Daydream [part 1]
Author : Rina Chan
Cast : Lee Hyuk Jae
Kang Rae
Hwa OC
Park
Chanyeol
Other cast : Kang Hyun Sun OC
Kang Rae Suk OC
Lee Donghae
Lee Sungmin
Cho Kyuhyun
Byun Baekhyun
Do Kyungsoo
& other cast, ^^
Genre : NC 17, romance, tragedy, chapter
Annyeong..., ^^
Ini adalah karya FF
NC pertama ku, mian kalau masih banyak kekurangannya. Ku harap kalian tidak
akan bosan membaca ff dengan cast yang sama, walau sedikit ku remake.
Terima kasih karena sudah me-RCL ff kacau ini, gomawo...
((beware ranjau
TYPO))
========Happy
Reading========
Teman... mungkin
bagi sebagian orang yang memiliki teman adalah hal yang menyenangkan. Kita bisa
melakukan hal apapun bersama-sama dengan sosok bernama ‘teman’. Tidak sedikit
pula orang yang tersakiti akan sosok itu, namun dengan cepat dia pasti akan
menemukan sosok teman baru sebagai pengganti temannya yang lama.
“Bagiku... teman
adalah sosok yang tidak ada, bahkan aku menganggap kalau teman hanyalah mitos
belaka. Entah sejak kapan aku sudah tidak mengenal arti apapun yang berhubungan
dengan sosok bernama ‘teman’. Bagiku... semua hal-hal yang menyangkut tentang
teman dan sebagainya hanyalah omong kosong.
Selama ini aku
menjalani hidupku dalam kenangan-kenangan buruk tentang teman. Sejak kecil,
disaat aku menjalin pertemanan dengan mereka tidak selalu berakhir dengan baik.
Mereka... selalu menyakitiku sejak kecil, karena sikap mereka aku berhasil
membuat diriku mengerti dan akan menjauhi sosok yang berkedok teman. Apapun
itu....” –Kang Rae Hwa-
Author POV
Seorang yeoja masih
terpekur menatap makam yang masih baru tersebut. Dia hanya memandangi kedua
makam yang menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi orang tuanya itu. Tidak
ada satu tetes pun air mata yang mengalir dari pelupuk matanya yang bulat
tersebut, karena kedua air matanya sudah habis sejak semalam. Saat dia
diberitahukan bahwa orang tuanya meninggal karena kecelakaan.
Yeoja itu bernama
Kang Rae Hwa, dia adalah salah satu murid dari Seoul International High School
(SIHS). Sebenarnya yeoja ini termasuk golongan orang-orang elit karena dia adalah
pewaris tunggal semua kekayaan yang dimiliki oleh JK Group, hanya saja... dia
tidak pernah mau jika orang-orang mengetahui bahwa dirinya adalah orang kaya.
Apalagi, jika sosok yang bernama ‘teman’ tau siapa dia sebenarnya.
“Nona Kang...
sebentar lagi akan turun hujan, lebih baik kita pergi dari sini.” Ajak Park
ahjumma. Park ahjumma adalah seorang pelayan yang melayani keluarga Kang sejak
Rae Hwa kecil. Bahkan dia masih mengabdikan dirinya untuk terus menjaga anak
tunggal dari keluarga Kang tersebut.
Rae Hwa berdiri
setelah puas memandangi makam kedua orang tuanya. “Eomma... appa... aku akan
kembali lagi besok, jaljayo.” Pamitnya lalu membungkuk dan berjalan
meninggalkan pemakaman tersebut dengan dibantu oleh Park ahjumma yang menahan
tubuh nona mudanya supaya tidak jatuh pingsan.
Sepanjang
perjalanan kembali ke kediaman keluarga Kang, Rae Hwa terus memandangi langit
hitam yang menggumpal. Sesekali terlihat kilat yang diselingi oleh suara petir
yang saling bersahutan. Rae Hwa mendesah lirih lalu melempar pandangannya
menatap lurus ke depan.
“Nona Kang...” Rae
Hwa menoleh saat namanya dipanggil ole Park ahjumma yang duduk disampingnya.
Park ahjumma menggenggam tangan kiri Rae Hwa dan mencoba menyalurkan kekuatan
untuk nona mudanya itu. Rae Hwa tersenyum lalu membalas genggaman Park ahjumma
dengan tangan kanannya. “Kau pasti bisa melakukan ini semua tanpa hambatan
nona, karena kami tau... nona bukanlah orang yang lemah”
“Nona tidak perlu
sedih lagi, karena mulai detik ini kami lah yang akan menjaga nona” sahut
Shindong sang supir. “Gomawo... kalian berdua sudah mau menjaga ku,” Rae Hwa
memeluk Park ahjumma erat sambil menitikkan air mata. “Ahjussi, apa Nari akan
menemaniku juga?” tanya Rae Hwa yang masih berada dipelukan Park ahjumma. Nari,
adalah salah satu pelayan yang sangat dekat dengan Rae Hwa karena Nari lebih
tua dua tahun dari pada Rae Hwa. Dan, Nari adalah istri dari Shindong ahjussi.
“Ne, dia akan menemanimu setelah kembali kemari.” Jawab Shindong.
Sesampainya dikediaman
keluarga Kang, Rae Hwa langsung keluar dari mobil setelah pintunya dibukakan
oleh Shindong ahjussi. Sesaat langkahnya terhenti ketika setelah membuka pintu
rumahnya, pandangannya melihat sekeliling dan berhenti ketika melihat ruang
keluarga. Tiba-tiba dia merasakan sesak yang amat sangat ketika membayangkan
beberapa hari yang lalu selalu ada dua orang yang dicintainya selalu setia
menunggunya dan tersenyum ramah padanya.
Rae Hwa merosot
jatuh terduduk sambil kembali terisak mengingat bahwa kedua sosok itu tidak
akan menemaninya lagi. Kedua sosok yang sangat membuat Rae Hwa nyaman ketika
semua teman-temannya berlaku kejam kepadanya. Kedua sosok yang selalu ada disaat
dia terpuruk. Rae Hwa merindukan kedua sosok tersebut.
“Omo! Ya tuhan, kau
tidak apa-apa nona? Mari... saya antar ke kamar anda. Sepertinya anda harus
istirahat,” ucap Park ahjumma dan dibantu oleh Shindong ahjussi membawa
tubuhnya yang sudah sangat lemas untuk berbaring di kamarnya yang terletak
diujung lorong di lantai dua rumah megah tersebut.
Rae Hwa POV
Sepi... saat ini
yang ku rasakan adalah rasa kesepian yang sangat membuatku takut. Membayangkan
bagaimana hari esok yang akan ku hadapi sendiri, tanpa adanya pelukan dan
belaian lembut dari appa dan eomma.
Aku tidak butuh
semua harta ini, aku lebih senang jika melihat appa dan eomma disini dari pada
menikmati semua kekayaan yang mereka berikan kepadaku.
Ya tuhan... cobaan
apalagi yang kau berikan kepadaku? Tidak cukupkah kau mengujiku dengan semua
ini. Aku memang masih memiliki Park ahjumma dan Shindong ahjussi yang selalu
setia disaat aku membutuhkan mereka, karena mereka berdua sudah bekerja disini
sejak aku lahir. Tapi tetap saja, itu tidak bisa menutupi rasa sepi yang saat
ini melandaku.
Setelah bangun dari
tidurku, aku langsung membuka laci nakas yang ada di samping tempat tidurku.
Menatap sebuah pigura yang didalamnya terdapat foto ku dan foto seorang namja
yang bernama... Lee Hyuk Jae.
Biasanya aku
memanggilnya dengan panggilan hyukie oppa, ah! Dia adalah pelindungku yang saat
disekolah ketika ada teman yang menggangguku. Aku selalu dilindunginya karena
umur kami hanya selisih lima tahun. Namun... setelah kami lulus SD, dia pergi
ke London bersama kedua orang tuanya. Tapi, sebelum dia berangkat.. dia pernah
memberikan ku sebuah kertas kecil yang bertuliskan.
“_____ jangan
takut untuk menghadapi mereka, ingatlah! Bahwa aku akan selalu berada
bersamamu, walau aku tidak berada didekatmu. Aku sudah berjanji pada orang
tuamu untuk selalu melindungimu saat mereka semua mengusikmu, jadi kau tenang
saja. Ok! ^^____”
“Hyukie oppa, apa
sekarang kau sudah melupakanku? Aku bahkan tidak pernah tau kabar tentang
dirimu lagi,” ujarku lirih sambil mendesah pelan.
Tok.. tok... tok...
“Nona Kang, makan
malam sudah siap.” Ucap Park ahjumma memberitahu. Aku langsung bangkit dan
menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku yang terasa lengket.
Tiga puluh menit
kemudian, aku pun keluar dari kamarku untuk makan malam. “Kalian menungguku?”
tanyaku begitu melihat Park ahjumma dan Shindong ahjussi masih berada di meja
makan. Di keluarga kami, tidak pernah membeda-bedakan orang siapapun dia. Maka
dari itu, kami selalu makan satu meja bersama para pelayan yang ada dirumah
ini. Siapa lagi kalau bukan Park ahjumma dan Shindong ahjussi. “Ne, kami
menunggu nona.” Jawab Shindong ahjussi
Aku tersenyum
simpul. “Kalau begitu, lebih baik kita segera makan... karena sepertinya semua
makanan ini sudah nyaris dingin. Apa perlu aku panaskan kembali nona?” aku
menggeleng dan menahan Park ahjumma yang sudah beranjak dari duduknya.
Setelah
menghabiskan makan malamku, aku langsung menuju ke ruang tengah untuk menonton
Tv. Menonton acara yang sebenarnya tidak ku tonton.
“Nona...” aku
menoleh menatap Park ahjumma yang sedang membawakan nampan berisi coklat hangat
dan beberapa biskuit. “Letakkan saja disitu, ah~ ahjumma. Apa kau sedang
sibuk?” Park ahjumma menggeleng. Lantas aku menepuk tempat kosong yang ada
disebelahku, Park ahjumma menatapku sekilas lalu duduk disampingku.
Ku senderkan
kepalaku dibahunya setelah dia duduk disebelahku. “Ahjumma, bisakah besok aku
tidak masuk sekolah saja?” Park ahjumma menoleh menatapku. “Ani... kau tidak
boleh membolos lagi, nona. Kau sudah tidak masuk sekolah selama dua minggu,”
aku mendengus sebal karena mendengar keputusannya. “Biarkan aku belajar di
rumah saja, aku ingin homeschooling” ujarku sambil mengangkat kepalaku.
Park ahjumma terdiam sejenak, berfikir. “Geure, kalau kemauan nona seperti itu.
Aku akan mencarikan guru privat untukmu,” seketika itu senyum lebar terkembang
dikedua sudut bibirku. “Gomawo...” ujarku sambil memeluknya erat. Dan perlahan
tapi pasti, akhirnya aku tertidur dipangkuan Park ahjumma.
Eunhyuk POV
Pandanganku terus
saja memandang ke luar jendela kantorku, menikmati suasana malam yang dihiasi
oleh lampu-lampu yang menyala karena malam hari. Dan kembali ke tempat dudukku
begitu orang-orang yang aku tunggu sudah datang dan duduk di sofa.
“Ya! Kau kenapa
lagi, tidak biasanya wajahmu muram seperti itu.” Ucap salah satu dari kedua
namja tersebut.
“Mungkin karena
ditolak oleh pasangan barunya,” sahut namja yang lain yang asyik dengan
PSP-nya. Aku berdiri dan berjalan menuju kulkas mini yang berada disudut
ruanganku lalu mengambil tiga kaleng soda dan bergabung dengan kedua namja itu.
“Tidak ada yang bisa menolakku, Cho Kyuhyun.”
Namja yang bernama
Kyuhyun itu hanya menatapku sekilas sambil tersenyum mengejek, lalu kembali
menatap ‘istri’ kesayangannya itu. “Apa ada sesuatu yang terjadi?” tanya namja
lain yang bernama Sungmin, Lee Sungmin. Aku menggeleng lemah.
Mereka berdua
adalah CEO dari perusahan yang sangat terkenal di negri ini. Cho Kyuhyun,
meskipun dia selalu berkutat dengan ‘istri’-nya tersebut. Tapi, dia sudah
menjabat menjadi CEO di Cho Corpration diumurnya yang baru menginjak dua puluh
dua karena kecerdasannya itu.
Sungmin, dia adalah
peawaris tunggal perusahaan Sendbill. Sedangkan aku, aku juga adalah seorang
CEO dari Samsung Electronic Group (SEG).
“Apa aku
terlambat?” tanya seseorang lagi yang datang sedikit lebih terlambat dari yang
lainnya. Namja itu, Lee Donghae. Sepupuku.
“Aniyo, hyung...
bahkan kami pun baru sampai,” sahut Kyuhyun masih dengan posisi sama. “Aigoo...
aku benar-benar lelah, apakah malam ini kita akan bersenang-senang?” tanya
Sungmin padaku. Aku sudah tidak asing dengan kata bersenang-senang yang dia
ucapkan, bagi kami... bersenang-senang disini adalah melakukan hubungan yang
bisa memuaskan kami. Melakukan one night stand.
“Molla... entah
kenapa suasana hatiku sedang tidak baik,” jawabku. “Justru karena suasana
hatimu sedang tidak baik, kami ingin kau melampiaskannya.” Celetuk Kyuhyun yang
kini sudah tidak menatap ‘istri’-nya tersebut. Sungmin mengangguk mengiyakan.
“Sepertinya kalian
akan bersenang-senang malam ini, aku
iri.” Sahut Donghae sambil menatap beberapa berkas yang mungkin berisi perihal
tentang pasien yang akan ditananginya. Donghae merangkap sebagai seorang
psikiater. Namun tidak semua orang bisa menyewanya, karena dia memasang tarif
yang tinggi. Toh, pengobatannya selalu berhasil pada pasiennya, jadi wajar saja
kalau dia bersikap begitu.
“Waeyo?” tanya
Sungmin. Kyuhyun membaca beberapa kertas yang berserakan disampingnya, karena
Donghae duduk disampingnya. “Apakah pasienmu kali ini adalah anak dari pemimpin
JK Group?” tanya Kyuhyun yang sontak membuatku dan Sungmin terkejut. “JK
Group?!” tanyaku dan Sungmin serentak. Kyuhyun hanya mengangguk sambil membaca
kertas-kertas tersebut.
Kami berempat sudah
tidak asing dengan nama tersebut, siapa yang tidak kenal dengan JK Group?
Perusahaan besar yang memiliki cabang disetiap belahan bumi ini karena bisnis resort-nya.
Aku mengambil salah satu kertas tersebut, dan membaca namanya. Kang Rae Hwa.
Tiba-tiba aku tertegun saat membaca nama tersebut, entah kenapa... sepertinya
nama itu tidak asing bagiku.
“Ne, lusa aku akan
berkunjung ke rumah sang presdire JK Group.” Sahut Donghae
“Memangnya dia
kenapa? Sampai-sampai harus menyewa seorang psikiater hebat seperti dirimu?”
tanya Sungmin. “Karena dia selalu terbayang akan masa lalunya yang buruk, yang
berhubungan dengan teman. Ditambah lagi, kedua orang tuanya baru saja
meninggal. Jadi dia sangat terpukul,” Sungmin mengangguk paham. Sedangkan aku
masih bergulat dengan pikiranku sendiri, “Dia... yeoja” ujarku lirih.
“Waeyo? Apa kau
tertarik padanya? Aku rasa dia tidak masuk kriteriamu,” sahut Donghae yang
membuatku tersenyum. “Kau benar” balasku sambil mengembalikan kertas yang ku
baca.
Sungmin dan Kyuhyun
bangkit dari duduknya. “Geure... kalau begitu, kami pergi dulu untuk mencari
mangsa.” Ujar Kyuhyun. Aku mengangguk, begitupula dengan Donghae. Dan detik
berikutnya hanya suasana hening yang tercipta karena aku sudah kembali untuk
menekuni berkas-berkasku.
-oOo-
Auhtor POV
Hari ini, Rae Hwa
sedang diberi pelajaran oleh guru privat yang sudah Park ahjumm carikan
untukknya. Rae Hwa terlihat sangat serius memperhatikan apa yang diajarkan oleh
sang guru, karena sebentar lagi dia akan melangsungkan ujian kelulusannya.
“Baiklah, kau sudah
paham bukan apa yang sudah aku ajarkan?” ujar Choi songsaenim. Rae Hwa
mengangguk paham, sementara Choi songsaenim hanya tersenyum puas. Lalu dia
beranjak pergi meninggalkan rumah tersebut karena pelajaran untuk hari ini
sudah selesai.
Rae Hwa berjalan
memasuki ruang keluarga lalu duduk disalah satu sofa yang ada diruangannya
tersebut. Matanya menatap nanar ke arah keranjang yang berisi benang wol, yang
biasa digunakan oleh ibunya untuk merajut ketika menghabiskan waktu atau
menemaninya belajar.
Sesaat dia
memejamkan matanya mencoba menahan rasa rindu yang kembali membuncah. Dia
berdiri dan duduk disofa yang paling berbeda dari sofa lainnya, karena sofa
tersebut hanya untuk satu orang dan hanya ayahnya lah yang biasanya menempati
tempat tersebut. Rae Hwa mengusap pinggiran sofa dengan tersenyum menahan air
mata yang sudah berkumpul dipelupuk matanya.
“Appa... eomma...
haruskah kalian pergi secepat ini?” tanyanya serak sambil mengusap air mata
yang akhirnya jatuh juga. Setelah puas menumpahkan rasa rindunya, dia langsung
tertidur di sofa tersebut. Park ahjumma yang melihat itu hanya ikut terisak
pelan, sungguh dia tega melihat nona mudanya seperti ini terus.
Setelah meminta
Shindong ahjussi untuk menidurkan nona mudanya dikamar. Dia langsung kembali ke
dapur dan duduk di salah satu kursi yang ada dimeja makan.
“Ahjumma, apa kau
yakin dengan keputusanmu?” tanya Nari. Park ahjumma mengangguk. “Lagi pula,
besok dia akan kesini” Nari mengangguk. “Apa kau tidak menanyakannya terlebih
dahulu padanya?” tanya Shindong ahjussi yang sudah bergabung setelah
membaringkan Rae Hwa dikamarnya. Park ahjumma menatap Shindong ahjussi dan Nari
bergantian. “Apa kalian tega, melihat nona muda seperti itu terus?” tanyanya.
Nari memandang Shindong lalu menundukkan pandangannya dan menggeleng lemah.
Begitupun dengan Shindong.
Keesokan
harinya....
Rae Hwa terbangun
dari tidurnya dan menatap sekeliling. Dia merasa heran, karena seingatnya
semalam dia tertidur di sofa milik mendiang ayahnya. Dan sekarang... dia sudah
berada di kamarnya? Ah! Mungkin saja, Shindong ahjussi yang membawanya kemari.
Pikirnya.
Setelah
mengumpulkan seluruh kesadarannya, dia langsung mandi dan turun untuk sarapan
dengan yang lainnya.
“Pagi...” sapanya
pada Nari yang sedang menata meja makan. “Pagi nona, apa tidurmu nyaman?”
tanyanya. Rae Hwa mengangguk sambil tersenyum.
Krrryyuukk~~
Nari menoleh kearah
Rae Hwa yang sedang menahan malu karena bunyi perutnya. “Omo! Apa kau sudah
lapar, mian ne. Semalam saya tidak berani membangunkan anda untuk makan malam,”
sahut Park ahjumma yang datang dengan membawa mangkuk besar yang berisi
jjangmyeon. “Gwaenchana, ahjumma. Ah~ jjangmyeon, boleh aku mengambilnya
terlebih dahulu?” tanya Rae Hwa meminta izin. Park ahjumma hanya mengangguk
sambil mengambilkan nona mudanya semangkuk jjangmyeon.
“Biar aku saja...”
pinta Rae Hwa kepada Nari yang sedang mengelap meja makan bekas sarapan mereka
tadi pagi. Namun, tangannya ditepis ringan oleh Nari sehingga Rae Hwa
menggerutu sebal karena niatnya membantu ditolak. Nari tertawa pelan melihat
ekspresi nona mudanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Ting nong... ting
nong....
Suara bel di pintu
utama membuat Nari menghentikan
aktivitasnya. Dan itu membuat Rae Hwa beranjak dari duduknya dan hendak
mengambil lap yang dipakai oleh Nari, namun belum sempat memegang lap tersebut
tangannya sudah dicekal oleh Nari. “Kau tidak boleh menyentuhnya, arrasso? Jika
kau berani menyentuhnya saat aku membukakan pintu, maka aku tidak akan mau
bermain lagi denganmu, nona.” Ucapnya yang terkesan mengancam.
Rae Hwa mendengus
kesal dan kembali duduk ditempatnya semula dan memainkan game yang ada di
Iphone-nya. Bosan.
“Nona, ada orang
yang ingin bertemu dengan anda.” Ucap Nari yang sudah kembali. “Jinjja? Kalau
begitu, sampaikan padanya aku akan segera datang.” Nari mengangguk paham dan
kembali menuju ruang tamu untuk menyampaikan pesan nona mudanya.
Rae Hwa POV
Tamu? Nuguya, apa
rekan bisnis appa yang datang berkunjung untuk mengucapkan bela sungkawa?.
Pikirku bertanya-tanya sambil berjalan menuju ruang tamu.
“Annyeong
haseyo...” sapaku begitu sampai diruang tamu. Tamu tersebut berdiri dan
membalas sapaanku, lalu aku duduk di sofa yang berada disamping tamu tersebut
setelah mempersilahkannya duduk.
“Anda siapa? Apa...
anda adalah salah satu rekan bisnis appa?” tanyaku formal. Tamu tersebut
menggeleng pelan, “Naneun... Lee Donghae imnida, aku adalah psikiater yang
disewa oleh keluarga Kang untuk mengobati... anda, Kang Rae Hwa aghassi.”
Dahiku mengkerut tidak mengerti, apa dia barusan berkata bahwa dia akan
mengobatiku?. “Tapi aku tidak sakit,” ujarku.
“Anda memang tidak
sakit secara fisik, tapi anda sakit secara psikis.”
“Jadi kau berfikir,
bahwa aku sudah menjadi orang gila? Siapa orang yang menyewamu untuk datang
kemari?!” hardikku menahan amarah. “Maafkan kelancanganku nona,” aku menoleh
menatap Park ahjumma yang sudah berada disampingku dengan menundukkan
pandangannya. “Akulah yang menyewa Donghae~ssi,” lanjutnya. “Mwo?! Ahjumma, kau
tidak sedang bercanda bukan? Maksudku... apa alsanmu sampai menyewa seorang
psikiater pribadi untukku?”. Park ahjumma hanya menundukkan pandangannya, “Saya
tidak tega, jika melihat nona terus terpuruk seperti itu terus karena bayangan
masa lalu nona. Saya ingin melihat nona kembali tersenyum dan ceria lagi,”
tuturnya
Pandanganku kembali
menatap Donghae yang saat ini sedang menyaksikan percakapan kami, sesaat aku
menghembuskan nafas pelan. Aku tau, Park ahjumma berniat baik padaku.
Setidaknya aku harus mencobanya, siapa tau.. ini akan berhasil. “Geure... aku
mau,” Park ahjumma mendongakkan kepalanya menatapku tidak percaya.
Donghae tersenyum
lalu mengulurkan tangannya, aku menerima uluran tangannya dan membalas
senyumannya. “Kamsahamnida, kalau begitu... apa bisa pengobatannya dimulai hari
in...”. “Besok, untuk saat ini aku masih fokus untuk ujian.” Potongku cepat.
Donghae mengangguk paham lalu beranjak dari tempat duduknya setelah
membungkukkan badannya.
Pandanganku tidak
berhenti menatap soal-soal yang saat ini sedang ku kerjakan, ahh~ sungguh! Dua minggu
lagi aku akan ujian dan lulus dari SMA yang bagaikan neraka itu. Gumamku lirih.
“Apa kedatangan
saya menganggu, nona?” aku menoleh mendapati Park ahjumma sudah masuk kedalam
kamarku tanpa ku sadari dengan membawa segelas susu dan beberapa cemilan. “Ani..”
jawabku sambil tersenyum. Dia membalas senyumanku dan meletakkan nampan yang
dia bawa ke sebuah meja kecil yang ada disudut kamarku. “Ahjumma, do’akan aku
ne.. aku menyetujui untuk menerima pengobatan dari psikiater tersebut demi
kau,”.
Park ahjumma hanya
mengangguk lalu mendekatiku dan merengkuh kepalaku sambil mengusapnya pelan.
Nyaman dan hangat.
-oOo-
Eunhyuk POV
Pandanganku masih
asyik menekuni berkas-berkas yang sejak tadi tidak ada habisnya. Sejenak aku
memijat keningku dan mendongakkan kepalaku ketika seseorang meletakkan sekaleng
soda dihadapanku. Aku tersenyum.
“Bagaimana?”
tanyaku. “Ya.. sesuai dugaanmu, dia memang menggunakan kalung yang berinisial
huruf ‘H’. Tapi.. apa kau yakin bahwa dia adalah yeoja teman masa kecilmu?”
tanyanya.
Aku tersenyum
sambil menyenderkan punggungku ke senderan kursi yang nyaman. “Molla... kau
lakukan saja pekerjaanmu, sambil sesekali mencari tau tentang dirinya yang
sebenarnya. Entah kenapa... dia membuatku sangat penasaran” Donghae terkekeh
pelan. “Kau sedang menyuruhku? Cih!”. Aku hanya tersenyum miring membalas
protesannya.
“Kalau begitu, aku
pergi dulu. Aku sudah berjanji padanya untuk datang, oh! Aku akan terlambat.”
Serunya lantas pergi meninggalkanku sendiri. Aku memutar kursiku menghadap
jendela kantorku yang sedang memperlihatkan langit kota Seoul yang cerah. Detik
kemudian, mataku terpejam mengingat kenangan masa kecilku dengan seorang yeoja
yang sampai detik ini membuatku ingin selalu melindunginya.
Aku beranjak dari
dudukku dan berjalan keluar untuk menyegarkan pikiranku yang sepertinya sedikit
kacau karena mengenangnya.
1 month later....
Author POV
Rae Hwa sudah
menuntaskan SMA-nya, tiga hari yang lalu dia sudah merayakan kelulusannya.
Walaupun selama dia menjalani ujian, dia selalu mendapat gunjingan dari
teman-temannya karena tingkahnya yang sangat tertutup. Tapi semua itu bisa
diatasinya karena sekarang dia sedang menjalani terapi, dan... dia selalu
menceritakan semua masalah tersebut pada psikiaternya. Donghae.
“Aigoo... akhirnya,
aku bisa masuk ke universitas yang dipilihkan appa dan eomma! walaupun aku
hanya mengambil jurusan sastra.” Ucap Rae Hwa bangga setelah sampai didepan
kampus elit yang bernama Inha University.
Brukk...!
Badan Rae Hwa
terhuyung dan jatuh ke aspal karena seseorang menabraknya dengan sangat keras.
Semua buku yang dibawa oleh Rae Hwa berjatuhan dan tercampur dengan buku yang
dibawa oleh orang yang menabraknya. Dengan sigap dia membereskan buku-bukunya,
“Mian ne...” ujarnya.
Ketika Rae Hwa
sudah membereskan buku-buku miliknya, dengan gugup dia langsung melangkah
hendak pergi. namun langkahnya tertahan karena orang tersebut memanggilnya.
“Chogiyo...!” Rae
Hwa menoleh takut menatap orang yang menabraknya, yang ternyata adalah seorang
namja. “Ireumi mwoyeyo? (siapa
namamu?)” tanya namja tersebut. Rae Hwa hanya memandang namja tersebut takut
dengan tubuh gemetar lalu kembali melanjutkan langkahnya. “Naneun Park Chanyeol
imnida..!!” teriak namja tersebut ketika Rae Hwa mulai melangkah, dan tidak
memperdulikan Rae Hwa mendengarnya atau tidak.
Chanyeol POV
Aneh.. kenapa yeoja itu terlihat sangat ketakutan,
apa aku terlihat menakutkan?. Batinku sambil melihat penampilanku yang selalu
terlihat keren. Aku menoleh ketika seseorang menepuk pundakku pelan. “Waeyo?
Kenapa kau malah diam saja disini?” tanya Baekhyun. “Ani, aku berniat masuk..
tapi tadi tidak sengaja menabrak seorang yeoja,” Baekhyun mengangguk paham lalu
mengajakku untuk masuk kedalam karena sebentar lagi akan diadakan upacara
pembukaan semester baru.
Setelah mengikuti acara pembukaan semester baru, aku
langsung melesat menuju kelasku, kelas sastra. “Annyeong...!” sapaku ketika
membuka pintu kelasku namun tidak ada yang
menjawabnya. Mataku melihat kepenjuru kelas yang ternyata masih kosong,
namun.. pandanganku berhenti ketika melihat sosok yang tadi pagi tidak sengaja
aku tabrak. Tanpa pikir panjang, aku langsung menuju kearahnya dan duduk
dibangku kosong yang ada dihadapannya.
Yeoja itu hanya menoleh sekilas ketika aku sudah
duduk dihadapannya dan memutar tubuhku untuk menatapnya. “Annyeong..” sapaku
padanya sambil tersenyum. “Kau sudah mengatakannya tadi,” ujarnya datar tanpa
mengalihkan pandangannya dari buku yang dibacanya. “Ireumi mwoyeyo?” yeoja itu
mengangkat kepalanya malas. “Naneun Kang Rae Hwa imnida, Bangapseumnida”.
Aku memperhatikan gerak-geriknya yang sepertinya
tidak wajar, meskipun sesekali aku asik memainkan Iphone-ku. Namun aku bisa
menangkap siluet tubuhnya yang seperti... gemetar, apa dia baik-baik saja?.
“Rae Hwa~ssi, gwaenchana?” tanyaku. Dia hanya
menatapku sekilas dengan wajah yang sangat pucat. “Omo! Kau sakit, eoh? Kajja!
Kita harus ke UKS,” ujarku sambil beranjak ingin membawanya ke UKS. Namun dia
hanya menggeleng lemah, lalu dengan cepat dia berlari menjauhiku.
@Prince cafe`
Aku termenung mengingat kejadian tadi pagi, aku
penasaran dengan yeoja itu dan kenapa sikapnya seperti menghindari ku?. Dilihat
dari caranya menghindari aku, apa mungkin dia memiliki suatu kelainan sehingga
takut sampai seperti itu.
“Oppa... gwaenchana?” tanya Hyun Sun. Aku menoleh
setelah termenung dengan memandang jalanan dari jendela cafe`, lalu mengangguk.
“Ini pesananmu,” ujar Dio sambil memberikan milkshake
rasa jeruk pesananku.
“Gomawo,”. Dio hanya tersenyum sambil duduk dibangku
kosong dihadapanku bersama Hyun Sun dan Rae Suk. Sementara Baekhyun, dia duduk
disebelahku.
“Oppa.. apa benar, kau sekelas dengan anak dari presdire
JK Group?” tanya Rae Suk. Aku mengerutkan keningku tidak mengerti. “Ya!
Memangnya kau pikir, dia namja yang penasaran? Dia tidak mungkin menyelidiki
latar belakang teman sekelasnya bukan?” balas Baekhyun sementara Rae Suk hanya
mengerucutkan bibirnya tidak puas dengan jawaban yang diberikan oleh Baekhyun.
“Tapi ku dengar, dari sepupuku yang satu SMA
dengannya... dia adalah anak yang misterius,” ujar Hyun Sun. “Misterius?”
ulangku. Hyun Sun mengangguk mengiyakan.
“Ne, aku juga mendengar gosip bahwa dia adalah
seorang psikopat.” Tambah Rae Suk.
Aku mendesah pelan mendengar kedua yeoja itu mulai
menggosip. Kami memang sudah dekat sejak SMA, karena kami satu sekolah. Bahkan
sekarang, kami kuliah ditempat yang sama. Hanya berbeda jurusan, Baekhyun dan
Rae Suk masuk jurusan Bisnis. Sementara Hyun Sun dan Dio masuk jurusan Instrument
of musical.
“Kalian berdua, berhenti membicarakan seseorang
tanpa menemukan kebenarannya.” Protesku yang langsung membuat mereka berdua
diam.
Pandanganku kembali menoleh keluar jendela, dan
langsung membulatkan mataku sempurna begitu melihat Rae Hwa yang sedang
berjalan melewati cafe` kami dengan wajah yang lesu. Tanpa pikir panjang aku
langsung berlari keluar tanpa memperdulikan panggilan Baekhyun.
Aku berlari ketika melihat jarak diantara kami
semakin menipis, namun dia langsung menoleh ke arahku setelah aku memanggil
namanya, tapi tiba-tiba tubuhnya langsung bergetar ketakutan. Setelah aku
sampai dihadapannya dengan mengatur nafasku. Dia langsung pingsan begitu aku
mengangkat kepalaku.
TBC
0 komentar