it's my new world

follow your heart

Latest Posts

Daydream [part 1]

By 14.58 , , , ,



Author : Rina Chan
Cast : Lee Hyuk Jae
          Kang Rae Hwa OC
          Park Chanyeol
Other cast : Kang Hyun Sun OC
                     Kang Rae Suk OC
                     Lee Donghae
                     Lee Sungmin
                     Cho Kyuhyun
                     Byun Baekhyun
                     Do Kyungsoo
                     & other cast, ^^
Genre : NC 17, romance, tragedy, chapter

Annyeong..., ^^
Ini adalah karya FF NC pertama ku, mian kalau masih banyak kekurangannya. Ku harap kalian tidak akan bosan membaca ff dengan cast yang sama, walau sedikit ku remake. Terima kasih karena sudah me-RCL ff kacau ini, gomawo...

((beware ranjau TYPO))

========Happy Reading========

Teman... mungkin bagi sebagian orang yang memiliki teman adalah hal yang menyenangkan. Kita bisa melakukan hal apapun bersama-sama dengan sosok bernama ‘teman’. Tidak sedikit pula orang yang tersakiti akan sosok itu, namun dengan cepat dia pasti akan menemukan sosok teman baru sebagai pengganti temannya yang lama.

Bagiku... teman adalah sosok yang tidak ada, bahkan aku menganggap kalau teman hanyalah mitos belaka. Entah sejak kapan aku sudah tidak mengenal arti apapun yang berhubungan dengan sosok bernama ‘teman’. Bagiku... semua hal-hal yang menyangkut tentang teman dan sebagainya hanyalah omong kosong.
Selama ini aku menjalani hidupku dalam kenangan-kenangan buruk tentang teman. Sejak kecil, disaat aku menjalin pertemanan dengan mereka tidak selalu berakhir dengan baik. Mereka... selalu menyakitiku sejak kecil, karena sikap mereka aku berhasil membuat diriku mengerti dan akan menjauhi sosok yang berkedok teman. Apapun itu....” –Kang Rae Hwa-

Author POV
Seorang yeoja masih terpekur menatap makam yang masih baru tersebut. Dia hanya memandangi kedua makam yang menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi orang tuanya itu. Tidak ada satu tetes pun air mata yang mengalir dari pelupuk matanya yang bulat tersebut, karena kedua air matanya sudah habis sejak semalam. Saat dia diberitahukan bahwa orang tuanya meninggal karena kecelakaan.

Yeoja itu bernama Kang Rae Hwa, dia adalah salah satu murid dari Seoul International High School (SIHS). Sebenarnya yeoja ini termasuk golongan orang-orang elit karena dia adalah pewaris tunggal semua kekayaan yang dimiliki oleh JK Group, hanya saja... dia tidak pernah mau jika orang-orang mengetahui bahwa dirinya adalah orang kaya. Apalagi, jika sosok yang bernama ‘teman’ tau siapa dia sebenarnya.

“Nona Kang... sebentar lagi akan turun hujan, lebih baik kita pergi dari sini.” Ajak Park ahjumma. Park ahjumma adalah seorang pelayan yang melayani keluarga Kang sejak Rae Hwa kecil. Bahkan dia masih mengabdikan dirinya untuk terus menjaga anak tunggal dari keluarga Kang tersebut.

Rae Hwa berdiri setelah puas memandangi makam kedua orang tuanya. “Eomma... appa... aku akan kembali lagi besok, jaljayo.” Pamitnya lalu membungkuk dan berjalan meninggalkan pemakaman tersebut dengan dibantu oleh Park ahjumma yang menahan tubuh nona mudanya supaya tidak jatuh pingsan.

Sepanjang perjalanan kembali ke kediaman keluarga Kang, Rae Hwa terus memandangi langit hitam yang menggumpal. Sesekali terlihat kilat yang diselingi oleh suara petir yang saling bersahutan. Rae Hwa mendesah lirih lalu melempar pandangannya menatap lurus ke depan.

“Nona Kang...” Rae Hwa menoleh saat namanya dipanggil ole Park ahjumma yang duduk disampingnya. Park ahjumma menggenggam tangan kiri Rae Hwa dan mencoba menyalurkan kekuatan untuk nona mudanya itu. Rae Hwa tersenyum lalu membalas genggaman Park ahjumma dengan tangan kanannya. “Kau pasti bisa melakukan ini semua tanpa hambatan nona, karena kami tau... nona bukanlah orang yang lemah”

“Nona tidak perlu sedih lagi, karena mulai detik ini kami lah yang akan menjaga nona” sahut Shindong sang supir. “Gomawo... kalian berdua sudah mau menjaga ku,” Rae Hwa memeluk Park ahjumma erat sambil menitikkan air mata. “Ahjussi, apa Nari akan menemaniku juga?” tanya Rae Hwa yang masih berada dipelukan Park ahjumma. Nari, adalah salah satu pelayan yang sangat dekat dengan Rae Hwa karena Nari lebih tua dua tahun dari pada Rae Hwa. Dan, Nari adalah istri dari Shindong ahjussi. “Ne, dia akan menemanimu setelah kembali kemari.” Jawab Shindong.

Sesampainya dikediaman keluarga Kang, Rae Hwa langsung keluar dari mobil setelah pintunya dibukakan oleh Shindong ahjussi. Sesaat langkahnya terhenti ketika setelah membuka pintu rumahnya, pandangannya melihat sekeliling dan berhenti ketika melihat ruang keluarga. Tiba-tiba dia merasakan sesak yang amat sangat ketika membayangkan beberapa hari yang lalu selalu ada dua orang yang dicintainya selalu setia menunggunya dan tersenyum ramah padanya.

Rae Hwa merosot jatuh terduduk sambil kembali terisak mengingat bahwa kedua sosok itu tidak akan menemaninya lagi. Kedua sosok yang sangat membuat Rae Hwa nyaman ketika semua teman-temannya berlaku kejam kepadanya. Kedua sosok yang selalu ada disaat dia terpuruk. Rae Hwa merindukan kedua sosok tersebut.

“Omo! Ya tuhan, kau tidak apa-apa nona? Mari... saya antar ke kamar anda. Sepertinya anda harus istirahat,” ucap Park ahjumma dan dibantu oleh Shindong ahjussi membawa tubuhnya yang sudah sangat lemas untuk berbaring di kamarnya yang terletak diujung lorong di lantai dua rumah megah tersebut.

Rae Hwa POV
Sepi... saat ini yang ku rasakan adalah rasa kesepian yang sangat membuatku takut. Membayangkan bagaimana hari esok yang akan ku hadapi sendiri, tanpa adanya pelukan dan belaian lembut dari appa dan eomma.

Aku tidak butuh semua harta ini, aku lebih senang jika melihat appa dan eomma disini dari pada menikmati semua kekayaan yang mereka berikan kepadaku.

Ya tuhan... cobaan apalagi yang kau berikan kepadaku? Tidak cukupkah kau mengujiku dengan semua ini. Aku memang masih memiliki Park ahjumma dan Shindong ahjussi yang selalu setia disaat aku membutuhkan mereka, karena mereka berdua sudah bekerja disini sejak aku lahir. Tapi tetap saja, itu tidak bisa menutupi rasa sepi yang saat ini melandaku.

Setelah bangun dari tidurku, aku langsung membuka laci nakas yang ada di samping tempat tidurku. Menatap sebuah pigura yang didalamnya terdapat foto ku dan foto seorang namja yang bernama... Lee Hyuk Jae.

Biasanya aku memanggilnya dengan panggilan hyukie oppa, ah! Dia adalah pelindungku yang saat disekolah ketika ada teman yang menggangguku. Aku selalu dilindunginya karena umur kami hanya selisih lima tahun. Namun... setelah kami lulus SD, dia pergi ke London bersama kedua orang tuanya. Tapi, sebelum dia berangkat.. dia pernah memberikan ku sebuah kertas kecil yang bertuliskan.

_____ jangan takut untuk menghadapi mereka, ingatlah! Bahwa aku akan selalu berada bersamamu, walau aku tidak berada didekatmu. Aku sudah berjanji pada orang tuamu untuk selalu melindungimu saat mereka semua mengusikmu, jadi kau tenang saja. Ok! ^^____”

“Hyukie oppa, apa sekarang kau sudah melupakanku? Aku bahkan tidak pernah tau kabar tentang dirimu lagi,” ujarku lirih sambil mendesah pelan.

Tok.. tok... tok...

“Nona Kang, makan malam sudah siap.” Ucap Park ahjumma memberitahu. Aku langsung bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku yang terasa lengket.

Tiga puluh menit kemudian, aku pun keluar dari kamarku untuk makan malam. “Kalian menungguku?” tanyaku begitu melihat Park ahjumma dan Shindong ahjussi masih berada di meja makan. Di keluarga kami, tidak pernah membeda-bedakan orang siapapun dia. Maka dari itu, kami selalu makan satu meja bersama para pelayan yang ada dirumah ini. Siapa lagi kalau bukan Park ahjumma dan Shindong ahjussi. “Ne, kami menunggu nona.” Jawab Shindong ahjussi

Aku tersenyum simpul. “Kalau begitu, lebih baik kita segera makan... karena sepertinya semua makanan ini sudah nyaris dingin. Apa perlu aku panaskan kembali nona?” aku menggeleng dan menahan Park ahjumma yang sudah beranjak dari duduknya.

Setelah menghabiskan makan malamku, aku langsung menuju ke ruang tengah untuk menonton Tv. Menonton acara yang sebenarnya tidak ku tonton.

“Nona...” aku menoleh menatap Park ahjumma yang sedang membawakan nampan berisi coklat hangat dan beberapa biskuit. “Letakkan saja disitu, ah~ ahjumma. Apa kau sedang sibuk?” Park ahjumma menggeleng. Lantas aku menepuk tempat kosong yang ada disebelahku, Park ahjumma menatapku sekilas lalu duduk disampingku.

Ku senderkan kepalaku dibahunya setelah dia duduk disebelahku. “Ahjumma, bisakah besok aku tidak masuk sekolah saja?” Park ahjumma menoleh menatapku. “Ani... kau tidak boleh membolos lagi, nona. Kau sudah tidak masuk sekolah selama dua minggu,” aku mendengus sebal karena mendengar keputusannya. “Biarkan aku belajar di rumah saja, aku ingin homeschooling” ujarku sambil mengangkat kepalaku. Park ahjumma terdiam sejenak, berfikir. “Geure, kalau kemauan nona seperti itu. Aku akan mencarikan guru privat untukmu,” seketika itu senyum lebar terkembang dikedua sudut bibirku. “Gomawo...” ujarku sambil memeluknya erat. Dan perlahan tapi pasti, akhirnya aku tertidur dipangkuan Park ahjumma.

Eunhyuk POV
Pandanganku terus saja memandang ke luar jendela kantorku, menikmati suasana malam yang dihiasi oleh lampu-lampu yang menyala karena malam hari. Dan kembali ke tempat dudukku begitu orang-orang yang aku tunggu sudah datang dan duduk di sofa.

“Ya! Kau kenapa lagi, tidak biasanya wajahmu muram seperti itu.” Ucap salah satu dari kedua namja tersebut.

“Mungkin karena ditolak oleh pasangan barunya,” sahut namja yang lain yang asyik dengan PSP-nya. Aku berdiri dan berjalan menuju kulkas mini yang berada disudut ruanganku lalu mengambil tiga kaleng soda dan bergabung dengan kedua namja itu. “Tidak ada yang bisa menolakku, Cho Kyuhyun.”

Namja yang bernama Kyuhyun itu hanya menatapku sekilas sambil tersenyum mengejek, lalu kembali menatap ‘istri’ kesayangannya itu. “Apa ada sesuatu yang terjadi?” tanya namja lain yang bernama Sungmin, Lee Sungmin. Aku menggeleng lemah.


Mereka berdua adalah CEO dari perusahan yang sangat terkenal di negri ini. Cho Kyuhyun, meskipun dia selalu berkutat dengan ‘istri’-nya tersebut. Tapi, dia sudah menjabat menjadi CEO di Cho Corpration diumurnya yang baru menginjak dua puluh dua karena kecerdasannya itu.

Sungmin, dia adalah peawaris tunggal perusahaan Sendbill. Sedangkan aku, aku juga adalah seorang CEO dari Samsung Electronic Group (SEG).

“Apa aku terlambat?” tanya seseorang lagi yang datang sedikit lebih terlambat dari yang lainnya. Namja itu, Lee Donghae. Sepupuku.

“Aniyo, hyung... bahkan kami pun baru sampai,” sahut Kyuhyun masih dengan posisi sama. “Aigoo... aku benar-benar lelah, apakah malam ini kita akan bersenang-senang?” tanya Sungmin padaku. Aku sudah tidak asing dengan kata bersenang-senang yang dia ucapkan, bagi kami... bersenang-senang disini adalah melakukan hubungan yang bisa memuaskan kami. Melakukan one night stand.

“Molla... entah kenapa suasana hatiku sedang tidak baik,” jawabku. “Justru karena suasana hatimu sedang tidak baik, kami ingin kau melampiaskannya.” Celetuk Kyuhyun yang kini sudah tidak menatap ‘istri’-nya tersebut. Sungmin mengangguk mengiyakan.

“Sepertinya kalian akan bersenang-senang  malam ini, aku iri.” Sahut Donghae sambil menatap beberapa berkas yang mungkin berisi perihal tentang pasien yang akan ditananginya. Donghae merangkap sebagai seorang psikiater. Namun tidak semua orang bisa menyewanya, karena dia memasang tarif yang tinggi. Toh, pengobatannya selalu berhasil pada pasiennya, jadi wajar saja kalau dia bersikap begitu.

“Waeyo?” tanya Sungmin. Kyuhyun membaca beberapa kertas yang berserakan disampingnya, karena Donghae duduk disampingnya. “Apakah pasienmu kali ini adalah anak dari pemimpin JK Group?” tanya Kyuhyun yang sontak membuatku dan Sungmin terkejut. “JK Group?!” tanyaku dan Sungmin serentak. Kyuhyun hanya mengangguk sambil membaca kertas-kertas tersebut.

Kami berempat sudah tidak asing dengan nama tersebut, siapa yang tidak kenal dengan JK Group? Perusahaan besar yang memiliki cabang disetiap belahan bumi ini karena bisnis resort-nya. Aku mengambil salah satu kertas tersebut, dan membaca namanya. Kang Rae Hwa. Tiba-tiba aku tertegun saat membaca nama tersebut, entah kenapa... sepertinya nama itu tidak asing bagiku.

“Ne, lusa aku akan berkunjung ke rumah sang presdire JK Group.” Sahut Donghae

“Memangnya dia kenapa? Sampai-sampai harus menyewa seorang psikiater hebat seperti dirimu?” tanya Sungmin. “Karena dia selalu terbayang akan masa lalunya yang buruk, yang berhubungan dengan teman. Ditambah lagi, kedua orang tuanya baru saja meninggal. Jadi dia sangat terpukul,” Sungmin mengangguk paham. Sedangkan aku masih bergulat dengan pikiranku sendiri, “Dia... yeoja” ujarku lirih.
“Waeyo? Apa kau tertarik padanya? Aku rasa dia tidak masuk kriteriamu,” sahut Donghae yang membuatku tersenyum. “Kau benar” balasku sambil mengembalikan kertas yang ku baca.

Sungmin dan Kyuhyun bangkit dari duduknya. “Geure... kalau begitu, kami pergi dulu untuk mencari mangsa.” Ujar Kyuhyun. Aku mengangguk, begitupula dengan Donghae. Dan detik berikutnya hanya suasana hening yang tercipta karena aku sudah kembali untuk menekuni berkas-berkasku.

-oOo-

Auhtor POV
Hari ini, Rae Hwa sedang diberi pelajaran oleh guru privat yang sudah Park ahjumm carikan untukknya. Rae Hwa terlihat sangat serius memperhatikan apa yang diajarkan oleh sang guru, karena sebentar lagi dia akan melangsungkan ujian kelulusannya.


“Baiklah, kau sudah paham bukan apa yang sudah aku ajarkan?” ujar Choi songsaenim. Rae Hwa mengangguk paham, sementara Choi songsaenim hanya tersenyum puas. Lalu dia beranjak pergi meninggalkan rumah tersebut karena pelajaran untuk hari ini sudah selesai.

Rae Hwa berjalan memasuki ruang keluarga lalu duduk disalah satu sofa yang ada diruangannya tersebut. Matanya menatap nanar ke arah keranjang yang berisi benang wol, yang biasa digunakan oleh ibunya untuk merajut ketika menghabiskan waktu atau menemaninya belajar.

Sesaat dia memejamkan matanya mencoba menahan rasa rindu yang kembali membuncah. Dia berdiri dan duduk disofa yang paling berbeda dari sofa lainnya, karena sofa tersebut hanya untuk satu orang dan hanya ayahnya lah yang biasanya menempati tempat tersebut. Rae Hwa mengusap pinggiran sofa dengan tersenyum menahan air mata yang sudah berkumpul dipelupuk matanya.

“Appa... eomma... haruskah kalian pergi secepat ini?” tanyanya serak sambil mengusap air mata yang akhirnya jatuh juga. Setelah puas menumpahkan rasa rindunya, dia langsung tertidur di sofa tersebut. Park ahjumma yang melihat itu hanya ikut terisak pelan, sungguh dia tega melihat nona mudanya seperti ini terus.
Setelah meminta Shindong ahjussi untuk menidurkan nona mudanya dikamar. Dia langsung kembali ke dapur dan duduk di salah satu kursi yang ada dimeja makan.

“Ahjumma, apa kau yakin dengan keputusanmu?” tanya Nari. Park ahjumma mengangguk. “Lagi pula, besok dia akan kesini” Nari mengangguk. “Apa kau tidak menanyakannya terlebih dahulu padanya?” tanya Shindong ahjussi yang sudah bergabung setelah membaringkan Rae Hwa dikamarnya. Park ahjumma menatap Shindong ahjussi dan Nari bergantian. “Apa kalian tega, melihat nona muda seperti itu terus?” tanyanya. Nari memandang Shindong lalu menundukkan pandangannya dan menggeleng lemah. Begitupun dengan Shindong.

Keesokan harinya....

Rae Hwa terbangun dari tidurnya dan menatap sekeliling. Dia merasa heran, karena seingatnya semalam dia tertidur di sofa milik mendiang ayahnya. Dan sekarang... dia sudah berada di kamarnya? Ah! Mungkin saja, Shindong ahjussi yang membawanya kemari. Pikirnya.

Setelah mengumpulkan seluruh kesadarannya, dia langsung mandi dan turun untuk sarapan dengan yang lainnya.

“Pagi...” sapanya pada Nari yang sedang menata meja makan. “Pagi nona, apa tidurmu nyaman?” tanyanya. Rae Hwa mengangguk sambil tersenyum.

Krrryyuukk~~

Nari menoleh kearah Rae Hwa yang sedang menahan malu karena bunyi perutnya. “Omo! Apa kau sudah lapar, mian ne. Semalam saya tidak berani membangunkan anda untuk makan malam,” sahut Park ahjumma yang datang dengan membawa mangkuk besar yang berisi jjangmyeon. “Gwaenchana, ahjumma. Ah~ jjangmyeon, boleh aku mengambilnya terlebih dahulu?” tanya Rae Hwa meminta izin. Park ahjumma hanya mengangguk sambil mengambilkan nona mudanya semangkuk jjangmyeon.

“Biar aku saja...” pinta Rae Hwa kepada Nari yang sedang mengelap meja makan bekas sarapan mereka tadi pagi. Namun, tangannya ditepis ringan oleh Nari sehingga Rae Hwa menggerutu sebal karena niatnya membantu ditolak. Nari tertawa pelan melihat ekspresi nona mudanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ting nong... ting nong....

Suara bel di pintu utama  membuat Nari menghentikan aktivitasnya. Dan itu membuat Rae Hwa beranjak dari duduknya dan hendak mengambil lap yang dipakai oleh Nari, namun belum sempat memegang lap tersebut tangannya sudah dicekal oleh Nari. “Kau tidak boleh menyentuhnya, arrasso? Jika kau berani menyentuhnya saat aku membukakan pintu, maka aku tidak akan mau bermain lagi denganmu, nona.” Ucapnya yang terkesan mengancam.

Rae Hwa mendengus kesal dan kembali duduk ditempatnya semula dan memainkan game yang ada di Iphone-nya. Bosan.

“Nona, ada orang yang ingin bertemu dengan anda.” Ucap Nari yang sudah kembali. “Jinjja? Kalau begitu, sampaikan padanya aku akan segera datang.” Nari mengangguk paham dan kembali menuju ruang tamu untuk menyampaikan pesan nona mudanya.

Rae Hwa POV
Tamu? Nuguya, apa rekan bisnis appa yang datang berkunjung untuk mengucapkan bela sungkawa?. Pikirku bertanya-tanya sambil berjalan menuju ruang tamu.

“Annyeong haseyo...” sapaku begitu sampai diruang tamu. Tamu tersebut berdiri dan membalas sapaanku, lalu aku duduk di sofa yang berada disamping tamu tersebut setelah mempersilahkannya duduk.

“Anda siapa? Apa... anda adalah salah satu rekan bisnis appa?” tanyaku formal. Tamu tersebut menggeleng pelan, “Naneun... Lee Donghae imnida, aku adalah psikiater yang disewa oleh keluarga Kang untuk mengobati... anda, Kang Rae Hwa aghassi.” Dahiku mengkerut tidak mengerti, apa dia barusan berkata bahwa dia akan mengobatiku?. “Tapi aku tidak sakit,” ujarku.

“Anda memang tidak sakit secara fisik, tapi anda sakit secara psikis.”

“Jadi kau berfikir, bahwa aku sudah menjadi orang gila? Siapa orang yang menyewamu untuk datang kemari?!” hardikku menahan amarah. “Maafkan kelancanganku nona,” aku menoleh menatap Park ahjumma yang sudah berada disampingku dengan menundukkan pandangannya. “Akulah yang menyewa Donghae~ssi,” lanjutnya. “Mwo?! Ahjumma, kau tidak sedang bercanda bukan? Maksudku... apa alsanmu sampai menyewa seorang psikiater pribadi untukku?”. Park ahjumma hanya menundukkan pandangannya, “Saya tidak tega, jika melihat nona terus terpuruk seperti itu terus karena bayangan masa lalu nona. Saya ingin melihat nona kembali tersenyum dan ceria lagi,” tuturnya

Pandanganku kembali menatap Donghae yang saat ini sedang menyaksikan percakapan kami, sesaat aku menghembuskan nafas pelan. Aku tau, Park ahjumma berniat baik padaku. Setidaknya aku harus mencobanya, siapa tau.. ini akan berhasil. “Geure... aku mau,” Park ahjumma mendongakkan kepalanya menatapku tidak percaya.

Donghae tersenyum lalu mengulurkan tangannya, aku menerima uluran tangannya dan membalas senyumannya. “Kamsahamnida, kalau begitu... apa bisa pengobatannya dimulai hari in...”. “Besok, untuk saat ini aku masih fokus untuk ujian.” Potongku cepat. Donghae mengangguk paham lalu beranjak dari tempat duduknya setelah membungkukkan badannya.

Pandanganku tidak berhenti menatap soal-soal yang saat ini sedang ku kerjakan, ahh~ sungguh! Dua minggu lagi aku akan ujian dan lulus dari SMA yang bagaikan neraka itu. Gumamku lirih.

“Apa kedatangan saya menganggu, nona?” aku menoleh mendapati Park ahjumma sudah masuk kedalam kamarku tanpa ku sadari dengan membawa segelas susu dan beberapa cemilan. “Ani..” jawabku sambil tersenyum. Dia membalas senyumanku dan meletakkan nampan yang dia bawa ke sebuah meja kecil yang ada disudut kamarku. “Ahjumma, do’akan aku ne.. aku menyetujui untuk menerima pengobatan dari psikiater tersebut demi kau,”.

Park ahjumma hanya mengangguk lalu mendekatiku dan merengkuh kepalaku sambil mengusapnya pelan. Nyaman dan hangat.

-oOo-

Eunhyuk POV
Pandanganku masih asyik menekuni berkas-berkas yang sejak tadi tidak ada habisnya. Sejenak aku memijat keningku dan mendongakkan kepalaku ketika seseorang meletakkan sekaleng soda dihadapanku. Aku tersenyum.

“Bagaimana?” tanyaku. “Ya.. sesuai dugaanmu, dia memang menggunakan kalung yang berinisial huruf ‘H’. Tapi.. apa kau yakin bahwa dia adalah yeoja teman masa kecilmu?” tanyanya.

Aku tersenyum sambil menyenderkan punggungku ke senderan kursi yang nyaman. “Molla... kau lakukan saja pekerjaanmu, sambil sesekali mencari tau tentang dirinya yang sebenarnya. Entah kenapa... dia membuatku sangat penasaran” Donghae terkekeh pelan. “Kau sedang menyuruhku? Cih!”. Aku hanya tersenyum miring membalas protesannya.

“Kalau begitu, aku pergi dulu. Aku sudah berjanji padanya untuk datang, oh! Aku akan terlambat.” Serunya lantas pergi meninggalkanku sendiri. Aku memutar kursiku menghadap jendela kantorku yang sedang memperlihatkan langit kota Seoul yang cerah. Detik kemudian, mataku terpejam mengingat kenangan masa kecilku dengan seorang yeoja yang sampai detik ini membuatku ingin selalu melindunginya.

Aku beranjak dari dudukku dan berjalan keluar untuk menyegarkan pikiranku yang sepertinya sedikit kacau karena mengenangnya.

1 month later....

Author POV
Rae Hwa sudah menuntaskan SMA-nya, tiga hari yang lalu dia sudah merayakan kelulusannya. Walaupun selama dia menjalani ujian, dia selalu mendapat gunjingan dari teman-temannya karena tingkahnya yang sangat tertutup. Tapi semua itu bisa diatasinya karena sekarang dia sedang menjalani terapi, dan... dia selalu menceritakan semua masalah tersebut pada psikiaternya. Donghae.

“Aigoo... akhirnya, aku bisa masuk ke universitas yang dipilihkan appa dan eomma! walaupun aku hanya mengambil jurusan sastra.” Ucap Rae Hwa bangga setelah sampai didepan kampus elit yang bernama Inha University.

Brukk...!

Badan Rae Hwa terhuyung dan jatuh ke aspal karena seseorang menabraknya dengan sangat keras. Semua buku yang dibawa oleh Rae Hwa berjatuhan dan tercampur dengan buku yang dibawa oleh orang yang menabraknya. Dengan sigap dia membereskan buku-bukunya, “Mian ne...” ujarnya.

Ketika Rae Hwa sudah membereskan buku-buku miliknya, dengan gugup dia langsung melangkah hendak pergi. namun langkahnya tertahan karena orang tersebut memanggilnya.

“Chogiyo...!” Rae Hwa menoleh takut menatap orang yang menabraknya, yang ternyata adalah seorang namja. “Ireumi mwoyeyo? (siapa namamu?)” tanya namja tersebut. Rae Hwa hanya memandang namja tersebut takut dengan tubuh gemetar lalu kembali melanjutkan langkahnya. “Naneun Park Chanyeol imnida..!!” teriak namja tersebut ketika Rae Hwa mulai melangkah, dan tidak memperdulikan Rae Hwa mendengarnya atau tidak.

Chanyeol POV
Aneh.. kenapa yeoja itu terlihat sangat ketakutan, apa aku terlihat menakutkan?. Batinku sambil melihat penampilanku yang selalu terlihat keren. Aku menoleh ketika seseorang menepuk pundakku pelan. “Waeyo? Kenapa kau malah diam saja disini?” tanya Baekhyun. “Ani, aku berniat masuk.. tapi tadi tidak sengaja menabrak seorang yeoja,” Baekhyun mengangguk paham lalu mengajakku untuk masuk kedalam karena sebentar lagi akan diadakan upacara pembukaan semester baru.


Setelah mengikuti acara pembukaan semester baru, aku langsung melesat menuju kelasku, kelas sastra. “Annyeong...!” sapaku ketika membuka pintu kelasku namun tidak ada yang  menjawabnya. Mataku melihat kepenjuru kelas yang ternyata masih kosong, namun.. pandanganku berhenti ketika melihat sosok yang tadi pagi tidak sengaja aku tabrak. Tanpa pikir panjang, aku langsung menuju kearahnya dan duduk dibangku kosong yang ada dihadapannya.

Yeoja itu hanya menoleh sekilas ketika aku sudah duduk dihadapannya dan memutar tubuhku untuk menatapnya. “Annyeong..” sapaku padanya sambil tersenyum. “Kau sudah mengatakannya tadi,” ujarnya datar tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang dibacanya. “Ireumi mwoyeyo?” yeoja itu mengangkat kepalanya malas. “Naneun Kang Rae Hwa imnida, Bangapseumnida”.

Aku memperhatikan gerak-geriknya yang sepertinya tidak wajar, meskipun sesekali aku asik memainkan Iphone-ku. Namun aku bisa menangkap siluet tubuhnya yang seperti... gemetar, apa dia baik-baik saja?.

“Rae Hwa~ssi, gwaenchana?” tanyaku. Dia hanya menatapku sekilas dengan wajah yang sangat pucat. “Omo! Kau sakit, eoh? Kajja! Kita harus ke UKS,” ujarku sambil beranjak ingin membawanya ke UKS. Namun dia hanya menggeleng lemah, lalu dengan cepat dia berlari menjauhiku.

@Prince cafe`

Aku termenung mengingat kejadian tadi pagi, aku penasaran dengan yeoja itu dan kenapa sikapnya seperti menghindari ku?. Dilihat dari caranya menghindari aku, apa mungkin dia memiliki suatu kelainan sehingga takut sampai seperti itu.

“Oppa... gwaenchana?” tanya Hyun Sun. Aku menoleh setelah termenung dengan memandang jalanan dari jendela cafe`, lalu mengangguk.

“Ini pesananmu,” ujar Dio sambil memberikan milkshake rasa jeruk pesananku.
“Gomawo,”. Dio hanya tersenyum sambil duduk dibangku kosong dihadapanku bersama Hyun Sun dan Rae Suk. Sementara Baekhyun, dia duduk disebelahku.

“Oppa.. apa benar, kau sekelas dengan anak dari presdire JK Group?” tanya Rae Suk. Aku mengerutkan keningku tidak mengerti. “Ya! Memangnya kau pikir, dia namja yang penasaran? Dia tidak mungkin menyelidiki latar belakang teman sekelasnya bukan?” balas Baekhyun sementara Rae Suk hanya mengerucutkan bibirnya tidak puas dengan jawaban yang diberikan oleh Baekhyun.

“Tapi ku dengar, dari sepupuku yang satu SMA dengannya... dia adalah anak yang misterius,” ujar Hyun Sun. “Misterius?” ulangku. Hyun Sun mengangguk mengiyakan.
“Ne, aku juga mendengar gosip bahwa dia adalah seorang psikopat.” Tambah Rae Suk.

Aku mendesah pelan mendengar kedua yeoja itu mulai menggosip. Kami memang sudah dekat sejak SMA, karena kami satu sekolah. Bahkan sekarang, kami kuliah ditempat yang sama. Hanya berbeda jurusan, Baekhyun dan Rae Suk masuk jurusan Bisnis. Sementara Hyun Sun dan Dio masuk jurusan Instrument of musical.

“Kalian berdua, berhenti membicarakan seseorang tanpa menemukan kebenarannya.” Protesku yang langsung membuat mereka berdua diam.

Pandanganku kembali menoleh keluar jendela, dan langsung membulatkan mataku sempurna begitu melihat Rae Hwa yang sedang berjalan melewati cafe` kami dengan wajah yang lesu. Tanpa pikir panjang aku langsung berlari keluar tanpa memperdulikan panggilan Baekhyun.

Aku berlari ketika melihat jarak diantara kami semakin menipis, namun dia langsung menoleh ke arahku setelah aku memanggil namanya, tapi tiba-tiba tubuhnya langsung bergetar ketakutan. Setelah aku sampai dihadapannya dengan mengatur nafasku. Dia langsung pingsan begitu aku mengangkat kepalaku.


TBC












You Might Also Like

0 komentar