My limited girl [part 4]
Author : Rina Chan
Cast : Cho Kyuhyun
Kim Shin
Yeong
Henry Lau
Other cast : silahkan cari sendiri, ^^
Genre : comedy, family, romance, chapter
((hati2 terhadap typo))
========Happy Reading========
Hari berlalu hari,
minggu berlalu minggu, bulan berlalu bulan. Musim berganti lagi, saat ini sudah
memsuki musim gugur. Daun-daun kering berguguran di sepanjang jalan, mewarnai
jalan dengan warna-warna yang sangat indah. Seorang yeoja sedang menyesap chapuchino
yang dibelinya beberapa menit yang lalu sebelum dia duduk disebuah bangku
taman dan menikmati suasana sore yang romantis itu.
Mata coklatnya terus
memandangi layar gadgetnya dan tanganya terus asik menggeser layar gadget
tersebut ke atas. Sesekali yeoja tersebut tersenyum simpul lalu terkadang
berubah menjadi serius.
“Kau merindukannya?”
tanya seorang namja yang tidak lain adalah tunangannya. Yeoja itu menoleh ke
arah namja yang sedang merangkul pundaknya lalu tersenyum, mengiyakan. “Geure..
apa kau ingin bertemu dengannya?” tanya namja itu lagi.
Yeoja itu tersenyum
menanggapi lalu matanya kembali menatap layar gadgetnya sesekali memperhatikan
cincin manis yang bertengger dijari manis tangan kirinya. Dan menghembuskan
nafas pelan karenanya.
Author POV
Yeoja itu... bernama
Kim Shin Yeong, tepat sebulan yang lalu dia sudah resmi menyandang status
sebagai tunangan seorang musisi terkenal bernama Henry Lau. Dan berita itu
sudah tersebar disegala media.
Mereka bertunangan
setelah satu tahun kepergian Kyuhyun ke Jerman. Apa Kyuhyun mengetahui hal itu?
Jelas. Namun dia tidak bisa mengunjungi acara pertunangan mereka karena dia
sedang sibuk dengan proyek yang sangat besar, dia hanya mengirimkan sebuah
video untuk mereka berdua.
Sebenarnya, Henry
melakukan pertunangan ini atas perintah Kyuhyun. Sejujurnya dia ingin menolak,
karena dia pikir ini sangat tidak adil. Namun, Kyuhyun selalu memaksanya untuk
melakukan pertunangan ini. Dengan berat hati dia mau menerimanya. Disisi lain,
dia menyimpan suatu rencana untuk hal itu.
“Oppa... apakah bisa
kita pergi dari sini, sepertinya udara semakin dingin.” Ucap yeongie sambil
sesekali menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya.
“Jinjja? Oh,
baiklah... lebih baik kita membeli sesuatu yang hangat terlebih dahulu sebelum
kembali ke apartement-mu,” ajak Henry sambil mengulurkan tangannya. Yeongie
meraih tangan itu sambil tersenyum, Henry melirik cincin yang terpasang di jari
manis yeongie lalu tersenyum penuh arti.
Mereka berdua
menikmati suasana malam yang di sajikan oleh kota Seoul, beberapa kali mereka
berhenti untuk melihat benda-benda yang berada di etalase berbagai toko. Henry
hanya menanggapi dengan senyuman ketika wajah yeongie berseri saat menunjukkan
sebuah boneka rubah berwarna biru yang lucu. “Oppa.. belikan aku ini,” ucap
yeongie berusaha membujuk Henry. Namun Henry dengan cepat menggeleng kepalanya
menolak permintaan yeongie, akibatnya yeongie hanya menggembungkan pipinya
sebal.
“Kau sudah dua puluh
tiga tahun, apa kau akan bersikap seperti ini terus? Rubahlah sikap
kekanak-kanakanmu itu, yeongie~ah.” Ujar Henry sambil mengacak pelan rambut
yeongie.
Perjalanan mereka
terhenti sesaat setelah menemukan kedai yang menjual ddukbokkie. Tanpa menunggu
lama, mereka berdua pun langsung masuk dan memesang satu porsi besar
ddukbokkie.
“Apa kau lapar, eoh?
Ckck..” ujar Henry ketika pelayan pergi setelah mencatat pesanan mereka. “Udara
dingin membuatku lapar, oppa...” bela yeongie tidak terima mendengar perkataan
Henry yang terkesan mengejek. Lalu menendang kaki Henry sedikit keras, hingga
Henry mengaduh pelan sambil mengusap kakinya yang nyeri. Yeongie hanya memangku
dagunya sambil tersenyum manis ketika Henry menatapnya dengan sebal.
Henry POV
Melihat wajahnya saat
ini memang benar menyenangkan, andai saja dia tau apa yang sebenarnya terjadi.
Hanya saja, belum saatnya dia tau apa yang sebenarnya terjadi. Sesaat aku
melihat Iphoneku yang ku ambil dari saku dan melihat sms dari kyunie. Ahh~ anak
ini, ku dengar dia sedang mengincar seorang yeoja yang menarik perhatiannya
selama di Jerman. Ck! Dasar labil, dia mudah sekali goyah.
Perhatianku kembali ke
atas meja yang telah terisi dengan semua makanan dan minuman pesanan kami.
Wajah yeongie langsung berbinar ketika makanan itu datang, dan dengan cepat mengambil
ddukbokkie ke dalam mangkuknya lalu memakannya dengan lahap.
Sesekali ku lihat dia
mengusap keningnya dengan punggung tangannya karena keringat yang terus meleleh
dikening tersebut. Aku mengambil tisu dan mengusap kening tersebut pelan
membuatnya tertegun. “Oppa... kenapa kau tidak memakannya?” tanyanya ketika
melihat mangkukku yang masih kosong. Dengan gerakan cepat dia mengambil
mangkukku dan mengisi setengahnya dengan ddukbokkie. “Ya! Ini terlalu banyak,”
protesku.
Yeongie hanya
mengangkat salah satu alisnya mendengar protesanku. “Mwo? Terlalu banyak,
katamu? Oppa... bukankah kau itu suka sekali makan?” tanyanya heran
Aku mendengus pelan, “Ne..
ne... aku akan menghabiskan ini semua setelah itu mengantarkanmu pulang,”
ucapku mengalah dan mulai memakan ddukbokkie yang masing mengeluarkan asap
panasnya itu.
Setelah mengantarkan
yeongie kembali ke apartement, aku pun tidak menghabiskan banyak waktu dan
langsung pulang.
Setibanya aku dirumah,
aku langsung menuju kamar kyunie dan berbaring dikasurnya.
“Ya! Lepaskan
sepatumu! Kau itu membuat tempat tidurku kotor saja,” seru seseorang yang baru
keluar dari kamar mandi. Aku hanya mendecakkan lidahku pelan lalu bangkit dari
tempat tidur dan menatapnya. “Kau puas? Mau sampai kapan kau begini?” tanyaku
geram. Orang itu berjalan mendekatiku dan ikut duduk disampingku disisi tempat
tidurnya. “Molla... biarkan seperti ini
dulu, aku sangat menikmatinya.” Jawabnya sambil mengeluarkan smirk andalannya
lalu merebahkan tubuhnya ke ranjang. Aku bangkit lalu mengambil salah satu
bantalnya dan melemparkan bantal tersebut ke wajahnya itu, lalu bergegas keluar
dari kamarnya sebelum dia melakukan pembalasan.
“Game ini belum
berakhir, Cho Kyuhyun..!” seruku dari luar kamarnya dan ku dengar dia hanya
tertawa menanggapi.
Shin Yeong POV
Pandanganku masih
asyik melihat beberapa artikel yang memuat tentang beritanya, bodohnya aku
kenapa aku selalu berharap dia mau membalas perasaanku? Padahal saat ini
setengah diriku sudah dimiliki oleh orang lain. Pikirku sambil melihat jari manisku
yang sudah terpasang cincin.
Ku hembuskan nafasku
kasar, lalu berjalan menuju dapur dan membuka kulkas untuk mencari minuman yang
bisa membuatku kembali dingin. Setelah mengambil dua buah soda, aku kembali ke
ruang tengah sambil menyalakan Tv. Dan, lagi-lagi yang ku temukan adalah berita
yang memuat tentangnya dan rumor bahwa dia sudah menemukan pasangan barunya.
Sebenarnya sudah
berkali-kali aku tau kabar itu, hanya saja kenapa aku selalu terkejut?
Ayolah... Kim Shin Yeong, seharusnya kau sadar! Dia bukanlah untukmu. Jeritku
dalam hati. Dan jika sudah begini, maka yang ku bisa hanya menangis ketika hati
dan pikiranku beradu argument.
Beberapa menit setelah
meluapkan emosi itu, akhirnya aku kembali tenang seperti semula. Aku menggulung
rambutku dan berjalan menuju dapur untuk membuat makan malamku, lebih tepatnya
untuk makan malam dan sarapan juga. Setelah itu, aku langsung menuju kamarku
dan mandi. Berendam selama yang aku bisa untuk me-refresh kembali tubuh
dan pikiranku yang sempat kacau.
Drrrtt... drrtt..
drrtt...
Dering Iphone-ku
membuatku tersadar, bahwa aku sudah berendam selama tiga puluh menit lamanya.
Setelah selesai mandi, aku langsung menuju kamarku dan mengambil Iphone-ku yang
ku letakkan diatas kasur. Ku lihat ada beberapa sms dari mochi oppa, lalu.. sms
dari nomer baru yang tidak ku kenal.
Karena penasaran,
akhirnya aku membuka sms dari nomer yang tidak ku kenal terlebih dahulu.
“____ game belum
berakhir, Kim Shin Yeong____”
Aku mengerutkan keningku tidak mengerti, ini
sudah kelima kalinya aku mendapatkan sms yang berisikan hal ini. Ck! Apa aku
sedang diteror?. Gumamku lirih. Lalu kembali menggelengkan kepalaku cepat
mengusir berbagai kemungkinan terburuk.
Setelah berdiam diri
cukup lama menatap sms tersebut, akhirnya aku melempar Iphone-ku keatas kasur.
Dan aku berjalan menuju lemari untuk mengambil baju piyamaku, lalu bergegas
untuk tidur.
~@@@~
Keesokan harinya...
Jalanan pagi ini cukup
lenggang, dan aku bisa mengendarai mobilku dengan kecepatan yang sedang tidak
seperti biasanya yang hanya seperti semut merayap. Sesekali aku melihat
kesekelilingku, dan melihat beberapa perubahan yang sudah terjadi setahun
terakhir.
Setelah berjalan
selama tiga puluh menit, akhirnya aku sampai ditempatku bekerja. Aku bekerja di
sebuah perusahaan yang namanya sudah sangat tidak asing bagiku, karena salah
satu sahabatku menjabat menjadi orang penting ditempatku bekerja. Ya! Aku
bekerja di Cho Company, perusahaan dimana kyunie oppa juga bekerja disini dan
menjabat menjadi CEO-nya.
Sudah satu tahun sejak
kyunie oppa pergi dan aku melamar diperusahaannya sebagai, asisten manajer
pemasaran.
“Selamat pagi...”
sapaku pada semua rekan kerjaku yang sudah mulai sibuk dengan mendata berbagai
barang yang masuk dan keluar, sementara tugasku hanya mengawasi pekerjaan
mereka dan sesekali mendata ulang kalau-kalau ada data yang salah.
Author POV
Yeongie merenggangkan
tubuhnya yang sedikit kaku karena terus mengontrol pekerjaan anak buahnya
melalui komputer yang ada dihadapannya. Lalu dia menyenderkan lehernya pada
senderan kursi dan menutup matanya perlahan.
“Ku dengar, CEO-nya
sudah kembali ke Korea.” Ucap seorang yeoja yang langsung membuat yeongie
membuka matanya kembali.
“Ne, bahkan katanya
dia kembali ke Korea untuk menikah dengan yeoja yang sudah dipilihnya selama di
Jerman.” Ucap yeoja yang lain menambahkan
DEG...
Seketika itu yeongie
menatap layar komputer didepannya dengan perasaan kosong. Menikah? Cho Kyuhyun
akan menikah?. Gumamnya lirih.
Tanpa dia sadari
tiba-tiba saja, pipinya basah oleh air mata yang langsung meluncur tanpa dia
mau. Entah kenapa rasanya dia sangat ingin menangis, lalu dengan cepat dia
mencari Iphone-nya dan menelfon seseorang yang saat ini dibutuhkannya.
@Brown cafe`
Henry menatap yeoja
didepannya dengan perasaan tidak menentu, sudah sepuluh menit yang lalu sejak
dia sampai dihadapannya dan mendapati yeoja tersebut menangis. Sebenarnya dia
mengetahui penyebab yeoja tersebut menangis walaupun yeoja tersebut belum
mengatakan apa penyebab yang membuatnya menangis.
“Mau sampai kapan kau
menangis? Lihat itu, matamu sudah nyaris bengkak.” Ucapnya sambil menunujuk
kantung mata yeongie. “Oppa... apa benar kyunie oppa akan menikah dalam waktu
dekat?” tanya yeongie ditengah isakannya. Henry cukup terkejut dengan
pertanyaan yeongie namun dengan cepat dia kembali memasang wajah datarnya
seolah-olah sudah tidak heran mendengar kabar itu. Dan Henry hanya menjawab
pertanyaan yeongie dengan senyuman yang menyimpan sesuatu didalamnya.
Yeongie mendesah pelan
lalu mengusap air mata yang masih sedikit mengalir. Lalu dia pergi ke toilet
sebentar untuk membasuh wajahnya. Henry hanya menatap kepergian yeongie dengan
perasaan iba, lalu perhatiannya langsung beralih kepada Iphone-nya yang
berdering. Sesaat dia melihat siapa si penelfon, lalu tersenyum.
“Yeoboseyo...”
“Ck! Aku benar-benar
cemburu melihatmu, mochi jelek.” Ejek si penelfon
Henry tersenyum lebih
tepatnya dia menyeringai. “Apa kau sedang cemburu? Oh, maafkanlah aku... evil
tua! Salah kau sendiri, kau sudah menyerahkannya padaku bukan?” ujarnya tidak
mau kalah. Sesaat suasana hening dan hanya
menyisakan suara si penelfon yang sedang tertawa.
“Geure... kalau
begitu, tunggu dimana saat aku akan mengambil kembali gadisku.” Ucap si
penelfon dengan menekankan suaranya pada kata ‘gadisku’ lalu mematikan
panggilan tersebut cepat. Henry menatap layar Iphone-nya, lalu tersenyum
membayangkan apa yang akan dilakukan oleh sepupunya untuk merebut yeongie.
Kyuhyun POV
Perasaanku saat ini
memang tidak bisa diartikan lewat apapun, mungkin saat ini aku memang
mengijinkanmu untuk memiliki gadisku. Namun, tunggu saja suatu saat nanti aku
pasti akan merebutnya kembali. Ingat! Permainan belum berakhir, seperti
perkataanmu kemarin.
Oh iya, kalian pasti
bertanya-tanya kenapa aku bisa ada di Korea lagi bukan? Aku sudah kembali ke
Korea satu bulan yang lalu, bisa dibilang aku kembali saat si mochi jelek itu
dan gadisku sedang melangsungkan acara pertunangan mereka.
Seharunya, aku memang
berada di Jerman selama tiga tahun. Namun, karena kecerdasanku.. aku bisa
mengurusnya dalam kurun waktu kurang dari satu tahun. Hebat bukan?
Pekerjaanku saat ini,
tentu saja masih menjadi CEO. Hanya saja, saat ini aku lebih sering mengerjakan
pekerjaanku dirumah. Aku sakit? Tidak. Malas? Tidak. Tujuanku lebih memilih bekerja
dirumah karena aku bisa lebih memantau gadisku dengan leluasa. Walaupun
sebenarnya di kantor pun aku bisa melakukannya, hanya saja.. aku tidak ingin
tiba-tiba berpapasan dengannya. Bisa-bisa rencana yang sudah ku rancang bisa
kacau.
Tok.. tok.. tok...
Aku mengalihkan
pandanganku yang menatap ke arah salah satu monitor Tv yang menampilkan sosok
yeongie yang saat ini sudah kembali bekerja.
“Masuk..” seruku
“Ck! Kau benar-benar
menyebalkan, haruskah sampai menyebar gosip seperti itu untuk membuatnya cemburu?
Kau lihat sendiri bukan, dia menangis sampai membuat wajahnya yang cantik dan
manis itu muram...” ucap Henry yang masuk keruangan peribadiku tempat dimana
aku bisa memantau gadisku. Aku hanya terkekeh pelan sambil kembali menatap monitor Tv yang menampilkan sosok yang sedang
kami bicarakan. “Tidak ku sangka, dia ternyata bisa menangis juga..” ujarku
Plakk..!
“Ya! Kenapa kau suka
sekali memukul kepalaku,” protesku sambil memegangi kepalaku yang barusan
dipukul oleh si mochi jelek itu dengan menggunakan majalah yang digulungnya.
“Dia adalah yeoja... apa salahnya jika menangis? Bukankah, itu sudah menjadi
nalurinya?” dengus Henry membela yeongie. Aku menyipitkan mataku dan menatapnya
penuh selidik, dan itu membuatnya risih karena tatapan tajamku. “Mwo?” tanyanya
tidak suka.
“Aku lapar, bisakah
kau ambilkan beberapa cemilan untukku?” pintaku padanya. “Shireo! Kau pikir aku
budakmu?!” tolaknya sambil berkacak pinggang dan membuang mukanya ke arah lain.
“Kau memang budakku..” sahutku ringan dan kembali dia memberiku pukulan yang
lebih keras dari sebelumnya hingga membuat kepalaku berdenyut, nyeri.
“Awas kau, tunggu
pembalasanku..” ucapku yang lalu kembali memperhatikan gadisku, lagi.
Shin Yeong POV
Langkahku terhenti
tepat didepan apartement-ku. Ku alihkan pandanganku ke kanan dan kekiri mencari
orang yang mungkin bisa menjelaskan kenapa ada sebuah kotak yang cukup besar
berada didepan pintu apartementku.
“Oh, kau sudah
kembali. Yeongie~ssi? Tadi pagi, kau mendapatkan kiriman paket dari seseorang.
Karena kau sedang pergi bekerja, maka ku suruh untuk meletakkan paketmu didepan
pintu.” Ucap seorang ahjumma yang tidak lain adalah tetanggaku.
“Gamsahamnida,
ahjumma...” ujarku berterima kasih padanya sambil tersenyum. “Cheonmayo..”
Setelah menekan
beberapa digit nomer pasword apartementku, aku langsung membawa paket itu
masuk. Aneh, paketnya besar tapi kenapa sangat ringan?. Tanyaku dalam hati.
Aku meletakkan paketku
tersebut dimeja ruang tengah, dan mencari tau siapa pengirimnya. Dan
pandangannya langsung terarah kepada sebuah kartu biru yang bertuliskan....
“ For you, my
princess...
Ku harap kau
menyukainya, ^^”
Hanya itu? Aish!
Menyebalkan sekali, protesku ketika membolak-balikkan akrtu tersebut.
Karena sudah sangat
penasaran, akhirnya aku memutuskan untuk membuka paketnya.
“Omo! Bukankah...
bukankah ini adalah bonek rubah yang ku inginkan?!” seruku tidak percaya. Aku
meloncat-loncat kegirangan karena mendapat hadiah yang sudah sangat lama ku
inginkan. Pikiranku langsung tertuju ke mochi oppa, karena saat itu hanya
dialah yang tau bahwa aku menginginkan boneka rubah ini. Dan tanpa pikir
panjang aku langsung mencari Iphone-ku lalu menelfon mochi oppa.
“Yeoboseyo...”
“Oppa..!!” seruku
senang. Dan ku pastikan mochi oppa pasti menjauhkan Iphone-nya dari telinganya
sesaat karena ulahku.
“Ne, chagiya.. waeyo?”
tanyanya yang langsung membuatku menjauhkan Iphone-ku untuk memeriksa bahwa
yang ku telfon adalah mochi oppa.
“Mochi oppa?” tanyaku
memastikan.
“Ne, ini aku. waeyo?” tanyanya lagi
“Gomawo, oppa. Aku
sangat senang ketika kau memberiku boneka yang ku inginkan.” Ucapku
“Cheonmayo...”
jawabnya
“Geure, jaljayo.”
Klik..!
Henry POV
Setelah yeongie
mematikan sambungan telfonnya, aku langsung mendekati kyunie yang menatapku
tidak suka. “Mwo?” tanyaku.
“Cih! Berani sekali,
kau menyebutnya ‘chagiya’. Aku tidak suka kau melakukan itu,” dengusnya. Aku
hanya menatapnya heran, lalu timbul ide jahil dikepalaku seketika itu juga.
“Ahh~ apa alasanmu untuk protes, tidak suka? Memangnya kau siapanya?” ucapku
memancingnya.
Kyunie berdiri dari
duduknya dan menatapku tajam. “Ne, aku sangat tidak suka kau memanggilnya
seperti itu. Dan aku tidak segan-segan akan mematahkan lehermu karena itu,
arasso?!” ancamnya membuatku sedikit terkejut namun dengan cepat aku hanya
memasang muka datar dan menatap balik muka kyunie yang saat ini memerah karena
menahan marah.
Aku menjauhkan
wajahnya yang berjarak sepuluh senti dari wajahku. “Arasso, tuan Cho. Kau
benar-benar menakutkan saat sesuatu milikmu diusik oleh orang lain,” desisku.
Dan kyunie hanya tersenyum, lebih tepatnya menyeringai membenarkan ucapanku.
“Aku juga tau, kau
yang mengirimkan boneka itu. Benar kan?” tebakku. Kyunie langsung merubah
ekspresinya dan tersenyum simpul, mengiyakan.
~@@@~
Hari ini, seperti
biasanya... dan seperti minggu-minggu sebelumnya aku selalu mengajak yeongie
jalan-jalan.
“Ya! Evil tua, mau
sampai jam berapa kau tidur... ini sudah jam sembilan.” Sentakku mengambil
selimutnya. Kyunie hanya mengerang karena tiba-tiba tidurnya terusik olehku.
“Berisik kau, mochi jelek! Ijinkan aku tidur, kau tau kan? Bahwa semalaman aku
menyelesaikan permainanku karena melampiaskan rasa senangku yang telah
memberikannya hadiah.” Ucapnya parau dan menutup kepalanya dengan bantal yang
ia gunakan.
“Ck! Dasar, game
maniak! Kalau kau bersikap begini, kau akan kalah dariku.” Ujarku yang langsung
membuatnya terbangun dan terduduk dikasurnya. “Jangan terlalu pede, kau. Aku
sudah menyusun rencana untuk merebutnya, mungkin saat-saat ini aku memang
membiarkan kalian untuk bersenang-senang. Namun, ingat! Aku akan merebutnya
cepat atau lambat.” Ucapnya yang terkesan mengintimidasiku. “Jinjja? Kalau
begitu, buktikan... kau terllau banyak omong. Tuan Cho, dan.. apa kau yakin
yeongie akan membalas perasaanmu jika dia tau yang sebenarnya terjadi?” sahutku
membuatnya terdiam.
“Jadi... kalian
semua... telah membohongi...ku?” ucap sebuah suara yang langsung membuatku dan
kyunie menoleh ke arah pintu. Kyunie
berlari ke arah pintu mencoba menjelaskan sesuatu. “Yeongie~ah, kau... kau
salah pengertian.” Ujarnya mencoba setenang mungkin.
“Mworago? Ck! Kalian
semua benar-benar bajingan! Kalian menggunakan aku yang tidak tau, apa-apa
masuk kedalam permainan kalian. Dan... dan bodohnya aku yang tidak menyadari
ini semua sejak awal.” Ucap yeongie dengan bahu yang bergetar hebat.
Aku berjalan mendekati
yeongie berusaha menggapai bahunya, namun dia dengan kasar menampik lenganku
yang sudah terulur. Seketika itu juga, dia jatuh terduduk dan menangis tanpa
suara. Mian ne...
TBC
0 komentar