku jengkel.
“Aigoo... kau egois sekali, kenapa tidak kau nikahi saja dia, supaya
dia tidak diganggu oleh namja lain?” godanya. Aku hanya diam sambil membuang
muka. “Assa! Kau tidak berani? Ck! Seorang Lee Hyuk Jae yang terkenal karena
kepandaiannya memikat seorang gadis tidak berani mendapatkan hati yeoja
kecilnya? Ckckck... tragis,” sindirnya membuatku bungkam.
“Berhentilah menggodaku!” Donghae semakin tertawa dan pergi menuju
kamarnya. Aish! Jinjja, kenapa dia suka sekali menggodaku?!.
Author POV
Waktu berjalan begitu cepat, tanpa terasa sudah memasuki akhir tahun.
Salju pun sudah mulai menghiasi kota Seoul dibeberapa sudut. Tapi itu tidak
menghentikan aktivitas yang dilakukan oleh para penghuninya untuk melakukan aktivitasnya
walaupun udara dingin terus berhembus.
Rae Hwa baru saja keluar dari ruang kelasnya, diikuti oleh Chanyeol
yang entah sejak kapan sudah dianggapnya teman. Walaupun pada awalnya Rae Hwa
takut, namun dibantu dengan Donghae dan orang-orang rumahnya, akhirnya dia bisa
mempercayai Chanyeol untuk dijadikan sosok teman.
Meskipun demikian, Rae Hwa hanya bisa menerima Chanyeol sebagai
temannya. Walaupun Hyun Sun, Dio, Baekhyun dan Rae Suk juga ingin berteman
dengannya juga... dia masih belum bisa untuk menerima kehadiran mereka
seutuhnya dan mereka pun memaklumi.
Langkah Rae Hwa terhenti ketika seseorang memanggilnya saat dia
berjalan menuju tempat parkir. “Nuguseyo?” tanyanya pada orang tersebut.
Orang tersebut tersenyum. “Nanenun... Lee Hyuk Jae, imnida..” kata
orang tersebut memperkenalkan dirinya. Seketika itu Rae Hwa membulatkan matanya
terkejut, mukanya memucat dan buku yang ada digenggamannya jatuh karena
tubuhnya bergetar.
“Hwanie~ah, gwaenchana?” tanya Chanyeol yang mendekati Rae Hwa dan memungut
buku-buku Rae Hwa yang berjatuhan. “Oppa.... yeollie oppa... temani aku
pulang... sekarang...” ujar Rae Hwa dengan suara gemetar. Dia ketakutan.
Chanyeol mengangguk paham lalu meninggalkan Eunhyuk yang masih mematung melihat
kejadian yang ada dihadapannya.
“Apa kau sudah melupakanku, hwanie?” gumam Eunhyuk lirih sambil menatap
nanar punggung Rae Hwa yang sudah menjauh.
Selama perjalanan pulang Rae Hwa selalu menggenggam tangan Chanyeol
erat, baginya saat ini dia butuh sesuatu untuk menghilangkan ketakutannya.
Chanyeol memperhatikan tubuh yang berada disampingnya dengan tubuh bergetar,
dia tau bahwa Rae Hwa sedang mencoba kuat meskipun dia tau itu sulit. Tangan
kanannya terulur dan memeluk kepala Rae Hwa untuk menenangkan tubuhnya yang
masih bergetar hebat.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya Rae Hwa sampai
dirumahnya dengan dipapah oleh Chanyeol.
“Omo! Apa yang terjadi?” tanya Park ahjumma panik sambil menggantikan
Chanyeol untuk memapah Rae Hwa. “Nanti ku jelaskan ahjumma,” Park ahjumma hanya
mengangguk mengerti lalu mengantarkan tubuh nonanya menuju kamar dibantu oleh
Nari.
“Apa ada yang mengganggunya?” tanya Park ahjumma setelah menyuguhkan
Chanyeol secangkir teh dan duduk disampingnya. “Dia bertemu seseorang... kalau
tidak salah, bernama Lee Hyuk Jae” Park ahjumma mematung ketika mendengar nama
yang sudah sangat akrab ditelinganya.
Semua orang di keluarga sudah tidak asing dengan nama tersebut, karena
itu adalah nama seorang namja yang sudah dikenal sejak Rae Hwa masih kecil.
Mereka semua tau, bahwa namja itulah yang selalu melindungi nona muda mereka
saat disekolah. Hanya saja, mereka sudah tidak mendengar nama itu lagi setelah
nona mudanya itu lulus SD, karena kabarnya namja tersebut pergi bersama
keluarganya ke London.
“Ahjumma, gwaenchana?” Park ahjumma terkejut ketika tangannya disentuh
oleh Chanyeol. “Ah.. ne,” jawab Park ahjumma. Chanyeol hanya menatap bingung
melihat ekspresi wajah Park ahjumma yang langsung berubah ketika dia
menyebutkan nama itu. “Geure... kalau begitu, aku permisi dulu. Sampaikan
salamku padanya ketika sudah sehat,” Chanyeol bangkit dari duduknya diikuti
oleh Park ahjumma. Mereka pun saling memberi hormat sebelum Chanyeol pergi.
-oOo-
Chanyeol POV
Aku mempercepat langkahku menuju kesebuah cafe tempat dimana Donghae
hyung sudah menungguku. Selama kau berteman dengan Rae Hwa, dia memintaku untuk
memantau tingkah laku Rae Hwa. Tanpa pikir panjang aku langsung menerima
permintaannya lagi, karena bagiku... aku tidak tega melihat Rae Hwa seperti
itu.
“Mian ne.. aku terlambat” ujarku sambil menarik sebuah kursi yang ada
dihadapannya. Donghae hyung tersenyum lalu menopang dagunya dengan menatapku,
dan jujur... tatapannya membuatku merasa tidak nyaman. Kalau misalkan aku
adalah seorang yeoja, mungkin aku akan berdebar-debar karena tatapannya itu.
Tapi sayangnya aku seorang namja.
“Hyung, berhentilah menatapku seperti itu.” Protesku tidak suka.
Donghae hyung menyenderkan punggungnya lalu melipat kedua tangannya didada.
“Apa ada yang kau sembunyikan?” tanyanya. Ah~ sudah ku duga, dia bisa membaca
sesuatu dariku. Menyebalkan. Aku menggeleng cepat sambil memanggil pelayan
untuk memesan minuman.
“Gojitmal...” balasnya membuatku memalingkan wajahku darinya. “Tadi
siang... hwanie bertemu dengan seorang namja bernama Lee Hyuk Jae...” ku
gantung kalimatku karena melihatnya terkejut tapi dengan cepat dia merubah
ekspresi wajahnya lagi. “Lalu apa ada sesuatu yang terjadi?” aku menautkan
alisku menatapnya balik. “Ani, hanya saja... hwanie menjadi ketakutan, saat
bertemu dengannya.”
Donghae hyung mengangguk paham. “Apa kau mengenalnya?” tanyaku sesaat
dia terdiam lalu menggeleng. Aku tersenyum masam, karena mengetahui bahwa dia
berbohong.
“Bagaimana keadaannya?” tanyanya setelah seorang pelayan mengantarkan
pesananku. Aku menggeleng cepat. “Sepertinya kau sangat perhatian padanya, apa
kau menyukainya?” tanyaku. Donghae hyung tersenyum masam mendengar
pertanyaanku. “Ani, aku tidak menyukainya. Tapi... seseorang lah yang
menyukainya,” sahutnya.
“Apa... seseorang tersebut bernama Lee Hyuk Jae?” tebakku. Donghae
hyung membenarkan posisi duduknya. “Geure... tujuan pertemuan kita kesini untuk
membahas tentang hwanie bukan? Kenapa kau seperti sedang mengintrogasiku,”
elakknya. Aku tersenyum sinis, “Sepertinya tebakanku benar!” ujarku bangga.
Donghae hyung terlihat sedikit gelisah lalu menyambar Americano-nya dan
meminumnya habis. Lalu dia mengusap wajahnya kasar dan mencoba bersikap normal.
“Memangnya kenapa kalau aku mengenalnya?” tanyanya. Cih! Akhirnya dia jujur
juga, memangnya hanya dia saja yang bisa mengintimidasi aku? aku juga bisa!
“Bisakah kau meminta orang tersebut untuk menjaga jarak dengan hwanie?”
Donghae hyung tertawa. Memangnya apa yang lucu?. “Apa kau cemburu?” tanyanya
setelah puas tertawa dengan permintaanku, dan kali ini aku yang tertawa dengan
pertanyaanya. Dan menghentikan tawaku, begitu melihat ekspresi mukanya yang
jengkel. “Ani, kau salah paham. Hyung! Aku hanya menganggap hwanie sebagai
yeodongsaengku saja, tidak lebih” aku memasang ekspresi sedatar mungkin sambil
menyeka air mata yang keluar setelah puas tertawa.
Eunhyuk POV
Tanganku semakin mencengkram kertas yang saat ini sedang ku baca.
Mendengar namja itu.. namja yang bernama Park Chanyeol semakin dekat dengan
yeoja kecilku, aku membencinya. Seharusnya aku yang berada diposisinya, bukan
dia!
Berkali-kali aku mengacak rambutku frustasi, dan mendesah berkali-kali
karena gelisah. Aku tidak peduli bahwa Kyuhyun dan Sungmin berkali-kali
memanggilku dan membicarakan kegiatanku saat ini. Kenapa mereka peduli padaku?!
Urusi saja yeoja sewaan mereka yang saat ini sedang duduk dipangkuan mereka dan
selalu menggoda mereka. Cih! Menjijikkan.
“Hyuki~ah, tenangkan dirimu... apa kau tidak mau bergabung dengan ku?”
tawar Sungmin membuatku menoleh ke arahnya yang sedang melakukan
pemanasan-pemanasan untuk saling menaikkan gairah masing-masing. Aku menggeleng
cepat, dan kembali ke kursi kebesaran ku.
Pandangan mataku tidak lepas memandang beberapa foto yang diberikan
oleh orang sewaanku. Foto-foto itu berisi tentang keakraban yeoja kecilku
dengan namja aneh yang selalu tersenyum itu. Ingin rasanya aku memukul wajahnya
saat ini juga.
“Kalau kau jengkel padanya, kenapa tidak kau habisi saja dia?” usul
Kyuhyun membuatku menatapnya. “Supaya dia tidak mendekati yeojamu lagi,” lanjut
Kyuhyun. Tiba-tiba saja, aku menyeringai mendengar usul si maknae evil itu.
Harus ku akui, terkadang dia pintar juga dalam hal ini.
“Ya! Apa kau tidak memikirkan akibatnya? Bukankah Donghae yang meminta
namja itu untuk menjadi temannya, maka dari itu... yeojamu sekarang bisa
sedikit tersenyum. Apa kau ingin membuat yeojamu murung kembali?” tanya Sungmin
“Ani, selama hwanie tidak mengetahui hal itu...” sahutku cepat sambil
mengeluarkan smirkku karena memikirkan rencanaku.
Rae Hwa POV
Sudah beberapa hari ini aku tidak pernah bertemu dengan Chanyeol oppa.
Kabar yang ku dengar dari teman-teman sekelasku, dia sakit. Mungkinkah? Setauku
dia namja yang sangat peduli pada kesehatannya. Tapi.. dia tetap manusia bukan?
Wajar saja jika dia sakit.
Bel tanda berakhirnya pelajaranpun berdering, aku mulai membereskan
buku-buku yang baru saja ku gunakan untuk belajar dan mulai melangkah setelah
semuanya beres.
Brukk...
Aku menahan nyeri pada tubuhku yang jatuh karena seseorang menyandung
kakiku dengan sengaja. Aku menoleh untuk melihat siapa yang telah melakukannya,
dan cukup terkejut karena yang telah menyandungku adalah kaki Kim Yoora.
Seorang yeoja yang sangat populer diseantero kampus ini, sekaligus menjadi salah
satu penggemar Chanyeol oppa dan hyuki oppa. Aku sudah mengenalnya karena kita
sekolah di SD yang sama, bahkan sampai kuliah di universitas yang sama. Tapi,
dia selalu menyiksaku selama di SMP dan di SMA karena aku sangat dekat denagn
hyuki oppa.
Dengan susah payah aku berdiri dan mengambil bukuku yang berserakan.
Lalu mulai melangkah kembali, namun tanganku dicekal oleh anak buahnya mereka
berdua menyudutkan aku ke dinding. Aku sempat meringis karena benturan yang
cukup keras.
“Ck! Kau benar-benar menyebalkan, tidakkah kau pikir aku sudah cukup
bersabar?!” bentak Yoora tepat dihadapanku. Aku menautkan alisku bingung.
“Jangan berpura-pura bodoh!” sentaknya sambil mendorong kepalaku kasar hingga
membentur dinding. “A... aku tidak mengerti apa yang.. kau bicarakan,” ucapku
menahan nyeri di tubuhku.
PLAKKK...!!
“Kau sudah membuat yeollie oppa terluka, tidakkah kau tau bahwa dia
sakit karena insiden dia diserang oleh sekelompok orang saat pulang dari
mengantarkanmu,” aku menatapnya bingung dengan menahan rasa nyeri dan...
tamparannya. Mungkin sudut bibirku saat ini sobek, karena aku merasakan sesuatu
yang asin berasal dari sudut bibirku. “Dan... kau lah penyebab, kenapa yeollie
oppa diserang!” bentaknya dan kembali mendorong kepalaku ke tembok, kali ini lebih
keras. Aku mendesis tertahan ketika tanganya menjambak rambutku kasar.
“Mengecewakan...! beginikah, putri tunggal presdire JK group? Sebenarnya apa
yang mereka ajarkan hingga kau sangat menjadi menyedihkan seperti ini, hemmm?”.
Rahangku mengeras begitu mendengar dia mengejek orang tuaku. Aku tidak
pernah mempermaslahkan jika aku yang diejek, tapi... jika itu sudah menyangkut
orang tuaku. Maka aku tidak akan tinggal diam. Dengan sisa kekuatan yang ku
punya, aku menyikut kedua anak buahnya. Saat anak buahnya lengah aku langsung
menyerangnya dan menampar balik wajahnya yang cantik itu.
“Ya! Berani sekali kau menyentuhku! Dasar, yeoja gila!” desisnya sambil
menyuruh kedua anak buahnya untuk memegangi kedua tanganku lagi. Detik
berikutnya, yang ku rasakan adalah rasa perih dikedua pipiku karena Yoora
menamparku berkali-kali.
-oOo-
Aku memandang nanar kedua makam orang tuaku sambil menahan rasa sakit
yang menjalar diseluruh tubuhku. Angin yang berhembus membuat rasa panas
dikedua pipiku semakin memanas. Aku memekik tertahan ketika meraba sudut
bibirku yang masih mengeluarkan darah segar.
“Eomma... appa.... aku kembali merasakan serangan itu...” ujarku
menggantung menahan air mata. “Sepertinya... aku akan mulai menjauhi Chanyeol
oppa, itu lebih baik. Karena aku takut, dia akan kembali diserang... begitupula
dengan diriku.”
Sesaat aku merasakan air mataku meleleh bersama hembusan angin yang
semakin kencang. Tuhan... kenapa kau selalu mengujiku dengan hal yang sama? Aku
iri melihat orang lain yang hidup senang bersama teman-teman mereka. Bahkan kau
sudah mengambil kedua orang tuaku yang selalu menjadi tumpuanku selama ini,
dikala aku susah.
Ketika melihat hyuki oppa beberapa minggu yang lalu, membuatku takut.
Takut karena Kim Yoora melihat itu, dan dia akan kembali menyiksaku. Aku
takut... aku takut....
“Andwae...!!” jeritku sambil menutup kedua telingaku ketika kembali
teringat kata-kata Yoora yang masih melekat didalam pikiranku. “Jeball...
pergilah...” desahku pelan
Seketika itu lututku melemas dan entah apa yang terjadi, tubuhku jatuh
ke tanah dengan mudah. Dan yang ku rasakan sebelum aku benar-benar kehilangan
kesadaranku adalah... aku merasakan hujan.
TBC
0 komentar