it's my new world

follow your heart

Latest Posts

My limited girl [part 4]

By 10.40 ,



Author : Rina Chan
Cast : Cho Kyuhyun
           Kim Shin Yeong
           Henry Lau
Other cast : silahkan cari sendiri, ^^
Genre : comedy, family, romance, chapter

((hati2 terhadap typo))

========Happy Reading========

Hari berlalu hari, minggu berlalu minggu, bulan berlalu bulan. Musim berganti lagi, saat ini sudah memsuki musim gugur. Daun-daun kering berguguran di sepanjang jalan, mewarnai jalan dengan warna-warna yang sangat indah. Seorang yeoja sedang menyesap chapuchino yang dibelinya beberapa menit yang lalu sebelum dia duduk disebuah bangku taman dan menikmati suasana sore yang romantis itu.
Mata coklatnya terus memandangi layar gadgetnya dan tanganya terus asik menggeser layar gadget tersebut ke atas. Sesekali yeoja tersebut tersenyum simpul lalu terkadang berubah menjadi serius.
“Kau merindukannya?” tanya seorang namja yang tidak lain adalah tunangannya. Yeoja itu menoleh ke arah namja yang sedang merangkul pundaknya lalu tersenyum, mengiyakan. “Geure.. apa kau ingin bertemu dengannya?” tanya namja itu lagi.
Yeoja itu tersenyum menanggapi lalu matanya kembali menatap layar gadgetnya sesekali memperhatikan cincin manis yang bertengger dijari manis tangan kirinya. Dan menghembuskan nafas pelan karenanya.

Author POV
Yeoja itu... bernama Kim Shin Yeong, tepat sebulan yang lalu dia sudah resmi menyandang status sebagai tunangan seorang musisi terkenal bernama Henry Lau. Dan berita itu sudah tersebar disegala media.
Mereka bertunangan setelah satu tahun kepergian Kyuhyun ke Jerman. Apa Kyuhyun mengetahui hal itu? Jelas. Namun dia tidak bisa mengunjungi acara pertunangan mereka karena dia sedang sibuk dengan proyek yang sangat besar, dia hanya mengirimkan sebuah video untuk mereka berdua.
Sebenarnya, Henry melakukan pertunangan ini atas perintah Kyuhyun. Sejujurnya dia ingin menolak, karena dia pikir ini sangat tidak adil. Namun, Kyuhyun selalu memaksanya untuk melakukan pertunangan ini. Dengan berat hati dia mau menerimanya. Disisi lain, dia menyimpan suatu rencana untuk hal itu.
“Oppa... apakah bisa kita pergi dari sini, sepertinya udara semakin dingin.” Ucap yeongie sambil sesekali menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya.
“Jinjja? Oh, baiklah... lebih baik kita membeli sesuatu yang hangat terlebih dahulu sebelum kembali ke apartement-mu,” ajak Henry sambil mengulurkan tangannya. Yeongie meraih tangan itu sambil tersenyum, Henry melirik cincin yang terpasang di jari manis yeongie lalu tersenyum penuh arti.
Mereka berdua menikmati suasana malam yang di sajikan oleh kota Seoul, beberapa kali mereka berhenti untuk melihat benda-benda yang berada di etalase berbagai toko. Henry hanya menanggapi dengan senyuman ketika wajah yeongie berseri saat menunjukkan sebuah boneka rubah berwarna biru yang lucu. “Oppa.. belikan aku ini,” ucap yeongie berusaha membujuk Henry. Namun Henry dengan cepat menggeleng kepalanya menolak permintaan yeongie, akibatnya yeongie hanya menggembungkan pipinya sebal.
“Kau sudah dua puluh tiga tahun, apa kau akan bersikap seperti ini terus? Rubahlah sikap kekanak-kanakanmu itu, yeongie~ah.” Ujar Henry sambil mengacak pelan rambut yeongie.
Perjalanan mereka terhenti sesaat setelah menemukan kedai yang menjual ddukbokkie. Tanpa menunggu lama, mereka berdua pun langsung masuk dan memesang satu porsi besar ddukbokkie.
“Apa kau lapar, eoh? Ckck..” ujar Henry ketika pelayan pergi setelah mencatat pesanan mereka. “Udara dingin membuatku lapar, oppa...” bela yeongie tidak terima mendengar perkataan Henry yang terkesan mengejek. Lalu menendang kaki Henry sedikit keras, hingga Henry mengaduh pelan sambil mengusap kakinya yang nyeri. Yeongie hanya memangku dagunya sambil tersenyum manis ketika Henry menatapnya dengan sebal.

Henry POV
Melihat wajahnya saat ini memang benar menyenangkan, andai saja dia tau apa yang sebenarnya terjadi. Hanya saja, belum saatnya dia tau apa yang sebenarnya terjadi. Sesaat aku melihat Iphoneku yang ku ambil dari saku dan melihat sms dari kyunie. Ahh~ anak ini, ku dengar dia sedang mengincar seorang yeoja yang menarik perhatiannya selama di Jerman. Ck! Dasar labil, dia mudah sekali goyah.
Perhatianku kembali ke atas meja yang telah terisi dengan semua makanan dan minuman pesanan kami. Wajah yeongie langsung berbinar ketika makanan itu datang, dan dengan cepat mengambil ddukbokkie ke dalam mangkuknya lalu memakannya dengan lahap.
Sesekali ku lihat dia mengusap keningnya dengan punggung tangannya karena keringat yang terus meleleh dikening tersebut. Aku mengambil tisu dan mengusap kening tersebut pelan membuatnya tertegun. “Oppa... kenapa kau tidak memakannya?” tanyanya ketika melihat mangkukku yang masih kosong. Dengan gerakan cepat dia mengambil mangkukku dan mengisi setengahnya dengan ddukbokkie. “Ya! Ini terlalu banyak,” protesku.
Yeongie hanya mengangkat salah satu alisnya mendengar protesanku. “Mwo? Terlalu banyak, katamu? Oppa... bukankah kau itu suka sekali makan?” tanyanya heran
Aku mendengus pelan, “Ne.. ne... aku akan menghabiskan ini semua setelah itu mengantarkanmu pulang,” ucapku mengalah dan mulai memakan ddukbokkie yang masing mengeluarkan asap panasnya itu.
Setelah mengantarkan yeongie kembali ke apartement, aku pun tidak menghabiskan banyak waktu dan langsung pulang.
Setibanya aku dirumah, aku langsung menuju kamar kyunie dan berbaring dikasurnya.
“Ya! Lepaskan sepatumu! Kau itu membuat tempat tidurku kotor saja,” seru seseorang yang baru keluar dari kamar mandi. Aku hanya mendecakkan lidahku pelan lalu bangkit dari tempat tidur dan menatapnya. “Kau puas? Mau sampai kapan kau begini?” tanyaku geram. Orang itu berjalan mendekatiku dan ikut duduk disampingku disisi tempat tidurnya.  “Molla... biarkan seperti ini dulu, aku sangat menikmatinya.” Jawabnya sambil mengeluarkan smirk andalannya lalu merebahkan tubuhnya ke ranjang. Aku bangkit lalu mengambil salah satu bantalnya dan melemparkan bantal tersebut ke wajahnya itu, lalu bergegas keluar dari kamarnya sebelum dia melakukan pembalasan.
“Game ini belum berakhir, Cho Kyuhyun..!” seruku dari luar kamarnya dan ku dengar dia hanya tertawa menanggapi.

Shin Yeong POV
Pandanganku masih asyik melihat beberapa artikel yang memuat tentang beritanya, bodohnya aku kenapa aku selalu berharap dia mau membalas perasaanku? Padahal saat ini setengah diriku sudah dimiliki oleh orang lain. Pikirku sambil melihat jari manisku yang sudah terpasang cincin.
Ku hembuskan nafasku kasar, lalu berjalan menuju dapur dan membuka kulkas untuk mencari minuman yang bisa membuatku kembali dingin. Setelah mengambil dua buah soda, aku kembali ke ruang tengah sambil menyalakan Tv. Dan, lagi-lagi yang ku temukan adalah berita yang memuat tentangnya dan rumor bahwa dia sudah menemukan pasangan barunya.
Sebenarnya sudah berkali-kali aku tau kabar itu, hanya saja kenapa aku selalu terkejut? Ayolah... Kim Shin Yeong, seharusnya kau sadar! Dia bukanlah untukmu. Jeritku dalam hati. Dan jika sudah begini, maka yang ku bisa hanya menangis ketika hati dan pikiranku beradu argument.
Beberapa menit setelah meluapkan emosi itu, akhirnya aku kembali tenang seperti semula. Aku menggulung rambutku dan berjalan menuju dapur untuk membuat makan malamku, lebih tepatnya untuk makan malam dan sarapan juga. Setelah itu, aku langsung menuju kamarku dan mandi. Berendam selama yang aku bisa untuk me-refresh kembali tubuh dan pikiranku yang sempat kacau.
Drrrtt... drrtt.. drrtt...
Dering Iphone-ku membuatku tersadar, bahwa aku sudah berendam selama tiga puluh menit lamanya. Setelah selesai mandi, aku langsung menuju kamarku dan mengambil Iphone-ku yang ku letakkan diatas kasur. Ku lihat ada beberapa sms dari mochi oppa, lalu.. sms dari nomer baru yang tidak ku kenal.
Karena penasaran, akhirnya aku membuka sms dari nomer yang tidak ku kenal terlebih dahulu.

“____ game belum berakhir, Kim Shin Yeong____”

 Aku mengerutkan keningku tidak mengerti, ini sudah kelima kalinya aku mendapatkan sms yang berisikan hal ini. Ck! Apa aku sedang diteror?. Gumamku lirih. Lalu kembali menggelengkan kepalaku cepat mengusir berbagai kemungkinan terburuk.
Setelah berdiam diri cukup lama menatap sms tersebut, akhirnya aku melempar Iphone-ku keatas kasur. Dan aku berjalan menuju lemari untuk mengambil baju piyamaku, lalu bergegas untuk tidur.

~@@@~

Keesokan harinya...

Jalanan pagi ini cukup lenggang, dan aku bisa mengendarai mobilku dengan kecepatan yang sedang tidak seperti biasanya yang hanya seperti semut merayap. Sesekali aku melihat kesekelilingku, dan melihat beberapa perubahan yang sudah terjadi setahun terakhir.
Setelah berjalan selama tiga puluh menit, akhirnya aku sampai ditempatku bekerja. Aku bekerja di sebuah perusahaan yang namanya sudah sangat tidak asing bagiku, karena salah satu sahabatku menjabat menjadi orang penting ditempatku bekerja. Ya! Aku bekerja di Cho Company, perusahaan dimana kyunie oppa juga bekerja disini dan menjabat menjadi CEO-nya.
Sudah satu tahun sejak kyunie oppa pergi dan aku melamar diperusahaannya sebagai, asisten manajer pemasaran.
“Selamat pagi...” sapaku pada semua rekan kerjaku yang sudah mulai sibuk dengan mendata berbagai barang yang masuk dan keluar, sementara tugasku hanya mengawasi pekerjaan mereka dan sesekali mendata ulang kalau-kalau ada data yang salah.

Author POV
Yeongie merenggangkan tubuhnya yang sedikit kaku karena terus mengontrol pekerjaan anak buahnya melalui komputer yang ada dihadapannya. Lalu dia menyenderkan lehernya pada senderan kursi dan menutup matanya perlahan.
“Ku dengar, CEO-nya sudah kembali ke Korea.” Ucap seorang yeoja yang langsung membuat yeongie membuka matanya kembali.
“Ne, bahkan katanya dia kembali ke Korea untuk menikah dengan yeoja yang sudah dipilihnya selama di Jerman.” Ucap yeoja yang lain menambahkan

DEG...

Seketika itu yeongie menatap layar komputer didepannya dengan perasaan kosong. Menikah? Cho Kyuhyun akan menikah?. Gumamnya lirih.
Tanpa dia sadari tiba-tiba saja, pipinya basah oleh air mata yang langsung meluncur tanpa dia mau. Entah kenapa rasanya dia sangat ingin menangis, lalu dengan cepat dia mencari Iphone-nya dan menelfon seseorang yang saat ini dibutuhkannya.

@Brown cafe`

Henry menatap yeoja didepannya dengan perasaan tidak menentu, sudah sepuluh menit yang lalu sejak dia sampai dihadapannya dan mendapati yeoja tersebut menangis. Sebenarnya dia mengetahui penyebab yeoja tersebut menangis walaupun yeoja tersebut belum mengatakan apa penyebab yang membuatnya menangis.
“Mau sampai kapan kau menangis? Lihat itu, matamu sudah nyaris bengkak.” Ucapnya sambil menunujuk kantung mata yeongie. “Oppa... apa benar kyunie oppa akan menikah dalam waktu dekat?” tanya yeongie ditengah isakannya. Henry cukup terkejut dengan pertanyaan yeongie namun dengan cepat dia kembali memasang wajah datarnya seolah-olah sudah tidak heran mendengar kabar itu. Dan Henry hanya menjawab pertanyaan yeongie dengan senyuman yang menyimpan sesuatu didalamnya.
Yeongie mendesah pelan lalu mengusap air mata yang masih sedikit mengalir. Lalu dia pergi ke toilet sebentar untuk membasuh wajahnya. Henry hanya menatap kepergian yeongie dengan perasaan iba, lalu perhatiannya langsung beralih kepada Iphone-nya yang berdering. Sesaat dia melihat siapa si penelfon, lalu tersenyum.
“Yeoboseyo...”
“Ck! Aku benar-benar cemburu melihatmu, mochi jelek.” Ejek si penelfon
Henry tersenyum lebih tepatnya dia menyeringai. “Apa kau sedang cemburu? Oh, maafkanlah aku... evil tua! Salah kau sendiri, kau sudah menyerahkannya padaku bukan?” ujarnya tidak mau kalah. Sesaat suasana hening  dan hanya menyisakan suara si penelfon yang sedang tertawa.
“Geure... kalau begitu, tunggu dimana saat aku akan mengambil kembali gadisku.” Ucap si penelfon dengan menekankan suaranya pada kata ‘gadisku’ lalu mematikan panggilan tersebut cepat. Henry menatap layar Iphone-nya, lalu tersenyum membayangkan apa yang akan dilakukan oleh sepupunya untuk merebut yeongie.

Kyuhyun POV
Perasaanku saat ini memang tidak bisa diartikan lewat apapun, mungkin saat ini aku memang mengijinkanmu untuk memiliki gadisku. Namun, tunggu saja suatu saat nanti aku pasti akan merebutnya kembali. Ingat! Permainan belum berakhir, seperti perkataanmu kemarin.
Oh iya, kalian pasti bertanya-tanya kenapa aku bisa ada di Korea lagi bukan? Aku sudah kembali ke Korea satu bulan yang lalu, bisa dibilang aku kembali saat si mochi jelek itu dan gadisku sedang melangsungkan acara pertunangan mereka.
Seharunya, aku memang berada di Jerman selama tiga tahun. Namun, karena kecerdasanku.. aku bisa mengurusnya dalam kurun waktu kurang dari satu tahun. Hebat bukan?
Pekerjaanku saat ini, tentu saja masih menjadi CEO. Hanya saja, saat ini aku lebih sering mengerjakan pekerjaanku dirumah. Aku sakit? Tidak. Malas? Tidak. Tujuanku lebih memilih bekerja dirumah karena aku bisa lebih memantau gadisku dengan leluasa. Walaupun sebenarnya di kantor pun aku bisa melakukannya, hanya saja.. aku tidak ingin tiba-tiba berpapasan dengannya. Bisa-bisa rencana yang sudah ku rancang bisa kacau.

Tok.. tok.. tok...

Aku mengalihkan pandanganku yang menatap ke arah salah satu monitor Tv yang menampilkan sosok yeongie yang saat ini sudah kembali bekerja.
“Masuk..” seruku
“Ck! Kau benar-benar menyebalkan, haruskah sampai menyebar gosip seperti itu untuk membuatnya cemburu? Kau lihat sendiri bukan, dia menangis sampai membuat wajahnya yang cantik dan manis itu muram...” ucap Henry yang masuk keruangan peribadiku tempat dimana aku bisa memantau gadisku. Aku hanya terkekeh pelan sambil kembali menatap  monitor Tv yang menampilkan sosok yang sedang kami bicarakan. “Tidak ku sangka, dia ternyata bisa menangis juga..” ujarku
Plakk..!
“Ya! Kenapa kau suka sekali memukul kepalaku,” protesku sambil memegangi kepalaku yang barusan dipukul oleh si mochi jelek itu dengan menggunakan majalah yang digulungnya. “Dia adalah yeoja... apa salahnya jika menangis? Bukankah, itu sudah menjadi nalurinya?” dengus Henry membela yeongie. Aku menyipitkan mataku dan menatapnya penuh selidik, dan itu membuatnya risih karena tatapan tajamku. “Mwo?” tanyanya tidak suka.
“Aku lapar, bisakah kau ambilkan beberapa cemilan untukku?” pintaku padanya. “Shireo! Kau pikir aku budakmu?!” tolaknya sambil berkacak pinggang dan membuang mukanya ke arah lain. “Kau memang budakku..” sahutku ringan dan kembali dia memberiku pukulan yang lebih keras dari sebelumnya hingga membuat kepalaku berdenyut, nyeri.
“Awas kau, tunggu pembalasanku..” ucapku yang lalu kembali memperhatikan gadisku, lagi.

Shin Yeong POV
Langkahku terhenti tepat didepan apartement-ku. Ku alihkan pandanganku ke kanan dan kekiri mencari orang yang mungkin bisa menjelaskan kenapa ada sebuah kotak yang cukup besar berada didepan pintu apartementku.
“Oh, kau sudah kembali. Yeongie~ssi? Tadi pagi, kau mendapatkan kiriman paket dari seseorang. Karena kau sedang pergi bekerja, maka ku suruh untuk meletakkan paketmu didepan pintu.” Ucap seorang ahjumma yang tidak lain adalah tetanggaku.
“Gamsahamnida, ahjumma...” ujarku berterima kasih padanya sambil tersenyum. “Cheonmayo..”
Setelah menekan beberapa digit nomer pasword apartementku, aku langsung membawa paket itu masuk. Aneh, paketnya besar tapi kenapa sangat ringan?. Tanyaku dalam hati.
Aku meletakkan paketku tersebut dimeja ruang tengah, dan mencari tau siapa pengirimnya. Dan pandangannya langsung terarah kepada sebuah kartu biru yang bertuliskan....

“ For you, my princess...
Ku harap kau menyukainya, ^^”

Hanya itu? Aish! Menyebalkan sekali, protesku ketika membolak-balikkan akrtu tersebut.
Karena sudah sangat penasaran, akhirnya aku memutuskan untuk membuka paketnya.
“Omo! Bukankah... bukankah ini adalah bonek rubah yang ku inginkan?!” seruku tidak percaya. Aku meloncat-loncat kegirangan karena mendapat hadiah yang sudah sangat lama ku inginkan. Pikiranku langsung tertuju ke mochi oppa, karena saat itu hanya dialah yang tau bahwa aku menginginkan boneka rubah ini. Dan tanpa pikir panjang aku langsung mencari Iphone-ku lalu menelfon mochi oppa.
“Yeoboseyo...”
“Oppa..!!” seruku senang. Dan ku pastikan mochi oppa pasti menjauhkan Iphone-nya dari telinganya sesaat karena ulahku.
“Ne, chagiya.. waeyo?” tanyanya yang langsung membuatku menjauhkan Iphone-ku untuk memeriksa bahwa yang ku telfon adalah mochi oppa.
“Mochi oppa?” tanyaku memastikan.
“Ne, ini aku. waeyo?” tanyanya lagi
“Gomawo, oppa. Aku sangat senang ketika kau memberiku boneka yang ku inginkan.” Ucapku
“Cheonmayo...” jawabnya
“Geure, jaljayo.”
Klik..!
Henry POV
Setelah yeongie mematikan sambungan telfonnya, aku langsung mendekati kyunie yang menatapku tidak suka. “Mwo?” tanyaku.
“Cih! Berani sekali, kau menyebutnya ‘chagiya’. Aku tidak suka kau melakukan itu,” dengusnya. Aku hanya menatapnya heran, lalu timbul ide jahil dikepalaku seketika itu juga. “Ahh~ apa alasanmu untuk protes, tidak suka? Memangnya kau siapanya?” ucapku memancingnya.
Kyunie berdiri dari duduknya dan menatapku tajam. “Ne, aku sangat tidak suka kau memanggilnya seperti itu. Dan aku tidak segan-segan akan mematahkan lehermu karena itu, arasso?!” ancamnya membuatku sedikit terkejut namun dengan cepat aku hanya memasang muka datar dan menatap balik muka kyunie yang saat ini memerah karena menahan marah.
Aku menjauhkan wajahnya yang berjarak sepuluh senti dari wajahku. “Arasso, tuan Cho. Kau benar-benar menakutkan saat sesuatu milikmu diusik oleh orang lain,” desisku. Dan kyunie hanya tersenyum, lebih tepatnya menyeringai membenarkan ucapanku.
“Aku juga tau, kau yang mengirimkan boneka itu. Benar kan?” tebakku. Kyunie langsung merubah ekspresinya dan tersenyum simpul, mengiyakan.

~@@@~

Hari ini, seperti biasanya... dan seperti minggu-minggu sebelumnya aku selalu mengajak yeongie jalan-jalan.
“Ya! Evil tua, mau sampai jam berapa kau tidur... ini sudah jam sembilan.” Sentakku mengambil selimutnya. Kyunie hanya mengerang karena tiba-tiba tidurnya terusik olehku. “Berisik kau, mochi jelek! Ijinkan aku tidur, kau tau kan? Bahwa semalaman aku menyelesaikan permainanku karena melampiaskan rasa senangku yang telah memberikannya hadiah.” Ucapnya parau dan menutup kepalanya dengan bantal yang ia gunakan.
“Ck! Dasar, game maniak! Kalau kau bersikap begini, kau akan kalah dariku.” Ujarku yang langsung membuatnya terbangun dan terduduk dikasurnya. “Jangan terlalu pede, kau. Aku sudah menyusun rencana untuk merebutnya, mungkin saat-saat ini aku memang membiarkan kalian untuk bersenang-senang. Namun, ingat! Aku akan merebutnya cepat atau lambat.” Ucapnya yang terkesan mengintimidasiku. “Jinjja? Kalau begitu, buktikan... kau terllau banyak omong. Tuan Cho, dan.. apa kau yakin yeongie akan membalas perasaanmu jika dia tau yang sebenarnya terjadi?” sahutku membuatnya terdiam.
“Jadi... kalian semua... telah membohongi...ku?” ucap sebuah suara yang langsung membuatku dan kyunie menoleh ke arah pintu.  Kyunie berlari ke arah pintu mencoba menjelaskan sesuatu. “Yeongie~ah, kau... kau salah pengertian.” Ujarnya mencoba setenang mungkin.
“Mworago? Ck! Kalian semua benar-benar bajingan! Kalian menggunakan aku yang tidak tau, apa-apa masuk kedalam permainan kalian. Dan... dan bodohnya aku yang tidak menyadari ini semua sejak awal.” Ucap yeongie dengan bahu yang bergetar hebat.
Aku berjalan mendekati yeongie berusaha menggapai bahunya, namun dia dengan kasar menampik lenganku yang sudah terulur. Seketika itu juga, dia jatuh terduduk dan menangis tanpa suara. Mian ne...

TBC
















You Might Also Like

0 komentar